Hubungan Antara Self-Compassion dengan Subjective Well-Being Pada Remaja Broken Home
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan antara self-compassion dan subjective well-being pada remaja yang berasal dari keluarga broken home. Self-compassion merujuk pada sikap menerima diri dengan penuh kasih sayang, sementara subjective well-being menggambarkan perasaan kepuasan hidup dan kebahagiaan subjektif individu. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan pengumpulan data melalui kuesioner daring yang disebarkan di media sosial. Partisipan yang terlibat berjumlah 315 remaja yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara self- compassion dan subjective well-being dengan nilai korelasi Spearman sebesar 0.621 (p< 0.05), yang berarti semakin tinggi tingkat self-compassion pada remaja, semakin tinggi pula tingkat subjective well-being yang mereka rasakan. Temuan ini menunjukkan bahwa self-compassion dapat menjadi faktor penting dalam meningkatkan kesejahteraan subjektif remaja, terutama bagi mereka yang tumbuh dalam keluarga broken home. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan self-compassion untuk mendukung kesejahteraan psikologis remaja. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman tentang peran self-compassion dalam kesejahteraan individu, serta menjadi dasar bagi pengembangan intervensi psikologis yang bertujuan untuk memperbaiki kesejahteraan remaja yang berasal dari keluarga dengan latar belakang yang penuh tantangan.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang mempublikasikan jurnal ini setuju dengan ketentuan sebagai berikut:
- Penulis mempertahankan hak cipta dan memberikan jurnal hak publikasi pertama dengan pekerjaan secara bersamaan berlisensi di bawah Creative Commons Attribution yang memungkinkan orang lain untuk berbagi pekerjaan dengan pengakuan kepengarangan karya dan publikasi awal di jurnal ini.
- Penulis mampu untuk masuk ke dalam terpisah, pengaturan kontrak tambahan untuk distribusi non-eksklusif versi diterbitkan jurnal pekerjaan (misalnya, posting ke sebuah repositori institusi atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan publikasi awal di jurnal ini.
- Penulis diizinkan dan didorong untuk mengirim karya mereka secara online.
References
Aziz, R., & Mangestuti, R. (2021). Membangun keluarga harmonis melalui cinta dan spiritualitas pada pasangan suami istri di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 14(2), 129–139. https://doi.org/10.24156/jikk.2021.14.2.129
Booker, J. A., & Dunsmore, J. C. (2019). Testing direct and indirect ties of self-compassion with subjective well-being. Journal of Happiness Studies, 20(5), 1563–1585. https://doi.org/10.1007/s10902-018- 0011-2
Diener, E. (2000). Subjective well-being: The science of happiness and a proposal for a national index. American Psychologist, 55(1), 34–43. https://doi.org/10.1037/0003-066X.55.1.34
Fachrial, L. A., & Maulydia, N. (2023). Hubungan antara self-compassion dan loneliness pada remaja broken home. Jukeke, 2(2), 2829–050. https://doi.org/10.56127/jukeke
Febrianingsih, E., Afriyeni, N., Armalita, R., & Anggreiny, N. (2022). Pengaruh self-compassion terhadap subjective well-being pada remaja panti asuhan kota Padang. Psibernetika, 15(2), 110–121. https://doi.org/10.30813/psibernetika.v15i2.3738
Karinda, F. B. (2020). Belas kasih diri (self-compassion) pada mahasiswa. Cognicia, 8(2), 234–252. https://doi.org/10.22219/cognicia.v8i2.11288
Maulana, H., Khawaja, N., & Obst, P. (2019). Development and validation of the Indonesian well-being scale. Asian Journal of Social Psychology, 22(3), 268–280. https://doi.org/10.1111/ajsp.12366
Nugraha, A. D. (2023). Kesejahteraan subjektif pada emerging adulthood ditinjau dari self-compassion dan religiusitas pada remaja akhir. Psyche 165 Journal, 16(3), 189–194. https://doi.org/10.35134/jpsy165.v16i3.269
Pangarak, E. C., Alwi, M. A., & Sulastri, T. (2023). The influence of self-compassion on subjective well- being with self-adjustment as a moderating variable in students at university. Pinisi Journal of Arts, Humanities and Social Studies, 6(2). https://doi.org/10.20527/pjahss.2023.06.002
Rahayu, H. S. (2020). Hubungan regulasi emosi dengan subjective well-being pada remaja dengan orangtua bercerai. Cognicia, 8(2), 178–190. https://doi.org/10.22219/cognicia.v8i2.11537
Sari, E. P., Roudhotina, W., Rahmani, N. A., & Iqbal, M. M. (2020). Kebersyukuran, self-compassion, dan kesejahteraan psikologi pada caregiver skizofrenia. Jurnal Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim, vol. 16, no. 1, 2020, pp. 1-10, https://doi.org/10.24014/jp.v16i1.9081
Sigiro, J. S., Alexander, F., & Al-Ghifari, M. A. (2022). Dampak keluarga broken home pada kondisi mental anak. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS), 1(2), 766–775. https://ojs.uniska- bjm.ac.id/index.php/AN-NUR/article/view/2498
Sugianto, D., Suwartono, C., & Sutanto, S. H. (2020). Cam-ICU versi bahasa Indonesia. Psikologi Perseptual, Mei. https://doi.org/10.24854/jpu02020-337
Yundari, N. M. A. D., & Nurcahyo, F. A. (2023). Peran kelekatan dengan orangtua dan kecerdasan emosional terhadap kesejahteraan psikologis siswa SMA. Jurnal Psikologi Udayana, 10(1), 307. https://doi.org/10.24843/jpu.2023.v10.i01.p1