BALAI KAMPUNG KOTA KREATIF DI KOTA TUA JAKARTA UTARA

Main Article Content

Angy Chasia
Diah Anggraini

Abstract

Along with the current development to the Millennial Generation Era, Kampung Kota also developed into more modern habitations. Residents of Kampung Kota have also begun to recognize electronic devices such as gadgets and smartphones. The main problem that occurs is not only the fulfillment of the need for a place to live, but how to make it possible for the living environment to grow and improve the standard of living of its people. Consequently , the needs that urge to be fulfilled are job (livelihoods) and public space (greening and recreation). Meanwhile, the Old City Tourism area in Jakarta, whose growth since the colonial era was inseparable from the influence of the Kampung Kota, began to develop towards more advanced tourist areas. Kampung Kota directly and indirectly also becomes a supporting area for tourism activities in the Old City. Therefore, Balai Kampung Kota Kreatif was designed with the aim of accommodating creative economic activities and training for Kampung Kota Residents and also for a tourist attraction for Old City Tourists. Using the Cross-Dis Programming Method, the building was designed by combining two main programs, namely the Community Activity Zone and the Tourism Zone. The result of the design showed that  the community activity Zone which is needed is a Creative Economic Production Program in the fields of wood, crafts, clothing, and plants, along with  additional programs namely Shared Space, Business Units, Creative Corridors and Knowledge areas. Whereas for the Tourist Zones needed are Galleries, Theaters, and Tourist Centers. The program which could combine between two targets (Kampung Kota Residents and Tourist) is the outdoor in the form of Market Place and Ampy Theater. The conclusions obtained from the design of the Balai Kampung Kota Kreatif is a building which could contain a combination of two programs with different targets at once by accommodating the space requirements for both equally.

 

Abstrak

Seiring dengan perkembangan zaman ke Era Generasi Milenial. Kampung kota juga turut berkembang menjadi permukiman yang lebih modern. Warga kampung kota juga sudah mulai mengenal alat elektronik seperti gadget dan smartphone. Permasalahan utama yang terjadi bukanlah hanya pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, namun bagaimana agar lingkungan tempat tinggal dapat berkembang dan menaikan taraf hidup masyarakatnya. Kebutuhan yang perlu dipenuhi adalah penyediaan lahan pekerjaan (mata pencaharian) dan ruang publik (penghijauan dan rekreasi). Sementara itu kawasan Wisata Kota Tua di Jakarta Utara, yang pertumbuhannya sejak Jaman Kolonial tidak lepas dari pengaruh Kampung Kota, mulai berkembang kearah kawasan wisata yang lebih maju. Kampung Kota secara langsung dan tidak langsung juga menjadi daerah penunjang kegiatan wisata di Kota Tua tersebut. Oleh karena itu, Balai Kampung Kota Kreatif dirancang dengan tujuan untuk mewadahi kegiatan ekonomi kreatif beserta pelatihannya bagi warga kampung kota dan juga sekaligus menjadi tempat wisata bagi turis yang mengunjungi Kawasan Wisata Kota Tua. Menggunakan Metode Cross-DisProgramming, bangunan dirancang dengan menggabungkan dua program utama yaitu zona kegiatan komunitas dan zona wisata. Hasil perancangan yang didapatkan bahwa zona kegiatan komunitas yang dibutuhkan adalah program produksi ekonomi kreatif dalam bidang kayu, kriya, pakaian, dan tanaman, serta program tambahan yaitu ruang bersama, unit usaha, selasar kreatif dan area pengetahuan. Sedangkan untuk zona wisata yang dibutuhkan adalah galeri, teater, dan pusat turis. Program yang dapat menggabungkan antara dua sasaran (warga kampung kota dan turis) adalah ruang luar yang berupa Market Place dan Ampy Theater. Kesimpulan yang didapat pada perancangan Balai Kampung Kota Kreatif adalah keseimbangan antara kegiatan warga kampung kota dan wisatawan Kota Tua Jakarta dapat tercapai dengan dengan cara mewadahi kebutuhan ruang untuk keduanya secara seimbang melalu program-program yang dipilah untuk digabungkan atau didekatkan.

Article Details

Section
Articles

References

Binar. (2018). 7 Wisata Kampung Tematik di Malang, Punya View Instagramable <https://www.idntimes.com/travel/destination/binar-restu-bumi/7-wisata-kampung-tematik-di-malang-punya-view-instagramable-exp-c1c2/full;. (Disarikan dari berbagai sumber).

Darrundono. (2007). Peran Modal Sosial Dalam Perbaikan Kampung. Studi Kasus: Proyek Muhammad Husni Thamrin di Jakarta. Disertasi Program Pascasarjana Kajian Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia. Jakarta (tidak diterbitkan)

Hidayat, R. (2016). Memotong rumah dan tinggal seatap dengan 20 orang agar tidak digusur. Diakses 25 maret 2018<https://www.bbc.com/indonesia/majalah-38279822

Mantiri, H. J. dan Makainas. (2011). Eksplorasi Terhadap Arsitektur Dekonstruksi. Media Matrasain. Vol.8 No.2 Agustus 2011.

Novielle. J. (2007). Theoretical Exploration. University of Pretoria etd.

PEMPROV DKI. (2017) Guidelines Kota Tua, Jakarta: PEMPROV DKI Dinas Kebudayaan dan Permusiuman

TKI MAI 33 Jakata. (2017) Kampung Kota Jakarta. Jakarta : FK MAJ

Roihanah, Ita. (-). Derrida dan Proses Kreatif Bernard Tchumi. Public Administration.

Rossi, A. (1981)“The Architecture of the City”. New York : The MIT Press.

Rujak RCUS (2018), 100 Kompendium Kampung Kota Jakarta. Jakarta : RUJAK.

Simone, A. M., and Achmad U. F. (2013). "On the way to being middle class: The practices of emergence in Jakarta.“. Jakarta

Yasemin D. G.(2007) “Type and typology in architectural discourse ”, Temmuz. Department of Architecture Ça??? BALIKES?R