Jurnal Serina Sosial Humaniora

PERAN KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGATASI KONFLIK SOSIAL PENAMBANGAN MINYAK TRADISIONAL DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

Agoes Dariyo — 2024-02-21

The occurrence of social conflict between local communities and oil mine managers is caused by obstruction of community interests in obtaining financial benefits from oil mining activities in their area. The regional government is based on positive law, while the surrounding community adheres to customary law. Based on this idea, this research aims to analyze the role of local wisdom in overcoming social conflicts over traditional oil mining in Mangun Jaya and Sungai Angit villages, Babat Toman District, South Sumatra. It is hoped that this research will contribute to the development of the psychology of customary law related to resolving social conflicts over traditional oil mining. Data collection using in-depth interview techniques, observation and documented notes. Analysis technique using a thematic approach. The research results show that the community also uses local wisdom with a traditional humanist-family approach, namely deliberation and consensus with the government. There are 3 things in the concept of local wisdom that are emphasized by the community, namely self-confidence, self-respect and self-esteem. Next, they look for a middle ground "win-win solution" that is acceptable to both parties. The village community and the government both benefit, so that the community's social life runs harmoniously.

Terjadinya konflik sosial antara masyarakat setempat dengan pengelola tambang minyak disebabkan oleh terhalangnya kepentingan masyarakat untuk memperoleh keuntungan finansial dari kegiatan menambang minyak di wilayahnya. Pemerintah daerah berpijak pada hukum positif, sedangkan masyarakat sekitar berpegang pada hukum adat. Atas dasar pemikiran tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kearifan lokal untuk mengatasi konflik sosial penambangan minyak tradisional di desa Mangun Jaya dan Desa Sungai Angit, Kecamatan Babat Toman, Sumatera Selatan. Diharapkan penelitian ini menyumbangkan pengembangan ilmu psikologi hukum adat terkait penyelesaian konflik sosial penambangan minyak tradisional. Pengambilan data dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan catatan yang terdokumentasi. Teknik analisis dengan menggunakan pendekatan tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pun menggunakan kearifan lokal dengan pendekatan tradisional yang bersifat humanis-kekeluargaan yaitu musyawarah mufakat dengan pemerintah. Ada 3 hal dalam konsep kearifan lokal yang ditekankan oleh masyarakat yaitu kepercayaan diri (self-confidence), penghormatan diri (self-respect) dan harga diri (self-esteem). Selanjutnya, mereka mencari jalan tengah “win-win solution” yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Masyarakat desa maupun pemerintah sama-sama memperoleh keuntungan, sehingga kehidupan sosial masyarakat berjalan secara harmonis.

HUBUNGAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR DAN RESILIENSI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN HYBRID LEARNING DI JAKARTA

Muhammad Rafi Wijayanto — 2024-05-29

ABSTRACT

The change in learning methods from online learning to hybrid learning, creates various obstacles and challenges in the student learning process. This phenomenon causes students must have academic resilience skills so that the learning process can run optimally. Therefore, this research aim to determine the relationship between self-regulated learning and academic resilience in hybrid learning method in Jakarta. Data collection was carried out from 24 September – 9 October. This research consisted of 206 participants who were students aged 18 – 25 years old. This research uses a non-experimental quantitative method with a purposive sampling technique, with a survey method using g-form. The instruments in this research is Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) and the Academic Resilience Scale (ARS-30). Data analysis in this study used the SPSS version 25 application. The results of the correlation test using Pearson Correlation produced a value of r = 0.588, with a significance of p = 0.000 < 0.05. The results of this analysis show that there is a positive and significant relationship between self-regulated learning and academic resilience among students. Based on the results of the correlation test, the results showed that all aspects of self-regulated learning had a positive relationship, except for the test anxiety aspect which had a negative relationship with academic resilience. Then, based on the result of mean difference test, there are differences in self-efficacy aspect and academic resilience variable viewed from organizational participation.

ABSTRAK

Perubahan metode pembelajaran dari yang semula daring lalu berubah menjadi hybrid menimbulkan berbagai hambatan dalam proses belajar mahasiswa. Sehingga, mahasiswa perlu memiliki kemampuan resiliensi akademik yang baik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi diri dalam belajar dan resiliensi akademik pada kondisi belajar hybrid di Jakarta. Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan pada 24 September – 9 Oktober 2023. Penelitian ini terdiri dari 206 partisipan yang merupakan mahasiswa berusia 18 – 25 tahun yang melaksanakan pembelajaran dengan metode hybrid. Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental dengan teknik sampling purposive sampling, dengan metode survei menggunakan g-form. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang dan alat ukur Academic Resilience Scale (ARS-30). Analisis data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS versi 25. Hasil uji korelasi dengan menggunakan Pearson Correlation, dihasilkan nilai r = 0,588, dengan signifikansi p = 0,000 < 0,05. Hasil analisis ini menandakan bahwa ditemukan hubungan positif dan signifikan antara regulasi diri dalam belajar dan resiliensi akademik pada mahasiswa di Jakarta yang menggunakan metode belajar hybrid. Berdasarkan hasil uji korelasi per dimensi, didapatkan hasil bahwa seluruh dimensi regulasi diri dalam belajar memiliki hubungan positif, kecuali pada dimensi test anxiety yang memiliki hubungan negatif terhadap resiliensi akademik. Lalu, berdasarkan hasil uji beda, terdapat perbedaan pada dimensi self-efficacy dan variabel resiliensi akademik ditinjau dari partisipasi organisasi.

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA GEREJA X

Feline Carlene — 2024-05-29

Adolescence is often associated with a period of searching for self-identity and a period of transition into adulthood, which is also called a period of storm, pressure and delinquency. Spirituality has a role in providing values, foundations of belief, meaning, goals, meaning of life and as social support in developing adolescent identity. The emergence of a person's self-confidence comes from self-concept, self-concept has an influence on a person's self-esteem and a person's self-esteem encourages a person to actualize his or her potential. If someone has self-confidence it will lead to positive self-actualization. A positive self-concept is supported by feelings of gratitude. This research was conducted because the results of a meeting between youth leaders concluded that there was a lack of self-confidence among teenagers during worship discussion sessions. Therefore, researchers want to know whether there is a relationship between spiritual well-being and self-confidence. The respondents in this study were members of the X Church with an age range of 11 to 18 years with a total of 100 respondents. This research method uses quantitative correlational methods. Research data is distributed normally. Research between the variables of spiritual well-being and self-confidence has a positive and significant correlation as evidenced by the values r = 0.433 and p = 0.000 (p<0.05).

Masa remaja seringkali dikaitkan dengan masa pencarian identitas diri dan masa transisi menjadi dewasa dimana hal ini disebut juga masa badai, tekanan dan kenakalan. Spiritual memiliki peran dalam memberikan nilai, landasan keyakinan, makna, tujuan, arti hidup dan sebagai dukungan sosial dalam mengembangkan identitas remaja. Munculnya kepercayaan diri seseorang berasal dari konsep diri, konsep diri memiliki pengaruh pada harga diri seseorang dan harga diri seseorang mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan potensi dalam dirinya. Jika seseorang memiliki kepercayaan diri maka akan mengumpan aktualisasi diri yang positif. Konsep diri yang positif didukung dengan perasaan syukur. Penelitian ini diadakan karena hasil rapat antar ketua ibadah remaja menyimpulkan adanya rasa tidak percaya diri remaja pada sesi diskusi ibadah. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan kesejahteraan spiritual dengan kepercayaan diri. Responden dalam penelitian ini merupakan jemaat Gereja X dengan rentang usia 11 sampai 18 tahun dengan total responden sebesar 100 orang. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Data penelitian tersebar secara normal. Penelitian antara variabel kesejahteraan spiritual dan kepercayaan diri memiliki korelasi yang positif dan signifikan yang dibuktikan dari nilai r = 0.433 dan p = 0.000 (p<0.05).

PENERAPAN KONSEP ‘THE HEART OF SANTIKA’ PADA DESAIN INTERIOR HOTEL SANTIKA PREMIERE

Tanniya Caroline — 2024-05-29

As the nation's capital, Jakarta has an important role and position in economic, regional, national and business activities in Indonesia. The people of Jakarta need a vacation spot to unwind from work and the hustle and bustle. Hotel managers need to think more forward to implement hotels that are based on the latest innovation and technology in order to survive, for example by implementing a touchless system. Hotel Santika Premiere is a business hotel which aims to be the main choice for the business community in Jakarta by providing accommodation services, food and drink, complete facilities that support the business activities of its guests while traveling. The method used in this research is a design method with descriptive analysis. The implementation of the theme "Heart Santika" is combined with the use of patterns depicting Jakarta Development. The choice of colors, use of light, and equipment will suit the needs of the space. The form is dynamic, where Jakarta is a city that is always facing change and development. Ultimately, this development will direct the Santika Premiere Hotel to a better change, a hotel that provides comfort, cleanliness and health for visitor activities. So that the Santika Premiere Hotel meets the standards of good, unique and memorable service for hotel guests. This research recommended for interior designers, architects and interior design course students.

Sebagai ibukota negara, Jakarta memiliki peran dan kedudukan penting dalam kegiatan ekonomi, regional, nasional, dan bisnis di Indonesia. Masyarakat Jakarta memerlukan tempat berlibur untuk melepas penat dari pekerjaan maupun hiruk pikuk. Pengelola hotel perlu untuk berpikir selangkah lebih maju untuk menerapkan hotel yang berbasis pada inovasi dan teknologi terbaru agar dapat bertahan, misalnya dengan penerapan sistem touchless. Hotel Santika Premiere merupakan hotel bisnis yang bertujuan untuk menjadi pilihan utama bagi masyarakat bisnis di Jakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa metode perancangan dengan analisis deskriptif. Pengembangan tema “The Heart of Santika” implementasinya dipadukan dengan penggunaan pola yang menggambarkan kebudayaan Jakarta. Pemilihan warna, cahaya, dan fixture akan menyesuaikan kebutuhan ruang. Bentuk dinamis, dimana Jakarta merupakan kota selalu menghadapi perubahan dan perkembangan. Pada akhirnya, pengembangan ini akan mengarahkan Hotel Santika Premiere ke perubahan lebih baik, hotel yang menyediakan kenyamanan, kebersihan, dan kesehatan bagi aktivitas pengunjung. Sehingga Hotel Santika Premiere memenuhi standar pelayanan yang baik, unik, dan berkesan bagi tamu hotel. Penelitian ini direkomendasikan untuk desainer interior, arsitek dan mahasiswa yang menempuh mata kuliah desain interior.

GAMBARAN BURNOUT PADA PROFESI FISIOTERAPIS: SCOPING REVIEW

Hanna Sonia Marieta — 2024-05-29

Every job has its own pressures and challenges, including physiotherapists who are health workers who help other people to recover but are prone to burnout. The author is interested in finding out what are the factors or impacts of burnout in physiotherapists and what preventive steps can be taken to minimize burnout in physiotherapists. Researchers use the scoping review method with the proposed guidelines and will be carried out according to the PRISMA-ScR methodology. The factors causing burnout in the research results include socio-demographic, organizational and personal aspects. Apart from that, there are also journal articles that discuss the relationship between burnout and other psychological variables, namely depression, anxiety and stress. In discussing impacts, there are internal impacts (for physiotherapists) and also external impacts (for working institutions or patients). Preventive actions that can prevent burnout in the physiotherapist profession include solutions for developing coping strategies, having a support system, and also preventive actions that can be carried out by health institutions. Based on the results of the discussion above, it can be concluded that burnout has many good causal factors that come from personal, socio-demographic and also from the work of the physiotherapist itself. However, it can be seen that the most dominant dimension of burnout experienced by physiotherapists is the emotional exhaustion dimension. Burnout also has a negative impact on both individual physiotherapists and patients who receive services, so it is important for physiotherapists to know themselves when they have to face problems, as a form of preventive action against burnout.

Setiap pekerjaan memiliki tekanan dan tantangannya tersendiri, termasuk fisioterapis yang merupakan salah satu tenaga kesehatan yang membantu orang lain untuk sembuh namun ternyata rentan terhadap burnout. Penulis tertarik untuk mengetahui apakah yang menjadi faktor atau dampak dari burnout pada fisioterapis dan bagaimana langkah preventif yang dapat dilakukan untuk meminimalisir burnout pada fisioterapis. Peneliti menggunakan metode scoping review dengan panduan yang diusulkan dan akan dilakukan sesuai dengan metodologi PRISMA-ScR. Faktor penyebab burnout di dalam hasil penelitiannya, terdapat aspek sosio demografi, organisasional dan juga personal. Selain itu terdapat juga artikel jurnal yang membahas keterkaitan antara burnout dengan variabel psikologi lainnya yaitu depresi, kecemasan, dan stres. Dalam membahas dampak terdapat dampak internal (bagi fisioterapis) dan juga dampak eksternal (bagi institusi bekerja atau pasien). Tindakan preventif yang dapat mencegah terjadinya burnout pada profesi fisioterapis, di dalamnya terdapat solusi untuk mengembangkan strategi coping, mempunyai sistem pendukung, dan juga tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh institusi kesehatan.Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa burnout memiliki banyak faktor penyebab baik yang berasal dari pribadi, sosio demografis dan juga dari pekerjaan fisioterapis itu sendiri. Namun dapat dilihat bahwa dimensi yang paling dominan dalam burnout yang dialami fisioterapis adalah pada dimensi emotional exhaustion. Burnout juga memiliki dampak yang negatif baik bagi individu fisioterapis maupun pasien yang menerima layanan, sehingga penting bagi para fisioterapis untuk mengenal dirinya sendiri ketika harus menghadapi masalah, sebagai bentuk tindakan preventif burnout.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN PENERIMAAN ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Yusianne Kasih Husada — 2024-05-29

In general, every parents want to have a healthy and normal child like other children .Child that born abnormally can cause prolonged stress to the parents. In worst case, it can cause torture to the child or even death of the child because parent cannot accept the condition of their child.. Social support need to be given to the parents so they feel appreciated, supported and not feeling alone in the process of acceptance of the condition of their child. Social support can be given in various forms which can be services, goods, information and others. In the past study that was conducted by Fitria shows that there is a significant relation between social support and acceptance of parents oof children with special needs. Researcher use Porter Parental Acceptance Scales (PPAS) and Social Support Scales (SSS) for the measuring instrument. The participant criteria is father or mother that have special needs child aged 5-18 years oldand the total of the participant that researcher got were 94 participant. This research have a pretty high reliability score which the alpha cronbach of social support is 0.915 > 0.60 and the alpha cronbach of parental acceptance is 0.812 > 0.60. After conducting correlation test, researcher find that social support is positively related to parental acceptance with correlation score of r = 0.334, p = 0.001 < 0.05.

Pada umumnya orangtua menginginkan anaknya untuk lahir dan tumbuh dengan normal seperti anak. Kondisi anak yang lahir tidak normal dapat berakibat stress berkepanjangan pada orangtua dan dapat berujung pada penyiksaan atau bahkan kematian pada anak karena orangtua tidak dapat menerima kondisi anaknya. Dukungan sosial diperlukan orangtua supaya orangtua merasa dihargai, didukung dan tidak merasa sendiri dalam melalui proses penerimaan kondisi anaknya yang diluar ekspektasi. Dukungan sosial dapat diberikan dalam berbagai bentuk yang dapat berupa jasa, barang, informasi, dan lain-lain. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitria menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan penerimaan orangtua anak berkebutuhan khusus. Peneliti menggunakan alat ukur Porter Parental Acceptance Scales (PPAS) dan Social Support Scale (SSS). Kriteria partisipan untuk penelitian ini adalah ayah atau ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus berusia 5-18 tahun dan penelitian ini mendapatkan 94 data partisipan. Penelitian ini memiliki reliabilitas yang cukup tinggi dengan nilai alpha cronbach sebesar 0,915 > 0,60 untuk dukungan sosial dan nilai alpha cronbach sebesar 0,812 > 0,60 untuk penerimaan orangtua. Setelah melakukan uji korelasi, peneliti menemukan bahwa dukungan sosial berhubungan secara positif dengan penerimaan orangtua dengan nilai korelasi yaitu r = 0,334, p = 0,001 < 0,05.

TEKNIK PERSUASI DAN CUSTOMER ENGAGEMENT PENJUAL DALAM MEMPROMOSIKAN BAJU SECOND DI PASAR SENEN, JAKARTA

Michella Jeslyn Hanly — 2024-05-29

The COVID-19 pandemic in Indonesia has led to an increase in online shopping, particularly in the fashion sector, which is the most popular product category contributing 20.71% of sales during this period. Social media serves as a key tool for promoting products while maintaining economic stability. Online shopping transactions are influenced by product pricing, convenience, and ease of purchase. Consumers prefer online shopping for several reasons. However, with offline activities starting in 2023 after the pandemic, there's a need for consumers to adapt and coordinate promotional strategies that align with offline conditions. Offline shopping also positively impacts consumer satisfaction, as customers are more willing to shop online. Online stores can enhance customer loyalty by providing quality service and interacting with customers. Conversely, offline stores can increase customer loyalty by promoting their products and fostering positive customer relationships. Persuasive communication significantly influences customer decision-making processes on e-commerce platforms like Shopee. Live streaming techniques and active communication between online and offline stores enhance customer relationships. Online stores can also boost customer loyalty by addressing customer concerns and building trust. Customer engagement plays a crucial role in the decision-making process, as consistent and high-quality service can create a sense of urgency for customers when purchasing products. Online platforms also help enhance customer loyalty through increased engagement via chat services. Based on these statements, it can be concluded that the COVID-19 pandemic has resulted in an increase in online shopping and offline shopping experiences, with consumers increasingly preferring online over offline shopping.

Pandemi COVID-19 di Indonesia menyebabkan meningkatnya belanja online, terutama di bidang fashion yang menjadi produk paling populer yang menyumbang 20.71% dari penjualan selama periode ini. Media sosial sebagai salah satu sarana untuk mempromosikan produk sambil mempertahankan stabilitas ekonomi. Transaksi dalam belanja online dipengaruhi oleh harga produk, kenyamanan, dan kemudahan pembelian. Konsumen lebih menyukai untuk berbelanja online karena beberapa hal. Namun, setelah pandemi aktivitas offline dimulai pada tahun 2023, yang membutuhkan adaptasi dari konsumen untuk mengkoordinasikan strategi promosi yang selaras dengan kondisi offline. Belanja offline juga memiliki dampak positif pada kepuasan konsumen, karena pelanggan lebih bersedia untuk berbelanja secara online. Toko online dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dengan memberikan layanan berkualitas dan berinteraksi dengan pelanggan. Sebaliknya, toko offline dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dengan mempromosikan produk mereka dan mendorong hubungan pelanggan yang positif. Komunikasi meyakinkan secara signifikan mempengaruhi proses pengambilan keputusan pelanggan di platform e-commerce seperti Shopee. Teknik streaming langsung dan komunikasi aktif antara toko online dan offline meningkatkan hubungan pelanggan. Toko online juga dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dengan menangani kekhawatiran pelanggan dan mendorong kepercayaan. Keterlibatan pelanggan juga memainkan peran dalam proses pengambilan keputusan, karena kualitas layanan yang konsisten dan berkualitas tinggi dapat memberikan rasa urgensi bagi pelanggan saat membeli produk. Platform online juga membantu meningkatkan loyalitas pelanggan dengan meningkatkan keterlibatan pelanggan melalui layanan chat. berdasarkan pernyataan ini dapat disimpulkan, pandemi COVID-19 telah menyebabkan peningkatan dalam belanja online dan pengalaman belanja offline, dengan konsumen semakin memilih online atas belanja offline.

ANALISIS FAKTOR JOB DEMAND TERHADAP BURNOUT PADA POLISI: A SYSTEMATIZED REVIEW

Helen — 2024-05-29

The police are the group at the forefront of handling or correcting individuals who have deviant behavior. So that symptoms of burnout appear in the police which is caused by police duties that involve distance from other people. As well as external factors that cause police to experience symptoms of burnout, such as workload. It is known that workload is one aspect of job demands that is intensely related to burnout. Seeing this phenomenon, this research aims to examine what job demand factors can influence police burnout. In addition, researchers want to identify the extent to which the following topics have been discussed in previous research using the systematized review method. Researchers searched for articles on related topics in five databases. Then from these five databases, there are 700 articles related to the topic you want to research. After sorting, there were eight articles that met the inclusion and exclusion criteria in this study. All articles used have also undergone a quality assessment using the AXIS Tool. The results obtained from this quality assessment were five articles that had a low risk of bias and three other articles that had a very low risk of bias. And the results obtained from this research are that intensive work demands can influence police fatigue. In addition, ten aspects of job demands were found that could influence burnout in police officers. The limitation of this research is that it is too broad in the demographic aspect.

Polisi merupakan kelompok yang berada di barisan paling depan untuk menghadapi atau memperbaiki individu yang memiliki perilaku menyimpang. Sehingga muncul gejala burnout pada polisi yang disebabkan tugas-tugas polisi yang rentang berhubungan dengan orang lain. Serta adapun faktor eksternal yang menyebabkan polisi timbul gejala burnout, seperti beban kerja. Diketahui bahwa beban kerja sebagai salah satu aspek job demand yang berhubungan intens dengan burnout. Dilihat dari fenomena tersebut, membuat penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor job demand apa saja yang dapat mempengaruhi burnout pada polisi. Selain itu, peneliti ingin mengidentifikasi sejauh mana topik berikut telah dibahas pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode Systematized Review. Peneliti melakukan pencarian artikel mengenai topik terkait pada lima database. Kemudian dari lima database tersebut, terdapat sebanyak 700 artikel yang terkait dengan topik yang ingin diteliti. Setelah disortir terdapat delapan artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi serta eksklusi pada penelitian ini. Keseluruhan artikel yang digunakan juga sudah dilakukan penilaian kualitas dengan menggunakan AXIS Tool. Hasil yang didapatkan dari penilaian kualitas tersebut adalah sebanyak lima artikel yang memiliki resiko bias rendah dan tiga artikel lainnya memiliki resiko bias yang sangat rendah. Serta diperoleh hasil dari penelitian ini adalah job demand secara intensif dapat mempengaruhi burnout pada polisi. Selain itu, ditemukan sepuluh aspek job demand yang dapat mempengaruhi burnout pada polisi. Adapun keterbatasan pada penelitian ini yaitu terlalu luas dalam aspek demografi.

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN COPING STRESS PADA GURU SEKOLAH DASAR

Cinta Nadira Zakira — 2024-05-29

The teaching profession is considered a job that often causes high levels of stress. Because only teachers at the elementary school level teach in almost all fields of study, this situation is a stressor for elementary school teachers. Work stress is defined as a source of stress in the context of the work environment, encouraging individuals to respond with physiological, psychological and behavioral reactions. In dealing with stressors, efforts are needed which are known as coping. In stressful situations, the term used is coping stress. The aim of this study was to investigate the correlation between work stress and stress coping in elementary school teachers. This research uses quantitative methods by collecting data through online purposive sampling techniques, involving 246 participants. The instruments used are Parker's Job Stress to measure work stress and The Brief COPE to measure coping stress. The results of this research shows that there's a positive and significant correlation with the level of work stress and the coping stress strategies with the elementary school teachers.

Profesi guru dianggap sebagai pekerjaan yang sering menimbulkan tingkat stres yang tinggi. Dikarenakan hanya guru pada tingkat sekolah dasar yang mengajar di hampir semua bidang studi, keadaan ini menjadi salah satu pemicu stres bagi para guru sekolah dasar. Stres kerja diartikan sebagai sumber stres dalam konteks lingkungan kerja, mendorong individu untuk merespons dengan reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Dalam menghadapi stressor diperlukan upaya yang dikenal sebagai coping. Dalam situasi stres, istilah yang digunakan adalah coping stress. Penelitian ini ditujukan untuk menyelidiki hubungan antara stres kerja dan coping stress pada guru sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengambilan data melalui teknik purposive sampling secara online, melibatkan 246 partisipan. Instrumen yang digunakan adalah Parker’s Job Stress untuk mengukur stres kerja dan The Brief COPE untuk mengukur coping stress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara tingkat stres kerja dengan penggunaan strategi coping stress pada guru sekolah dasar.

ANTESEDEN DARI WORK-LIFE BALANCE PADA POLISI: A SCOPING REVIEW

Jesslyn — 2024-05-29

Police are a profession that has quite heavy work demands and feels burdened by their work. The demands of police work can lead to prolonged fatigue risks due to insufficient time for rest. The conditions experienced by the police affect work-life balance with difficulty dividing work and personal roles. Many studies indicate a low work-life balance among police officers. This imbalance is caused by long and excessive working hours. A low work-life balance can have negative impacts on both their mental and physical health. The aim of this research is to identify factors that influence work-life balance in the police using the scoping review method. The article search used databases from Spingerlink, APA, DOAJ, Garuda, Science Direct, and Sage Journals with research limitations from publications published between 2013-2023 years. The keywords used are "work-life balance" AND "police", "work-life balance" AND "police", and "work-life balance" AND "police". The result was nine articles used for analysis, consisting of seven articles with a quantitative research design and two articles with a qualitative research design. The results of this study summarize findings regarding factors that influence work-life balance, namely work shifts, short hours, emotional intelligence, organizational/family/social support, sleep quality, and workload. A high work-life balance can help police officers solve problems, influence performance, and control their work and life roles.

Polisi merupakan salah satu profesi yang memiliki tuntutan pekerjaan yang cukup berat dan merasa terbebani dengan pekerjaannya. Tuntutan pekerjaan polisi dapat mengakibatkan risiko kelelahan yang berkepanjangan karena kurangnya waktu untuk istirahat. Kondisi yang dialami oleh polisi memengaruhi work-life balance dengan kesulitan membagikan peran pekerjaan dan peran pribadi. Banyak studi yang menunjukkan rendahnya work life balance polisi. Rendahnya work-life balance polisi diakibatkan jam kerja yang panjang dan berlebihan. Kondisi work-life balance yang rendah dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental maupun fisiknya. Tujuan studi ini untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi work-life balance pada polisi dengan menggunakan metode scoping review. Pencarian artikel menggunakan database dari Spingerlink, APA, DOAJ, Garuda, Science Direct, dan Sage Journals dengan batasan penelitian dari publikasi yang terbit antara tahun 2013-2023. Kata kunci yang digunakan yaitu “work-life balance” AND “police”, “work-life balance” AND “polisi”, dan “keseimbangan kehidupan kerja” AND “polisi”. Hasilnya sebanyak sembilan artikel yang digunakan untuk di analisa, terdiri dari tujuh artikel dengan desain penelitian kuantitatif dan dua artikel dengan desain penelitian kualitatif. Hasil studi ini merangkum temuan tentang faktor yang memengaruhi work-life balance yaitu shift kerja, fleksibilitas waktu, emotional intelligence, dukungan organisasi/keluarga/sosial, kualitas tidur, dan beban kerja. Work-life balance yang tinggi dapat membantu petugas polisi dalam memecahkan masalah, memengaruhi kinerja, serta mengontrol peran pekerjaan dan peran kehidupannya.