Pelestarian Kebudayaan Peranakan Tionghoa Wayang Potehi melalui Media Digital
Main Article Content
Abstract
Indonesia memiliki keberagaman budaya, salah satunya adalah budaya Peranakan Tionghoa “Wayang Potehi” yang merupakan kebudayaan hasil akulturasi migran Cina yang menetap di kepulauan Jawa. Namun, pada saat Orde Baru, Wayang Potehi dilarang untuk dimainkan sehingga sempat mengalami mati suri. Untuk menghidupkan kembali Wayang Potehi bukan suatu hal yang mudah, maka dari itu butuh pelestarian dan dikontekstualkan dengan perkembangan zaman sekarang ini yaitu dengan menggunakan media digital. Penelitian ini menggambarkan pelestarian kebudayaan Peranakan Tionghoa Wayang Potehi dengan menggunakan media digital. Di sini penulis menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui bagaimana pelestarian Wayang Potehi menggunakan media digital. Peneliti melakukan observasi dan melakukan wawancara kepada sumber Wayang Potehi yaitu pakar Wayang Potehi, Pembina Asosiasi Peranakan Tionghoa, dalang, dan penonton. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan observasi bahwa pelestarian Wayang Potehi tidak hanya secara langsung melalu acara namun juga dengan menggunakan media digital seperti website, Blog, Youtube, dan berbagai penggunaan media sosial juga karena penyebaran yang cepat dan targetnya adalah generasi muda.
Article Details
References
Alo, Liliweri, (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Prenada Media Grup
Bhakti, Andi Faisal, dkk. (2017). Literasi Politik dan Kampanye Pemilu. Churia (Center for Human Rights in Action)
Burgess, J., & Green, J. (2009). Youtube: Online video and participatory culture. Cambridge, UK: Polity
Cangara, Hafied. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Flew, Terry (2008). New Media, An Introduction. Oxford University Press, Oxford.
Gillin, J. L., Gillin, P. (1954). Cultural Sociology. A revision of an Introduction to Sociology. New York: The Macmillan Company
Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
John, Little (2012). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: CV Mustika
Juditha, Christiany. (2015). Stereotip dan Prasangka dalam Konflik Etnis Tionghoa dan Bugis Makassar. Jurnal Ilmu Komunikasi. 12 (1). 87-104
Mondry. (2008). Teori dan praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Na’im, Akhsan., & Hendry Syaputra. (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia. Oktober 2011. Diakses pada 10 September 2017. http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_ mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf
Nazir, Moh, Ph.D. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Onghokham. (2017). Migrasi Cina, Kapitalisme Cina dan Anti Cina. Depok: Komunitas Bambu.
Paramita, Sinta., & Wulan P. Sari. (2016). Komunikasi Lintas Budaya dalam Menjaga Kerukunan antara Umat Beragama di Kampung Jaton Minahasa. Jurnal Komunikasi. 1 (2). 156-157
R Wayne and Faules, Don F. (2006). Komunikasi Organisasi. Terjemahan. Bandung: Rosdakarya
Samovar, L. A., Porter, R. E, & McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya (Edisi 7). Jakarta: Salemba Humanika
Setiadi, Elly. (2012). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Grup.
Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Straubhaar, Joseph; Robert LaRose; Lucinda Davenport (2010). Media Now, Understanding Media, Culture and Technology, Wadsworth Cengage Learning, Boston, Boston.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Uricchio, W. (2009). The future of a medium once known as television. In Pelle Snickars, & Patrick Vonderau (eds), The Youtube Reader (p. 24-39). London, UK: Wallflower Press.
Widayatmoko, Diah Ayu, Budi Utami. (2018). Etika dan budaya berinteraksi di media sosial di SMA Surakarta. Vol.1 No.1 (p.29)
Wiryanto (2006). Teori Komunikasi Massa. Grasindo, Jakarta.
Woro, Dwi. (2014). Wayang Potehi. Jakarta: Sinar Harapan
Zarella, Dan. (2010). The Social Media Book. Gravenstein Highway North: O’Reilly Media Inc.