Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Adaptasi Turis Asing di Pulau Bali, Indonesia

Main Article Content

Widya Aprillia
Roswita Oktavianti

Abstract

Culture shock is a common problem in intercultural communication or cultural differences. This also happens to tourists in Bali, Indonesia, one of the favourite destination islands for local and foreign tourists. Foreign tourists visiting Bali Island will initially experience discomfort with the environment due to different cultural backgrounds, especially Bali, which has powerful customs. Foreign tourists must make cultural adaptations to understand and accept new cultural values. This research wants to know the self-adjustment process of foreign tourists in dealing with culture shock on the island of Bali and the obstacles experienced during the adjustment process. This research uses a descriptive approach with primary and secondary data sources in the form of interviews, observation and documentation. Interviews were conducted with foreign tourists living on the island of Bali. Observations were made by going to the field and directly observing tourist interactions with residents. This research shows that each tourist experiences five stages of cultural adaptation: planning, frustration, honeymoon, readjustment, and resolution. Foreign travellers have a different adjustment process at each stage, depending on the country of origin. Culture shock usually occurs during the frustration phase, where travellers have to adapt to the language, food tastes, weather conditions, cost of living, and homesickness.


Gegar budaya atau culture shock merupakan masalah umum dalam komunikasi antarbudaya atau perbedaan budaya. Hal ini juga terjadi pada wisatawan di Pulau Bali, Indonesia, sebagai salah satu pulau destinasi favorit turis lokal maupun mancanegara. Wisatawan luar negeri yang mengunjungi Pulau Bali, awalnya akan mengalami ketidaknyamanan terhadap lingkungan karena latar belakang budaya yang berbeda, terlebih Bali memiliki adat istiadat yang sangat kuat. Wisatawan mancanegara perlu melakukan adaptasi budaya untuk memahami dan menerima nilai-nilai budaya baru. Penelitian ini ingin mengetahui proses penyesuaian diri wisatawan mancanegara dalam menghadapi gegar budaya di pulau Bali dan kendala yang dialami selama proses penyesuaian tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan sumber data primer dan sekunder berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan wisatawan mancanegara yang tinggal di Pulau Bali. Sementara observasi dilakukan dengan cara turun ke lapangan dan melakukan pengamatan langsung terhadap interaksi turis dengan penduduk setempat. Penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing wisatawan mengalami lima tahap adaptasi budaya yaitu fase perencanaan, frustrasi, bulan madu, penyesuaian, dan resolusi. Wisatawan mancanegara memiliki proses penyesuaian yang berbeda pada setiap tahapnya, tergantung pada negara asal. Gegar budaya atau culture shock biasanya muncul pada fase frustrasi, dimana wisatawan harus beradaptasi dengan bahasa, rasa makanan, kondisi cuaca, biaya hidup dan kerinduan dengan keluarga di rumah.

Article Details

How to Cite
Aprillia, W., & Oktavianti, R. (2024). Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Adaptasi Turis Asing di Pulau Bali, Indonesia. Koneksi, 8(1), 16–24. https://doi.org/10.24912/kn.v8i1.21644
Section
Articles

References

Adianto, S. (2018). “Gegar Budaya” Pekerja di Perusahaan Korea: Studi Kasus Pada Alumni D III Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM. Jurnal Gama Societa, 2(1), 17–25. https://doi.org/10.22146/jgs.35647

Angreni, S., & Sari, R. T. (2017). Ketersediaan Dan Pemanfaatan Media Komponen Instrumen Terpadu (KIT) IPA Di SD Negeri Kecamatan Nanggalo Kota Padang. JPDN: Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, 2(2), 234–242. https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pgsd/article/view/557

Hadawiah. (2019). Fenomena (Gegar Budaya) Pada Mahasiswa Perantauan Di Universitas Muslim Indonesia. Al-MUNZIR, 12(1), 149–164. https://doi.org/10.31332/am.v12i1.1310

Karim, A. (2016). Komunikasi Antarbudaya di Era Modern. AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 3(2), 319–338. http://dx.doi.org/10.21043/at-tabsyir.v3i2.1650.

Konsulat Jenderal RI (2022). Sekilas Tentang Indonesia. Indonesia-frankfurt.de. https://www.indonesia-frankfurt.de/pendidikan-budaya/sekilas-tentang-budaya-indonesia/#:~:text=Indonesia%20adalah%20negara%20kepulauan%20terbesar,merupakan%20pulau%20utama%20di%20Indonesia.

Moulita. (2018). Hambatan Komunikasi AntarBudaya di Kalangan Mahasiswa. Common, 2(1), 33–46. https://doi.org/10.30596/interaksi.v2i1.1786

Novelia, D., & Sari, W. P. (2021). Adaptasi Kultural Pendatang India terhadap Kebudayaan Baru di Jakarta. Koneksi, 5(1), 59–66. https://doi.org/10.24912/kn.v5i1.10149

Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif. Journal Equilibrium, 5(9), 1–8. yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf

Samovar, L., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2006). Intercultural Communication: A Reader. International Thomson.

Simatupang, O., Lubis, L. A., & Wijaya, H. (2015). Gaya Berkomunikasi dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Batak di Yogyakarta. Jurnal ASPIKOM, 2(5), 314–329. https://doi.org/10.24329/aspikom.v2i5.84

Soemantri, N. P. (2019). Adaptasi Budaya Mahasiswa Asal Indonesia di Australia. WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 18(1), 46–56. https://doi.org/10.32509/wacana.v18i1.727

Solihat, M. (2018). Adaptasi Komunikasi Dan Budaya Mahasiswa Asing Program Internasional Di Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung. Jurnal Common, 2(1), 57–70. https://doi.org/10.34010/common.v2i1.872

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>