KAJIAN RUANG SAKRAL BAGI MILENIAL DI DALAM KREMATORIUM

Main Article Content

Drama Permai
Sutarki Sutisna

Abstract

A very thick culture in Indonesian society is increasingly fading away by the milenial generation over time. One culture that is taken as an example is the culture of ancestral prayer, fading due to the absence of mediators to study the culture. The learning of ancestral prayer culture can be practiced directly in one of the sacred buildings, namely the crematorium and the columbarium. The purpose of this study was to examine the typology of crematorium spaces that match the behavior of the milenial generation and how to process the spatial atmosphere elements in the crematorium building. The research method used is collecting data from direct interviews, internet data and books, comparison of precedent studies and synthesis analysis. The crematorium was designed for the milenial by emphasizing a journey that will be carried out by the milenials. Space scale, space colors, light and dark spaces, and the atmosphere inside will create a sacred journey. This Journey is expected to be a reference where milenials can save a cultural experience by directly sensing the atmosphere and activities in each of their spaces that will create a separate memory for the milenials. The design presented will separate the 2 main programs, namely the sacred mass and the non-sacred mass that is connected with a link. The role of nature is also included as a combination of the artificial world and the natural world such as the earth where the sky is superimposed.

 

Abstrak

Budaya yang sangat kental di dalam masyarakat Indonesia semakin lama semakin memudar oleh generasi milenial seiring dengan berjalannya waktu. Salah satu budaya yang diambil sebagai contoh adalah budaya sembahyang leluhur, memudar dikarenakan tidak adanya mediator untuk mempelajari budaya tersebut. Pembelajaran budaya sembahyang leluhur dapat dipraktekan langsung di salah satu bangunan sakral, yaitu krematorium dan kolumbarium. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti tipologi ruang krematorium yang cocok dengan perilaku generasi milenial dan bagaimana cara mengolah unsur suasana keruangan di dalam bangunan krematorium. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data dari wawancara secara langsung, data internet dan buku, perbandingan studi preseden dan analisis sintesis. Krematorium ini dirancang untuk milenial dengan menekankan pada sebuah perjalanan yang akan dilakukan oleh para milenial. Permainan skala ruang, warna ruang, terang dan gelap ruang, dan suasana hiruk pikuk suasana di dalamnya akan menciptakan sebuah perjalanan sakral. Perjalanan ini diharapkan dapat menjadi acuan dimana para milenial dapat menyimpan sebuah pengalaman budaya dengan cara merasakan langsung suasana dan kegiatannya di setiap ruangnya yang akan menciptakan memory tersendiri bagi para milenial. Desain yang disajikan akan memisahkan 2 program utama yaitu massa sakral dan massa non-sakral yang dihubungkan dengan sebuah penghubung. Peran alam juga dimasukkan sebagai perpaduan antara dunia buatan dan dunia alam seperti bumi dimana dilapiskan oleh langit.

Article Details

Section
Articles

References

Hasibansyah, O. (2005). Pendekatan Fenomenologi : Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi, hh. 163-179.

Hoffman R., Douglas. Seeking the Sacred in Contemporary Religious Architecture, Cleveland State University’s, hh. 1-76.

Khaliesh, H. (2014). ARSITEKTUR TRADISIONAL TIONGHOA : Tinjauan Terhadap Identitas, Karakter Budaya dan Eksistensinya, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Indonesia, 2014. hh. 86-99.

Putri Raharjo, Steffi. Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra Surabaya, 2016. Sembahyang Leluhur di Rumah, https://www.tionghoa.info/pemujaan-leluhur-di-rumah/

Schulz, C. N. (1971). Great Britain Studio Vista Limited. Existence, Space & Architecture, Chapter 3 : Architectural Space, hh. 37-96.

Yanuar, S. P. (2016), Theoritical Review, Teori Perbedaan Generasi. hh. 125-134.

Wikinson, T. (2016). The Architectural Review, Typology : Crematorium, hh 1-21.