KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA PADA MASYARAKAT LINGSAR LOMBOK BARAT (STUDI AKULTURASI BUDAYA PADA KELOMPOK SASAK ISLAM)

Main Article Content

Suzy Azeharie

Abstract

Sasak ethnicity is the dominant ethnic group on Lombok Island, followed by Balinese ethnicity. The Balinese community in Lombok has a relationship with the Majapahit Kingdom in East Java. When the Hindu kingdom of Majapahit collapsed, conquered the Kingdom of Demak which was the first Islamic kingdom in the archipelago, some of the Majapahit Hindu community then moved to the islands of Bali and Lombok to settle. The entry of Islamic teachings brought a new historical chapter in changing the religious beliefs of the Sasak ethnicity into followers of Islam.  Because Hinduism originating from Java only influenced the cultural development of the Sasak community. In Lingsar District, Mataram, there is a temple. For Hindus, a temple is a holy place that serves as a place of worship. Side by side with the temple is a complex that is considered sacred by the Islamic Sasak group. The complex is called Kemaliq which contains a pool filled with clear flowing water. Hindus and Sasak Muslims highly respect the existence of Kemaliq and every day put offerings such as canang sari which makes Kemaliq a common open space for both religious groups. In this open space, there was social interaction between Hindu and Islamic groups. The formulation of this research problem is how cultural acculturation occurs in the Islamic Sasak community due to cross-cultural communication carried out in Lingsar. This research approach is qualitative descriptively with a case study research method. Data collection techniques were carried out by direct observation and interviews with Islamic and Hindu traditional leaders and Lingsar Village Head. The results revealed that cultural acculturation can be seen from the form of buildings in Kemaliq and the cultural rituals of the Islamic Sasak people. At the entrance gate and spring there are various statues that are the same as statues in Hinduism. The offerings given to statues and sacred places also take the form of Hindu offerings.


 


Etnis Sasak adalah kelompok etnis dominan di Pulau Lombok, diikuti oleh etnis Bali. Masyarakat Bali di Lombok memiliki hubungan dengan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Ketika kerajaan Hindu Majapahit runtuh, ditaklukan Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara, sebagian masyarakat Hindu Majapahit kemudian pindah ke pulau Bali dan Lombok untuk menetap. Masuknya ajaran Islam membawa babak sejarah baru dalam mengubah keyakinan agama etnis Sasak menjadi pemeluk agama Islam.  Karena agama Hindu yang berasal dari Jawa hanya mempengaruhi perkembangan budaya masyarakat Sasak. Di Kecamatan Lingsar, Mataram, terdapat sebuah pura. Bagi umat Hindu, pura adalah tempat suci yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Berdampingan dengan pura adalah kompleks yang dianggap suci oleh kelompok Sasak Islam. Kompleks ini disebut Kemaliq yang berisi kolam berisi air yang mengalir jernih. Umat Hindu dan Muslim Sasak sangat menghormati keberadaan Kemaliq dan setiap hari menaruh sesajen seperti canang sari yang menjadikan Kemaliq sebagai ruang terbuka bersama bagi kedua kelompok agama tersebut. Di ruang terbuka ini, terjadi interaksi sosial antara kelompok Hindu dan Islam. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana akulturasi budaya terjadi pada masyarakat Islam Sasak akibat komunikasi lintas budaya yang dilakukan di Lingsar. Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan metode penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara dengan tokoh adat Islam dan Hindu serta Kepala Desa Lingsar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akulturasi budaya dapat dilihat dari bentuk bangunan di Kemaliq dan ritual budaya masyarakat Sasak Islam. Di gerbang masuk dan di tempat mata air terdapat berbagai arca yang sama dengan arca dalam agama Hindu. Persembahan yang diberikan kepada patung dan tempat-tempat suci juga mengambil bentuk persembahan Hindu.

Article Details

Section
Artikel

References

Basarudin, B. (2019). Sejarah Perkembangan Islam di Pulau Lombok pada Abad Ke-17. SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, 2(1), 31-44. https://doi.org/10.20414/sangkep.v2i1.933.

Budhawati, N. P. (2021). Konsep ketuhanan dalam sistem kepercayaan masyarakat bali beragama hindu di Lombok. Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, Dan Masyarakat, 4(2), 1-12. https://doi.org/https://doi.org/10.53977/sd.v4i2.366.

Burga, M. A. (2019). Kajian Kritis tentang Akulturasi Islam dan Budaya Lokal. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 5(1), 1-20. http://dx.doi.org/10.31332/zjpi.v5i1.1358.

Cederrots, S. (2016) Gods and spirits Lombok. The wetutelu religion dalam animism in south east asia ed. Routhledge.

Dewi, N. P. S., Nerawati, N. G. A., & Widiana, I. G. P. G. (2018). Eksistensi pura lingsar dalam dinamika toleransi antar umat beragama di Nusa Tenggara Barat (Perspektif filsafat hindu). Jurnal Penelitian Agama Hindu, 2(1), 442-430. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php.

Desasedang. (2018, Juli 8). Makna dibalik patung penjaga di gerbang pura. Desasedang Badung.https://desasedang.badungkab.go.id/berita/30866-makna-dibalik-patung-penjaga-di-gerbang-pura

Dianawati, W., & Mustika, M. (2016). Analisis pengaruh pengeluaran konsumsi pedagang canang di pasar tradisional kecamatan Denpasar Barat. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 5.

Fernando, J., Marta, R. F., & Hidayati, R. K. (2020). Reaktualisasi mahasiswa diaspora Indonesia dalam menjaga identitas budaya bangsa di Benua Australia. Jurnal Kajian Komunikasi, 8(2), 194-206. https://doi.org/10.24198/jkk.v8i2.25219.

Hariana, K. (2017). Banten Canang Sari sebagai Identitas Budaya Bali dalam Pewarisan Pendidikan Estetika dan Ecocourt di Sulawesi Tengah [Conference Paper, Seminar Nasional Seni dan Desain]. https://www.neliti.com/publications/196060/banten-canang-sari-sebagai-identitas-budaya-bali-dalam-pewarisan-pendidikan-este.

Harnish, D. D. (2014). Between Harmony and Discrimination: Negotiating Religious Identities within Majority-Minority Relationship in Bali and Lombok (Vol. 3). Brill. https://doi.org/10.1163/9789004271494_004.

Jayadi, S., Demartoto, A., Kartono, D.T. (2019). Social Integration between islam and hindu adherents through perang topat tradition in West Lombok Indonesia, Proceeding of 1st Workshop on Environmental Science, Society and Technology, WESTECH 2018. http://dx.doi.org/10.4108/eai.8-12-2018.2283994.

Jayadi, S. (2018). Rasionalisasi tindakan sosial masyarakat suku sasak terhadap tradisi perang topat (Studi kasus masyarakat islam sasak Lombok Barat). Jurnal Sosiologi Agama, 11(1), 13-34. https://doi.org/10.14421/jsa.2017.111-02.

Keling, G. (2019). Makam kuno di situs anggareksa kecamatan Lombok Timur: bukti pengaruh awal islam di Lombok. Jurnal Arkeologi Siddhayátra, 24(2). https://doi.org/10.24832/siddhayatra.v24i2.153.

Kurniawan, M. F. (2021). Sapi, antara hewan suci dan konsumsi!(Melihat keberadaan hewan sapi dalam perspektif ajaran saiva siddhanta, veda manu samhita, lontar devi bhagavatam, pantheisme dan teori ekologi agama). Pasupati, 7(2), 165-175. http://dx.doi.org/10.37428/pspt.v7i2.235.

Manuaba, I. B. P., & Sartini, N. W. (2022). Spirit toleransi dari desa: sebuah kajian fenomenologi budaya masyarakat multikultural di Balun, Gilimanuk, dan Lingsar. Mozaik Humaniora, 22(1), 64-76. https://doi.org/10.20473/mozaik.v22i1.36240.

Mustivia, M., Antariksa, A., & Ridjal, A. M. (2016). Aktivitas ritual pembentuk teritori ruang pada pura lingsar Lombok [Doctoral dissertation, Brawijaya University].

Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif (Ed. revisi). PT. Remaja Rosdakarya.

Nazish, N., & Kalra, N. (2018). Muslim prayer-a new form of physical activity: A narrative review. International Journal of Health Sciences and Research, 8(7), 337-344.

Pramana, I. B. B. S. A. (2020). Tradisi perang topat sebagai sarana mempererat kerukunan umat hindu dan islam waktu telu di pura lingsar. Prosiding STHD Klaten Jawa Tengah, 1(1), 166-173. https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/41.

Rijal, A. (2019). Proses islamisasi melalui jalur perniagaan di Lombok: Sebuah analisis historis. Kalijaga Journal of Communication, 1(2), 125-138. https://doi.org/10.14421/kjc.12.03.2019.

Samovar, L.A., Porter, R.P. & McDaniel, E.R. (2010). Komunikasi lintas budaya (ed. 7). Salemba Humanika.

Suadnya, I. W., & Paramita, E. P. (2018). Ritual perang topat sebagai strategi komunikasi dalam menjaga kebhinekaan: Lessons learnt dari tradisi suku sasak dan Bali di Pulau Lombok. JCommsci-Journal of Media and Communication Science, 1(1). https://doi.org/10.29303/jcommsci.v1i1.6.

Suhadah, S., Mulyana, D., Yusup, P. M., & Sjafirah, N. A. (2022). Pilgrimage sites as magnets of interfaith tolerance: The case of kemaliq lingsar in Indonesia. International Journal of Religious Tourism and Pilgrimage, 10(3), 3. https://doi.org/10.21427/c18s-tp8z.

Yasa, I. M. A., & Mataram, S. G. P. (2020). Upacara perang topatdi pura lingsar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Media Bina Ilmiah, 14(9), 3179-3190.

Yin, R. K. (2013). Studi kasus: Desain dan metode. Rajawali Pers.

Yusuf, M. (2015). Metode penelitian: Kuantitatif, kualitatif dan penelitian gabungan. Prenadamedia Group.

Zuhdi, M. H. (2012). Islam wetu telu di bayan Lombok. AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 17(2), 197-218. https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/akademika/article/view/164.