Tinjauan Semiotika Desakralisasi Posisi Laki-Laki dalam Film ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’

Main Article Content

Nathan Suryanto
Nigar Pandrianto

Abstract

This research will discuss the desacralisation of men in the film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibalas Tuntas'. The film tells of various social conflicts, including discrimination against women and making women mere objects. But on the other hand, the women in the film have a heroic nature and have the same strength as men. Therefore, this film is interesting to study in seeing the desacralisation of the position of men throughout the film. This research uses the theoretical basis of mass media, mass communication, feminism and semiotics. This research uses a qualitative approach with data collection methods of observation, documentation and interviews. As a result, the film contains many scenes that show the desacralisation of men. To strengthen the desacralisation, the film shows the discriminatory side towards women. The film shows that women can fight back and have the same power as men. The film is also very much related to feminist views, with a rebuttal to misogynist views.


Penelitian ini akan membahas mengenai desakralisasi terhadap kaum laki-laki dalam film ‘Seperti Dendam Rindu Harus Dibalas Tuntas’. Film tersebut menceritakan berbagai konflik sosial termasuk diskriminasi terhadap kaum perempuan dan menjadikan perempuan sebagai objek belaka. Namun di sisi lain, kaum perempuan pada film tersebut memiliki sifat yang heroik dan memiliki kekuatan yang sama dengan kaum laki-laki. Oleh karenanya, film ini menjadi menarik untuk diteliti dalam melihat desakralisasi terhadap posisi kaum laki-laki yang ada sepanjang film. Penelitian ini menggunakan landasan teori media massa, komunikasi massa, feminisme dan semiotika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasilnya, film banyak mengandung adegan-adegan yang menunjukkan desakralisasi kaum laki-laki. Untuk memperkuat desakralisasi tersebut, film menunjukkan sisi diskriminatif terhadap kaum perempuan. Film menunjukkan bahwa perempuan dapat melawan dan memiliki kekuatan yang sama dengan laki-laki. Film ini juga sangat berkaitan dengan pandangan feminisme dengan bantahan terhadap pandangan misoginis.

Article Details

How to Cite
Suryanto, N., & Pandrianto, N. (2024). Tinjauan Semiotika Desakralisasi Posisi Laki-Laki dalam Film ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’. Koneksi, 8(1), 41–50. https://doi.org/10.24912/kn.v8i1.21694
Section
Articles

References

Aliyah, I. H., Komariah, S., & Chotim, E. R. (2018). Feminisme Indonesia dalam Lintasan Sejarah. TEMALI: Jurnal Pembangunan Sosial, 1(2), 140–153. https://doi.org/10.15575/jt.v1i2.3296

Ariansyah, P. (2020). Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pasal 4 Huruf B Angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis. (Tesis, UIN Raden Fatah Palembang). http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/7693

Faridhotul, F., Halimatus, H., & Sa’diyah, S. (2018). Makna Metodologi dalam Penelitian. Jakarta: Prenadamedia.

Irma, A., & Hasanah, D. (2017). Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia. Social Work, 7(1), 71–80. https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13820

Kirk, J., & Miller, M. L. (1986). Reliability and Validity in Qualitative Research. Beverly Hills: Sage Publications CA.

Kurniawan, A. (2019). Penggunaan Sudut Pandang Tokoh Utama Dalam Penyutradaraan Film Pendek ‘Lila’. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Kurniawan, E. (2014). Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Gramedia Pustaka Utama.

Rahayu, N. (2012). Kesetaraan Gender Dalam Aturan Hukum dan Implementasinya di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia, 9(1), 15–32. https://doi.org/10.54629/jli.v9i1.375

Siregar, M. (2017). Ketidaksetaraan Gender dalam Dalihan na tolu. Jakarta: An1mage.

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>