DUKUNGAN PSIKOSOSIAL UNTUK PENGUNGSI DI SHELTER KALIDERES JAKARTA BARAT

Main Article Content

Wiwik Sulistyaningsih
Dewi Trihandayani
Faturrohman
Ahmad Syahnurdin Hafizh

Abstract

Status as refugees due to social disaster situations, namely conflict and war, means that survivors are forced to
live an abnormal life. Some of them showing psychological isues such as sleep disturbances, reduced
concentration and focus, loss of self-confidence and self-esteem, loss of interest in activities, psychosomatic
complaints, and even depressive disorders. Meanwhile, from a social perspective, refugees experience physical
changes, changes in norms and values, changes in culture and social roles, as well as changes in social
structures and networks. All of this will have an impact on reducing the psychosocial welfare of refugees To
alleviate complaints of psychosocial problems, psychosocial support can be provided to refugees.The
beneficiaries in this activity were around 120 refugees consisting of around 80 adults, 25 children and 15
teenagers. The majority of them come from Afghanistan, and others come from Asian and African countries
which are currently in turmoil. The implementation of psychosocial support for refugees at the Kalideres
shelter is provided in five forms of activities, namely health checks, providing food, child psychosocial,
gardening and recreational sports. After being given this psychosocial support, the refugee residents showed a
feeling of greater relief, felt happy because they could enjoy fun activities, and were grateful to have been given
assistance to fulfill their physical and recreational needs. However, longer community assistance are needed,
involving greater resources, as well as stronger self-involvement of the refugees themselves so that they are
more empowered and more resilient to face the many challenges and difficulties. life.

ABSTRAK
Status sebagai pengungsi akibat situasi bencana sosial yakni konflik dan peperangan membuat penyintas
terpaksa harus menjalani kehidupan yang tidak normal. Tidak sedikit penyitas yang mengalami gangguan pada
aspek psikologis, seperti seperti mengalami gangguan tidur, berkurangnya konsentrasi dan fokus, hilangnya
kepercayaan diri dan harga diri, kehilangan minat untuk beraktivitas, keluhan psikosomatik, hingga gangguan
depresi. Sementara dari segi sosial, pengungsi yang berpindah ke negara lain akan mengalami perubahan fisik,
perubahan norma dan nilai, perubahan budaya dan peran sosial, serta perubahan struktur dan jaringan sosial.
Hal itu semua akan berpengaruh pada menurunnya kesejahteraan psikososial pengungsi. Untuk meringankan
keluhan problem psikososial tersebut maka dapat diberikan dukungan psikososial kepada pengungsi. Penerima
manfaat pada kegiatan ini adalah 120 orang pengungsi yang terdiri dari sekitar 80 orang dewasa, 25 orang
anak, dan 15 orang remaja. Mayoritas mereka berasal dari Afghanistan, kemudian lainnya berasal dari
negara-negara Asia dan Afrika yang sedang bergolak tidak aman. Adapun pelaksanaan dukungan psikososial
bagi refugee di shelter Kalideres diberikan dalam lima bentuk kegiatan yakni pemeriksaan kesehatan,
pemberian makanan, psikososial anak, gardening, dan rekreasional olah raga. Setelah diberikan dukungan
psikososial tersebut, warga pengungsi menunjukkan perasaan yang lebih lega, merasa gembira karena dapat
menikmati aktivitas yang menyenangkan, serta bersyukur telah diberi bantuan untuk pemenuhan kebutuhan
fisik dan rekreasional. Namun demikian agar dukungan psikososial yang diberikan dapat berefek lebih optimal
maka diperlukan upaya pendampingan komunitas yang lebih lama, melibatkan sumber daya yang lebih besar,
serta pelibatan diri yang lebih kuat dari diri pengungsi itu sendiri agar mereka lebih berdaya dan lebih resilien
untuk menghadapi banyaknya tantangan dan kesulitan hidup.
Kata kunci: dukungan psikososial, pengungsi, resiliensi.

Article Details

How to Cite
Sulistyaningsih, W., Trihandayani, D., Faturrohman, & Hafizh, A. S. (2024). DUKUNGAN PSIKOSOSIAL UNTUK PENGUNGSI DI SHELTER KALIDERES JAKARTA BARAT. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 6(3), 695–704. https://doi.org/10.24912/jbmi.v6i3.27069
Section
Articles

References

Akbar, T., & Dwijayanti, R. (2022). Upaya penanganan pengungsi luar negeri di Indonesia. https://setkab.go.id/upaya-penanganan-pengungsi-luar-negeri-di-indonesia/

Amalia, A.Nurul. (2020). Persepsi masyarakat setempat tentang keberadaan pengungsi internasional di wilayah Kelurahan Medang Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

http://www.antara.com. (2022). Bupati Bogor kewalahan hadapi 1.690 imigran di Puncak.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. (2020). Buku panduan dukungan psikososial bagi anak korban bencana alam.

Kurniawan, Yudi dan Savitri, Anna Dian. (2017). Terapi kelompok untuk menurunkan gejala depresi pada imigran pengungsi. Dinamika Sosial Budaya, Vol.19 (2)

Romanti, N. (2022). 4 Isu utama bidang Pendidikan dalam Presidensi G20. https://itjen. kemdikbud.go.id/web/4-isu-utama-bidang-pendidikan-dalam-presidensi-g20/

Rusmiyati, C. dan Hikmawati, E. (2012). Penanganan dampak sosial psikologis korban

bencana Merapi. Sosio Informa, 17(2)

Sulistyaningsih, W. (2009). Mengatasi trauma psikologis: Upaya memulihkan trauma akibat konflik dan kekerasan. Paradigma Indonesia.

Susetyo, H. (2022). Urgensi penanganan pengungsi dan pencari suaka di Indonesia. https://law.ui.ac.id/urgensi-penanganan-pengungsi-dan-pencari-suaka-di-indonesia-oleh-heru-susetyo-s-h-l-l-m-m-si-ph-d/

Tugade, M.M dan Fredrickson, B.L. (2004). Resilient individuals use positive emotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social Psychology, 86 (2), 320-333.

UNHCR. (2020). Pengungsi di Indonesia. http://www.unhcr.org.

Wijaya, C. (2019). Pengungsi asing di Jakarta dilarang bekerja dan ditolak warga sekitar. http://www. bbc.com/