PSIKOEDUKASI PENDIDIKAN SEKSUAL SEBAGAI BAGIAN DARI MENGENALI SEKSUALITAS SECARA SEHAT BAGI REMAJA

Main Article Content

Debora Basaria
Maria Theresia Kelly
Priska Maharani Setiawati

Abstract

The onset of puberty marks the adolescent period. During this period, adolescents will experience hormonal changes related to the maturity of their reproductive organs. The rapid development of technology makes it easy for adolescents to learn about sex. However, there is a challenge behind convenience in this digital era. Many individuals often misuse the internet as a place to commit crimes, one of which is the crime of illegal content, including pornography. Adolescents have the potential to get inaccurate information and endanger their development by accessing the internet without their parent's assistance. Discussion about sex is taboo, so it is rarely discussed in family or school. Not all adolescents live with their parents; many live in orphanages due to many factors. One of the orphanages, Al-Fatih, located in Palembang, stated that they had difficulties properly understanding the sex of children entering their teens to avoid negative behavior. The provision of psychoeducation on sexual education for adolescents at the Al-Fatih Orphanage was carried out on November 6, 2021, involving 12 teenagers aged 11-17. Psychoeducation is carried out as seminars by providing material about sexuality in adolescents, film discussions, and coping strategies. The post-test results show that adolescents have a better understanding of their sexuality at this time of puberty and understand maintaining and protecting their bodies


ABSTRAK:


Periode remaja ditandai oleh munculnya pubertas. Pada periode tersebut, remaja akan mengalami perubahan hormon yang berkaitan dengan kematangan organ reproduksi mereka. Perkembangan teknologi yang pesat memberikan kemudahan bagi remaja untuk mencari tahu segala hal tentang seks. Remaja berpotensi mendapatkan informasi yang tidak tepat dan membahayakan perkembangan mereka mengakses internet jika tanpa adanya pendampingan dari orang tua. Namun, dibalik kemudahan di era digital ini terdapat sebuah tantangan tersendiri, di mana banyaknya oknum yang sering kali menyalahgunakan media internet sebagai tempat untuk melakukan tindak kriminalitas, salah satu nya seperti kriminalitas konten ilegal yang meliputi pornografi. Pembahasan mengenai seks masih tabu sehingga jarang dibahas dalam keluarga maupun sekolah. Tidak semua remaja tinggal bersama orangtua, cukup banyak remaja yang tinggal di panti asuhan. Salah satu panti asuhan, Al-Fatih di Palembang, memiliki kendala dalam memberikan pemahaman mengenai seks secara tepat pada anak yang memasuki usia remaja agar terhindar dari perilaku negatif. Solusi berupa pemberian psikoedukasi pendidikan seksual pada remaja di Panti Asuhan Al-Fatih dilaksanakan tanggal 6 November 2021. Peserta terdiri dari 12 remaja berusia 11-17 tahun. Psikoedukasi mengambil bentuk berupa pemberian seminar, diskusi film, serta cara strategi coping. Berdasarkan hasil dari post-test menunjukkan remaja memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai seksualitas mereka dan memiliki pemahaman dalam menjaga dan melindungi tubuh dan diri mereka

Article Details

How to Cite
Basaria, D., Kelly, M. T., & Setiawati, P. M. (2022). PSIKOEDUKASI PENDIDIKAN SEKSUAL SEBAGAI BAGIAN DARI MENGENALI SEKSUALITAS SECARA SEHAT BAGI REMAJA. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 5(2), 284–292. https://doi.org/10.24912/jbmi.v5i2.18763
Section
Articles

References

Batubara, J. R. L. (2010). Adolescent development (perkembangan remaja). Sari Pediatri, 12(1), 21-29.

Chasanah, I. (2018). Psikoedukasi pendidikan seks untuk meningkatkan sikap orang tua dalam pemberian pendidikan seks. Jurnal Intervensi Psikologi, 10(2), 133-150.

Erfiany, F. E., Suryawan, A., Nawangsari, N. A. F., & Wittiarika, I. D. (2021). The perceptions, attitudes and behaviors of mothers in providing early sex education. Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, 4(2), 168.

Erik, E. H. (1950). Identity and the life cycle. New York: International University Press.

Erni. (2013). Pendidikan seks pada remaja. Jurnal Health Quality, 3(2), 69-140.

Friedrich, W. N. (2003). Studies of sexuality of nonabused children. In Indiana University Press (Ed.), Sexual development childhood.

Herjanti. (2015). Pola asuh orang tua tentang pendidikan seks anak usia dini. Jurnal Ilmu Kebidanan Indonesia, 5(2).

Jarkovska, L., & Lamb, S. (2018). Not innocent, but vulnerable: An approach to childhood innocence. In The Cambridge Handbook of Sexual Development: Childhood and Adolescent. Cambridge University Press.

King, L. A. (2017). The science of psychology: An appreciative view (4th edition). New York: McGraw-Hill Education.

Mesra, E., & Fauziah. (2016). Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja. Jurnal Ilmiah Bidan, 1(2), 34-41.

Maelissa, S. R., Setiawan, A., & Widyatuti. (2018). Kemampuan remaja menggunakan strategi koping dalam lingkungan yang berisiko terhadap perilaku seksual pranikah. Global Health Science, 3(1), 37-43. doi: http://dx.doi.org/10.33846/ghs.v3i1.241

Maharani, T. (2021). Darurat kekerasan seksual dan terabaikannya RUU TPKS. Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2021/12/31/11490691/kaleidoskop-2021-darurat-kekerasan-seksual-dan-terabaikannya-ruu-tpks?page=all

Mantalean, V. (2022). Pemerintah catat 6.500 lebih kasus kekerasan seksual terhadap anak sepanjang 2021. Kompas.com.

https://nasional.kompas.com/read/2022/01/19/18555131/pemerintah-catat-6500-lebih-kasus-kekerasan-seksual-terhadap-anak-sepanjang?page=all

Mulati, D., & Lestari, D. I. (2019). Hubungan penggunaan media sosial dan pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(1), 24-34

Nurrahmawati. (2012). Mekanisme koping remaja putri yang pernah melakukan hubungan seksual oranikah di kecamatan langsa timur tahun 2012. [Tesis, Universitas Sumatera Utara]. Repositori USU. https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/41262

Putra, A. M. (2018). Remaja dan pendidikan seks. RISTEKDIK: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 3(2), 61-69.

Ratnasari, R. F., & Alias, M. (2016). Pentingnya pendidikan seks untuk anak usia dini. Jurnal Tarbawi Khatulistiwa, 2(2), 55-59.

Repi, I. E., Ake, J., & Mongdong, J. (2020). Mekanisme koping dengan perilaku pencegahan seks bebas pada remaja di SMA N 1 Amurang. E-Jurnal Sariputra, 7(2), 34-38. http://jurnal.unsrittomohon.ac.id/index.php?journal=ejurnal&page=article&op=view&path%5B%5D=486

Sigalingging, G., & Sianturi, I. A. (2019). Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di SMK Medan Area Medan Sunggal. Jurnal Darma Agung Husada, V (April), 9-15.

Suparno, P. (2006). Spiritualitas dan seksualitas dalam hidup membiara. Rohani menjadi semakin insani: Menopang impian terpendam. Yogyakarta: Kanisius.

Wurtele, S. (2011). Normative sexuality development in childhood: Implications for developmental guidance and prevention of childhood sexual abuse. Counseling and Human Development, 43(9), 1– 24.

Winata, W., Khaerunisa, & Farihen. (2017). Perkembangan seksual anak usia dua tahun (Studi Kualitatif Perkembangan Seksual Pada Zakia). Jurnal Pendidikan Usia Dini, 11(2), 342–357.

Widyawati. (2018). Bagi para remaja, kenali perubahan fisik untuk menghindari masalah seksual. Kemkes.go.id. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181219/2228898/bagi-para-remaja-kenali-perubahan-fisik-menghindari-masalah-seksual/