Gambaran Budaya Patriarki dalam Film Ngeri-Ngeri Sedap

Main Article Content

Felix Felix
Nigar Pandrianto

Abstract

Watching movies is one of the most popular forms of entertainment for the public. The film, as a mass media, is often used to comment, criticize, give messages, to instill values ​​in society. The patriarchal cultural system is a system that is still widely embraced by several cultures in Indonesia and even the whole world. Therefore, patriarchy is often used as an issue raised in a film. The Missing Home film, which received a nomination for the best international feature film category at the 2023 Academy Awards, is one of the films that raise the issue of Patriarchy. This film tells about a conflict that arises between a father with his wife and their four children due to the patriarchal culture they live in. This study aims to determine the depiction of patriarchal culture in the Missing Home film. This study uses a descriptive qualitative approach, with John Fiske's semiotic analysis. Semiotic analysis is done on the Missing Home film. Data collection was carried out by documenting several scenes in the film and conducting interviews with a film producer as a research triangulator. This study found that there is a depiction of patriarchal culture which is symbolized by the elements in the Missing Home film. This depiction shows that the male characters in the film are more dominant, superior and powerful, while the female characters tend to be submissive and yielding. The ideology and conflict in the film NNS are also a picture of the social life of the Indonesian people. Conflict resolution in this film can become a new value ​​for society.


Menonton film merupakan salah satu hiburan yang paling digemari oleh masyarakat. Film sebagai media massa sering digunakan untuk mengomentari, mengkritik, memberi pesan, hingga menanamkan nilai-nilai pada masyarakat. Sistem budaya patriarki merupakan sistem yang masih banyak dianut oleh beberapa budaya di Indonesia bahkan seluruh dunia. Oleh karena itu, patriarki sering menjadi isu yang diangkat dalam sebuah film. Film Ngeri-Ngeri Sedap yang mendapat nominasi di kategori film fitur internasional terbaik di Academy Awards 2023 adalah salah satu film yang mengangkat isu patriarki. Film ini menceritakan tentang sebuah konflik yang timbul antara sosok ayah dengan ibu serta keempat anaknya akibat budaya patriarki yang dijalaninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggambaran budaya patriarki yang ada dalam film Ngeri-Ngeri Sedap. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan analisis semiotika John Fiske. Analisis semiotika dilakukan pada film Ngeri-Ngeri Sedap. Pengumpulan data dilakukan dengan mendokumentasi beberapa scene dalam film serta dilakukan wawancara dengan seorang produser film sebagai triangulator penelitian. Penelitian ini menemukan bahwa ada sebuah penggambaran budaya patriarki yang tersimbol lewat elemen-elemen pada film NNS. Penggambaran tersebut menunjukan tokoh laki-laki dalam film yang lebih dominan, superior, dan berkuasa, sedangkan tokoh perempuan yang cenderung tunduk dan mengalah. Ideologi dan konflik yang ada pada film NNS juga merupakan gambaran kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Penyelesaian konflik dalam film ini dapat menjadi nilai-nilai baru bagi masyarakat.

Article Details

How to Cite
Felix, F., & Pandrianto, N. (2023). Gambaran Budaya Patriarki dalam Film Ngeri-Ngeri Sedap. Koneksi, 7(2), 446–457. https://doi.org/10.24912/kn.v7i2.21512
Section
Articles
Author Biographies

Felix Felix, Universitas Tarumanagara

Fakultas Ilmu Komunikasi

Nigar Pandrianto, Universitas Tarumanagara

Fakultas Ilmu Komunikasi

References

Azeharie, S., & Aulia, S. (2020). Peran Perempuan Kristen Gereja Masehi Injili Minahasa di Manado dalam Menjaga Keberagaman dan Kerukunan di Indonesia. http://repository.untar.ac.id/id/eprint/14202

Dirgantara, A. (2022, July 4). Kemenparekraf: Jumlah Penonton Bioskop Sudah Pulih, Hampir Seperti Sebelum Pandemi Covid-19. Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2022/07/04/14351401/kemenparekraf-jumlah-penonton-bioskop-sudah-pulih-hampir-seperti-sebelum

Faza, N. H., & Soedarsono, D. K. (2022). Komunikasi Keluarga: Representasinya dalam Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Medium, 10(1), 54–68. https://doi.org/10.25299/medium.2022.vol10(1).9042

Hendariningrum, R., & Susilo, M. E. (2008). Fashion dan Gaya Hidup : Identitas dan Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(1), 25–32. https://doi.org/10.31315/jik.v6i1.38

Kencanawati, R. T., & Fitriyani, L. R. (2021). Pola Komunikasi Humanistik antara Orang Tua dan Anak atas Dampak Negatif Bermain Online Game pada Prestasi di Sekolah Dasar. Calathu: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 42–54. https://doi.org/10.37715/calathu.v3i1.1898

Luthfi, A. R., Hakim, L. R., Suparwoto, M., & Zulfi, R. A. (2020). Pergerakan Kamera Untuk Memperkuat Dramatik Pada Sinematografi Film “Bajing Loncat”. (Skripsi Penciptaan Seni, Institut Seni Indonesia Yogyakarta). http://digilib.isi.ac.id/8358/6/JURNAL_1410084132.pdf

Muslim (2015). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, dan Jenis Penelitian dalam Ilmu Komunikasi. Media Bahasa, Sastra, Dan Budaya Wahana, 1(10), 77–85. https://doi.org/10.33751/wahana.v1i10.654

Oknadia, A. N., Lesmana, F., & Wijayanti, C. A. (2022). Representasi Patriarki dalam Film “Penyalin Cahaya (Photocopier).” Jurnal E-Komunikasi, 10(2), 1–12. https://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/13232

Puspita, D. F. R., & Nurhayati, I. K. (2019). Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Realitas Bias Gender pada Iklan Kisah Ramadhan Line Versi Adzan Ayah. ProTVF, 2(2), 157-171. https://doi.org/10.24198/ptvf.v2i2.20820

Riandi, A. P. (2022, May 25). Bene Dion Jelaskan Arti Judul Film Ngeri-Ngeri Sedap. Kompas.com. Diakses dari https://www.kompas.com/hype/read/2022/05/25/172324566/bene-dion-jelaskan-arti-judul-film-ngeri-ngeri-sedap

n.d. (2020, Januari 16). 67 Persen Anak Muda Indonesia Menonton Film Nasional dan Hanya 55 Persen Menonton Film Asing. Saifulmujani.com. https://saifulmujani.com/67-persen-anak-muda-indonesia-menonton-film-nasional-dan-hanya-55-persen-menonton-film-asing/

Sakina, A. I., & Siti, D. H. (2017). Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia. SHARE: Social Work Journal, 7(1), 1–129. https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13820

Salim, V., & Sukendro, G. G. (2021). Representasi Kritik Sosial dalam Film Parasite (Analisis Semiotika Roland Barthes). Koneksi, 5(2), 381–386. https://doi.org/10.24912/kn.v5i2.10387

Saputri, R., Doras, T., Chandra, M. N. M., Oktaviani, H., Az-Zahra, N. A. F., & Anwar, H. A. (2021). Sistem Kekerabatan Suku Batak dan Pengaruhnya Terhadap Kesetaraan Gender. JISA: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama Prodi Sosiologi Agama, 4(1), 29–39. http://dx.doi.org/10.30829/jisa.v4i1.9195

Simanullang, A., Toruan, J. L., & Kadir, T. H. (2012). Deskripsi Pola Ritem Taganing Pengiring Lagu-Lagu Pop Batak Toba di Lapo Tuak di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal Sendratasik, 1(1), 17–22. https://doi.org/10.24036/jsu.v1i1.461

Sitorus, C. P., & Simbolon, B. R. (2019). Penerapan Angle Kamera dalam Videografi Jurnalistik Sebagai Penyampai Berita di Metro TV Biro Medan. Jurnal SOCIAL OPINION: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 4(2), 137–150. https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/socialopinion/article/view/345

You, Y. (2019). Relasi Gender Patriarki dan Dampaknya Terhadap Perempuan Hubula Suku Dani, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Sosiohumaniora, 21(1), 65. https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v21i1.19335

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>