Komunikasi Antarpribadi Caregiver dan Penyintas Gangguan Mental dalam Membangun Hubungan
Main Article Content
Abstract
This study examines interpersonal communication between caregivers and survivors of mental health disorders in building relationships. This study wanted to determine how the communication aspect occurred to the survivors of mental health disorders. This study uses a descriptive qualitative approach. Data was collected using interviews, documentation, and a literature study. The data analysis technique involved is collecting, reducing, displaying, and finally drawing conclusions. This study found that interpersonal communication is important in building relationships. The existence of communication aspects, namely openness, empathy, support, positive feelings, and equality in communication relationships, can be a simple treatment for survivors. Survivors want to be heard and believed in what they tell and go through. A caregiver must also have emotional control to remain calm and have high patience in dealing with survivors, especially in the face of rapidly changing moods.
Penelitian ini meneliti tentang komunikasi antarpribadi antara caregiver dan penyintas gangguan mental health dalam membangun hubungan. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana aspek komunikasi yang terjadi terhadap para penyintas gangguan kesehatan mental. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Teknik analisis data dengan cara pengumpulan data, reduksi data, display data, dan yang terakhir pengambilan kesimpulan. Penelitian ini menemukan bahwa komunikasi antarpribadi adalah hal yang penting dalam membangun hubungan. Adanya aspek komunikasi yaitu keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan dalam hubungan komunikasi dapat menjadi salah satu treatment sederhana bagi para penyintas. Para penyintas hanya ingin didengar dan dipercayai dengan apa yang mereka cerita dan lalui. Seorang caregiver, juga harus mempunyai kontrol emosi agar tetap tenang serta kesabaran yang tinggi dalam menghadapi penyintas terutama menghadapi keadaan suasana hati penyintas yang cepat berubah.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Koneksi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.References
Gitleman, L. (2014). Paper Knowledge. Toward a Media History of Documents, 7–37.
Greenberg, B. (2017). Pengaruh Komunikasi, Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT. Bamas Satria Perkasa (Moro Mall) Purwokerto. Greenberg, Baron, 7–36.
Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A. (2014). Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents.
Novianti, R. D., Sondakh, M., & Rembang, M. (2017). Komunikasi Anatarpribadi Dalam Menciptakan Harmonisasi. E-Journal"Acta Diurna", VI(2), 1–15. https://media.neliti.com/media/publications/94222-ID-komunikasi-antarpribadi-dalam-menciptaka.pdf
Panitra, T. D., & Tamburian, H. H. D. (2019). Komunikasi Antarpribadi Dokter Dengan Pasien dalam Membantu
Penyembuhan Pasien di Klinik Cendana. Koneksi, 3(1), 71. https://doi.org/10.24912/kn.v3i1.6147
Petra, U. K. (2011). 5 Universitas Kristen Petra. 1985, 5–30.
Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan, Dan Keterbukaan Masyarakat Terhadap Gangguan Kesehatan Mental). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 252–258. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13535
Yin. (2013). Metode Penelitian. Jenis Penelitian Penelitian, 47–57.