PELAYANAN SKRINING PENERAPAN ATURAN MAKAN (FEEDING RULES) DAN STATUS GIZI SISWA TK BUNDA MULIA SCHOOL

Main Article Content

Fransiska Farah Farah
Hansen
Rafennia Kakalang

Abstract

Inappropriate feeding rules become one of the cause of child malnutrition in Indonesia. Appropriate feeding rules recommendation (Bernard-Bonnin, 2016) are 1) having regular mealtime, eat duration no more than 30 minutes, only consume water between the meal time 2) feeding without force, no distraction, not giving food as a gift and 3) procedure: eat without help. The University of Tarumanagara Environmental Community Service  (PKM) activity on March 2023 was provided  to screen the implementation of feeding rules among students of TK Bunda Mulia School (BMS) and their nutritional status.   The screening involved clerkship students of the Resident Program for  anthropometry examination at school and with parents filled the google-form on implementation of feeding rules at home. There were 54 (100%) students  age- range from 57-61 months. Fifty-two students (96,3%) have regular mealtime, eat no more than 30 minutes (n=33;61,1%), feed without force (n=39;72,2%), no distraction during feeding (n=26;48,1%), thirty students (59,3%)  eat without help but there were still given the food as a gift and consume food beside water outside the mealtime. Forty six students are well-nourished (n=46;85,2%), no undernourished or severe malnourished, 6 with overweight(11,1%)  and 2 obese(3,7%). Fifty two students have normal height (96,3%), and one with stunting (1,9%). The feeding rules has not been properly implemented and malnutrition is still found among TK BMS students.


ABSTRAK


Aturan makan (feeding rules) yang tidak benar merupakan salah satu penyebab malnutrisi anak di Indonesia pada semua lapisan masyarakat. Penerapan feeding rules (Bernard-Bonnin, A(2006) meliputi 1)Jadwal makan, makan maksimal 30 menit, hanya mengkonsumsi air putih diluar waktu makan; 2)makan tidak dipaksa, tidak ada distraksi, makan tidak ditawarkan sebagai hadiah dan 3) Prosedur: anak terbiasa makan sendiri tanpa dibantu. Pelayanan skrining ini merupakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara di bulan Maret 2023 untuk mengetahui penerapan feeding rules dan status gizi siswa TK Bunda Mulia School (BMS). Skrining melibatkan mahasiswa kepaniteraan Program studi Profesi Dokter untuk mengukur antropometri siswa TK BMS di sekolah dan orangtua bekerjasama mengisi  kuesioner google form mengenai penerapan feeding rules di rumah. Hasil skrining menunjukkan 54 (100%) siswa dengan rentang usia 57-61 bulan. Limapuluh dua siswa (96,3%) mempunyai jadwal makan, makan maksimal 30 menit (n=33;61,1%), makan tidak dipaksa (n=39;72,2%), tidak ada distraksi saat makan (n=26;48,1%), 30  siswa (59,3%) sudah terbiasa makan sendiri namun masih ada siswa yang diberikan makanan sebagai hadiah dan mengkonsumsi makanan selain air putih diluar waktu makan. Empat puluh enam siswa mempunyai status gizi baik (85,2%), tidak ada siswa dengan status gizi kurang atau gizi buruk, 6 gizi lebih/overweight (11,1%) dan 2 obese (3,7%). Terdapat 52 siswa mempunyai tinggi badan normal (96,3%) dan 1 pendek (1,9%). Penerapan aturan makan belum sepenuhnya diterapkan dengan baik dan masih didapatkan malnutrisi pada siswa TK BMS.

Article Details

How to Cite
Farah, F. F., Hansen, & Kakalang, R. (2023). PELAYANAN SKRINING PENERAPAN ATURAN MAKAN (FEEDING RULES) DAN STATUS GIZI SISWA TK BUNDA MULIA SCHOOL. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 6(2), 419–426. https://doi.org/10.24912/jbmi.v6i2.25049
Section
Articles

References

Litbangkes. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses dari https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf.

WHO. (2003). Global Strategy for Infant and Young Children Feeding. Diakses dari https://www.who.int/publications/i/item/9241562218.

IDAI. (2015, Juli 6). Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. diakses dari https://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf.

Stewart CP, Ianotti L, Dewey KG, Michaelsen KF, Onyango AW. (2013). Contextualising complementary feeding in a broader framework for stunting prevention. Maternal Child Nutr, 9(Suppl. 2):27–45.

Branca M, Ferrari M. (2002). Impact of Micronutrient Deficiencies on Growth: The Stunting Syndrome. Ann Nutr Metab, 46(suppl 1):8–17.

Walker SP, Chang SM, Powell CA, Grantham-McGregor SM. (2005). Effects of early childhood psychosocial stimulation and nutritional supplementation on cognition and education in growth-stunted Jamaican children: prospective cohort study. Lancet, 366:1804–07.

Pak-Gorstein S, Haq A, Graham EA. (2009). Cultural influences on infant feeding practices. Ped Rev, 30:e11 -21.

World Health Organization – Pan American Health Organization.(2003). Guiding Principles for Complementary Feeding of the Breastfed Child. Geneva: WHO-PAHO. Diakses dari https://paho.org/hq/dmdocuments/2012/GuidingPrinciples.pdf

Hodges EA. (2016). Development of Feeding Cues during Infancy and Toddlerhood. MCN Am J Matern Child Nurs. 2016 Jul-Aug; 41(4): 244–251. doi: 10.1097/NMC.0000000000000251.

Zhafira, Silaban DYL. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Nutrisi Terhadap Status Gizi anak 1-2 tahun di Puskesmas Dumai Barat. Jurnal Kesehatan and Kedokteran Tarumanagara, vol1 No.1. Diakses dari https://journal.untar.ac.id/index.php/JKKT/article/view/20724.

Kumala M, Lontoh SO, Novendy N. (2021). Hubungan Status Gizi, Lingkar Pinggang, dan Profil Lipid terhadap Hipertensi Pada Usia Produktif Berpenghasilan Rendah. Jurnal Mura Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, vol5 no.1. Diakses dari https://journal.untar.ac.id/index.php/jmistki/article/view/9930.

Hambali N, Karjadidjaja I.(2018). Hubungan Pola makan dengan tingkat obesitas anak (studi empiris pada anak umur 8-10 tahun di Sekolah Dasar Bunda Hati Kudus). Tarumanagara Medical Journal, vol 1 No.1. Diakses dari https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/view/2531.

Ainsworth MDS, Belhar MC, Waters E, Wall S. (2015). Patterns of attachment: a psychological study of the strange situation. Newyork and London: Taylor&Francis. Diakses dari https://mindsplain.com/wp-content/uploads/2021/01/Ainsworth-Patterns-of-Attachment.pdf.

Aboud FE, Akhter S. (2011). A cluster-randomized evaluation of a responsive stimulation and feeding intervention in Bangladesh. Pediatrics, 127: e1191–e1197.

Engle PL, Pelto GH. (2011). Responsive Feeding: Implications for Policy and Program Implementation. J Nutr, 141(3):508–11. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3040908/pdf/nut1410508.pdf.

Agampodi TC. (2014). Responsive feeding: the missing link in child malnutrition in Sri Lanka. Sri Lanka J Child Health, 43:53-4. Diakses dari https://storage.googleapis.com/jnl-sljo-j-sljch-files/journals/1/articles/6662/submission/proof/6662-1-23580-2-10-20160104.pdf.

Birch LL, Fisher JO. (1998) Development of eating behavious among children and adolescents. Pediatrics. 101:539-49.

Scaglioni S, DeCosmi V, Ciappolino V, Parazzini F, Brambilla P, Agostoni C. (2018). Factors influencing Children’s Eating Behaviour. Nutrients, 10(6),706; https://doi.org/10.3390/nu10060706.

Bernard-Bonnin, A. (2006). Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam Physician, 52:1247-51.

Darwati, Mexitalia M, Hadiyanto S, Hartanto F, Nugraheni SA. (2014). Pengaruh intervensi konseling feeding rules dan stimulasi terhadap status gizi dan perkembangan anak di Posyandu Kabupaten Jayapura. Sari Pediatri, vol.15, No.6, April 2014. Diakses dari https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/239/186.

Kadarhadi E, Pratiwi R, Mexitalia M. (2012). Pengaruh konseling dengan “feeding rules” terhadap status gizi anak dengan kesulitan makan. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012. [Skripsi]. Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/11735831.pdf.

Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. (2023, Jan 25). Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% ddari 24,4%. Diakses dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/