Pengaruh ekstrak kulit kayu angsana terhadap proses penyembuhan luka sayat pada Sprague-Dawley
Isi Artikel Utama
Abstrak
Luka merupakan hilangnya atau rusaknya jaringan tubuh tertentu. Kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul. Masyarakat di Indonesia mengobati luka menggunakan bahan – bahan alami yang memiliki banyak khasiat seperti, tanaman angsana atau Pterocarpus indicus. Selain digunakan sebagai obat luka, tanaman angsana juga sering digunakan untuk mengobati penyakit. Berdasarkan beberapa literatur tanaman angsana mengandung banyak senyawa kimia yang bermanfaat diantaranya, sebagai antiseptik, antibakteri, antiinflamasi, dan antibiotik. Namun saat ini khususnya pada penanganan luka, masyarakat lebih sering menggunakan povidone iodine sebagai antiseptik pada luka. Tujuan studi ini untuk melihat perbedaan ketebalan gambaran jaringan granulasi pada penyembuhan luka sayat yang diberikan ekstrak kulit kayu angsana dibandingkan dengan povidone iodine. Studi eksperimental menggunakan Sprague Dawley yang disayat dan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok yang dioleskan ekstrak kulit kayu angsana dan povidone iodine. Tikus diterminasi pada hari ke-7 dan hari ke-14. Hasil studi didapatkan bahwa ekstrak kulit kayu angsana memiliki ketebalan jaringan granulasi yang lebih tebal jika dibandingkan dengan pemberian povidone iodine baik pada hari ke-7 maupun hari ke-14 (178,28 μm vs. 133,28 μm dan 147,26 μm vs. 137,68 μm). Pemakaian ekstrak kulit kayu angsana lebih baik untuk penyembuhan luka dibandingkan povidone iodine.
Rincian Artikel
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang menerbitkan artikelnya di Tarumanagara Medical Journal (TMJ) setuju dengan ketentuan sebagai berikut:
- Penulis mempertahankan hak cipta dan memberikan jurnal hak publikasi pertama dengan bekerja secara bersamaan dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution yang memungkinkan orang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan atas kepengarangan dari karya asli dan publikasi dalam jurnal ini.
- Penulis dapat masuk ke dalam pengaturan kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif jurnal versi pekerjaan yang dipublikasikan (misalnya, memposting ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam buku), dengan pengakuan publikasi awal dalam jurnal ini.
- Setiap teks yang dikirim harus disertai dengan "Perjanjian Transfer Hak Cipta" yang dapat diunduh melalui tautan berikut: Unduh
Referensi
Sjamsuhidajat R, Prasetyono TOH, Rudiman R, Riwanto I, Tahalele P. Buku Ajar Ilmu Bedah: Masalah, pertimbangan klinis bedah, dan metode pembedahan. Ed 4. Vol. 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2017. 94–94 p.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2018 [Internet]. 2019 (accessed August 12, 2022]. Tersedia dari: https://repository. badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/3514/1/Laporan%20Riskesdas%202018%20Nasional.pdf
Gonzalez ACDO, Andrade ZDA, Costa TF, Medrado ARAP. Wound healing - A literature review. An Bras Dermatol. 2016;91(5):614-20.
Kartika RW. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Cermin Dunia Kedokteran. 2015;42(7):546–50.
Landén NX, Li D, Ståhle M. Transition from inflammation to proliferation: a critical step during wound healing. Cell Mol Life Sci. 2016;73(20):3861-85.
Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 9th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016. 480–482 p.
Schultz GS, Chin GA, Moldawer L, Diegelmann RF, Fitridge R, Thompson M. Principles of Wound Healing. In: Mechanisms of Vascular Disease: A Reference Book for Vascular Specialists [Internet] Adelaide (AU): University of Adelaide Press; 2011. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534261/
Raziyeva K, Kim Y, Zharkinbekov Z, Kassymbek K, Jimi S, Saparov A. Immunology of Acute and Chronic Wound Healing. Biomolecules. 2021;11(5):700.
Reinke JM, Sorg H. Wound Repair and Regeneration. Eur Surg Res. 2012;49(1):35-43.
Yousef H, Alhajj M, Fakoya AO, Sharma S. Anatomy, Skin (Integument), Epidermis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024.
Kumar V, Abbas AK, Aster JC, Perkins JA. Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 10th ed. Elsevier; 2020.
Anggriani D, Sumarmin R, Widiana R. Pengaruh Antifeedant. Ekstraki Kulit Batang Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) terhadap feeding strategy Wereng Coklat (Nilaparvata lugens Steal.). Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatra Barat. 2013;2(1):1-5.
Senthilkumar N, Shalini TB, Lenora LM, Divya G. Pterocarpus indicus Willd: A lesser known tree species of medicinal importance. Asian Journal of Research in Botany. 2020;3(1):171-83.
Armedita D, Asfrizal V, Amir M. The Antibacterial Activity of Leaves Ethanol Extract, Stem Bark, and Latex of Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) towards Bacterial Growth Streptococcus mutans as in vitro. ODONTO : Dental Journal. 2018;5(1):1–8.
Yang J, Chen J, Bi H, Gu H, Liu Z, Peng W. Molecules and functions of rosewood: Pterocarpus indicus. Thermal Science. 2020;24:[9p.]
Carvalho MTB, Araújo-Filho HG, Barreto AS, Quintans-Júnior LJ, Quintans JSS, Barreto RSS. Wound healing properties of flavonoids: A systematic review highlighting the mechanisms of action. Phytomedicine. 2021;90:153636.