QUASI INDEPENDENSI MEDIA, CERMIN RETAK PERS KITA
Main Article Content
Abstract
The political year is a test for television media in Indonesia in implementing professional and independent journalism. Reflecting on previous elections and presidential elections, it is difficult to expect television media to be independent from the political interests of media owners. A number of television stations are owned by entrepreneurs who are affiliated with political parties and support the 2024 presidential and vice presidential candidates. This research aims to explain the meaning of television journalists regarding media independence ahead of the 2024 general election and presidential election. This research uses a qualitative approach with phenomenological research method to understand the construction meaning of journalists. The object of this research is the meaning of television journalists regarding media independence ahead of the 2024 general election and presidential election. The research subjects were television journalists from two media groups, ABC and XYZ, who were selected purposively. The research data was analyzed using media political economy theory. The research results show that there are differences in the subjective meaning of media independence among television journalists. They agree on the importance of media independence in maintaining press freedom, but differ in their views on the involvement of media owners in editorial policy. Some journalists understand the intervention of media owners as normal. Others believe that the media owner's intervention has violated the journalistic code of ethics. Different views are also seen regarding the implementation of media independence. Some consider a form of media independence to be the media's freedom to side with a political party or a presidential and vice presidential candidate that has the same vision as the editorial team. Meanwhile, other journalists believe that media independence must be realized through a neutral and impartial attitude.
Tahun politik menjadi ujian bagi media televisi di Indonesia dalam menerapkan jurnalisme yang profesional dan independen. Berkaca dari pemilu dan pilpres sebelumnya, sulit mengharapkan media televisi bersikap independen dari kepentingan politik pemilik media. Sejumlah stasiun televisi dimiliki oleh pengusaha yang memiliki afiliasi dengan parpol dan mendukung paslon presiden dan wakil presiden 2024. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pemaknaan jurnalis televisi terhadap independensi media menjelang pemilu dan pilpres 2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian fenomenologi untuk memahami konstruksi makna para jurnalis. Objek penelitian ini adalah pemaknaan jurnalis televisi terhadap independensi media menjelang pemilu dan pilpres 2024. Subjek penelitian adalah para jurnalis televisi dari dua grup media, ABC dan XYZ yang dipilih secara purposive. Data-data penelitian dianalisis menggunakan teori ekonomi politik media. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan atas makna subjektif mengenai independensi media di antara para jurnalis televisi. Mereka bersepakat mengenai pentingnya independensi media dalam menjaga kemerdekaan pers, tetapi berbeda pandangan terhadap keterlibatan pemilik media dalam kebijakan editorial. Sebagian jurnalis memahami campur tangan pemilik media sebagai hal yang wajar. Sebagian lagi menilai intervensi pemilik media telah melanggar kode etik jurnalistik. Pandangan yang berbeda juga terlihat mengenai implementasi independensi media. Sebagian menganggap bentuk independensi media adalah kebebasan media untuk berpihak pada parpol atau paslon presiden dan wakil presiden yang memiliki visi yang sama dengan redaksi. Sedangkan jurnalis lain berpandangan independensi media harus diwujudkan dengan sikap netral dan tidak berpihak.
Article Details
References
Bennett, J. (2015). Media independence working with freedom or working for free? (James Bennet & Niki Strange, Eds.). Routledge.
Creswell, J. W. C. J. D. (2018). Research design: qualitative, quantitative, and mixed methods aproaches. Sage.
Dewan Pers. (2023). Buku saku wartawan edisi ke 18 (Vol. 18). Dewan Pers.
Kalogeropoulos, A., Toff, B., & Fletcher, R. (2022). The watchdog press in the doghouse: a comparative study of attitudes about accountability journalism, trust in news, and news avoidance. The International Journal of Press/Politics, 29(2), 485-506. https://doi.org/10.1177/19401612221112572.
Knoche, M. (2023). Media, journalism, and the public sphere in private family ownership. on the critique of the political economy of capitalist media enterprises. TripleC, 21(2), 92–106. https://doi.org/10.31269/triplec.v21i2.1465.
Kurniawan, Y. F. (2019). Independensi media dalam pemberitaan reuni aksi 212: Studi fenomenologis koran lokal radar banyumas. El Haram, 4(2), 19–25.
Luddy, C. (2022). Konglomerasi media memperkuat hegemoni penguasa dan oligarki pada era new media. At Tawasul Jurnali Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2(1), 20–28. https://doi.org/10.51192/ja.v2i1.352.
Márquez-Ramírez, M., Mellado, C., Humanes, M. L., Amado, A., Beck, D., Davydov, S., Mick, J., Mothes, C., Olivera, D., Panagiotu, N., Roses, S., Silke, H., Sparks, C., Stępińska, A., Szabó, G., Tandoc, E., & Wang, H. (2020). Detached or interventionist? comparing the performance of watchdog journalism in transitional, advanced and non-democratic countries. The International Journal of Press/Politics, 25(1), 53–75. https://doi.org/10.1177/1940161219872155.
Masduki, M., Zuhri, S., Utomo, W. P., Edvra, P. A., Rahayu, R., Tristi, M. A., Wendratama, E., Paramastri, M. A., Kurnia, N., Adiputra, W. M., Rianto, P., Suci, P. L. N., & Aprilia, M. P. (2023). Kepemilikan dan afiliasi politik media di indonesia. Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2Media).
Muchlis, M. (2021). Analisis pemberitaan politik tv one, metro tv dan rcti menjelang pemilihan presiden 2019 di indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, 11(1), 64–78.
Noerdin, S. , S. A. , & H. (2020). Dampak praktik konglomerasi media terhadap independensi dan kebebasan pemberitaan media di indonesia. Studi kasus pemberitaan pilpres 1024 dan 2019 di tv one dan metro tv. Perspektif, 2(2), 214–224. https://doi.org/10.53947/perspekt.v2i3.242.
Prasetyo, Y. A. (2018). Wajah profesionalisme jurnalis kita. In A. Manan (Ed.), Ancaman baru dari digital. Laporan AJI 2018 (pp. 39–50). Academia.
Qutoshi, S. B. (2018). Phenomenology: A philosophy and method of inquiry. Journal of Education and Educational Development, 5(1), 215–2022. https://doi.org/10.22555/joeed.v5i1.2154.
Salma, K., & Sobur, A. (2020). Independensi media dalam pemberitaan pilpres di media massa online. Prosiding Jurnalistik, 6(1), 80–83.
Susanto, E. (2021). Independensi media tempo dan pengaruh ekonomi politik dalam pratik strukturasi. Pustaka Komunikasi, 4(1), 24–38. https://doi.org/10.32509/pustakom.v4i1.1314.
Tapsell, R. (2018). Kuasa media di Indonesia: Kaum oligarki, warga, dan revolusi digital. Marjin Kiri.
Wicaksono, A. P. (2015a). Bayang-bayang pemilik dalam pemberitaan pemilu 2014. Yayasan Tifa.
Wicaksono, A. P. (2015b). Bayang-bayang pemilik dalam pemberitaan pemilu 2014. Yayasan Tifa.
Yoedtadi, M. G., Loisa, R., Sukendro, G., Oktavianti, R., & Utami, L. S. S. (2021). Analisis komodifikasi kontributor dalam produksi berita televisi. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 5(1), 213. https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i1.9777.2021.
Yoedtadi, M. G., & Pribadi, M. A. (2018). Upaya redaksi televisi menjaga objektivitas dalam pemberitaan pilkada dki jakarta. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(2), 275-285. https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v1i2.908.