REVITALISASI BIOSKOP GRAND THEATER SENEN MENJADI DISTRIK SENI BERKONSEP RUANG KETIGA
Main Article Content
Abstract
The Senen area was once home to many artists who eventually became known as Seniman Senen. Due to the flourishing art scene at that time, Senen developed a reputation as an art center. Unfortunately, the art in the area has disappeared, leaving the Seniman Senen without a space to create. One of the icons of Senen is the Grand Theater Senen, a historic cinema building in Jakarta, which no longer functions as it used to. The building has declined in functionality due to prostitution activities, leading to its closure and abandonment. Given the site's potential, the Grand Theater Senen, now a placeless place, is planned for revitalization by changing the program and function of the building according to the needs of the area and its users. The primary community in the area consists of traders and commuters. Through contextual architectural principles analysis, it is found that traders need better spaces for their businesses as their trade is slowing down. Commuters, who often have to wait for public transportation, feel bored and tired, requiring spaces for rest and refreshing. These contextual architectural principles are applied by designing in accordance with the needs of the users and the area's conditions. Therefore, the design of an art district with a third place concept is expected to meet these needs. The design aims to provide a place for rest, refreshment, socializing, trading, and a space for the Seniman Senen to create, thereby reviving the art in the area.
Keywords: architecture; art district; grand theater senen; revitalization; third place
Abstrak
Kawasan Senen dahulunya terdapat banyak pendatang yang berkarya seni, yang pada akhirnya dikenal sebagai Seniman Senen. Akibat majunya seni kala itu, Kawasan Senen akhirnya memiliki karakteristik sebagai pusat seni. Namun sayangnya, seni pada kawasan sudah hilang yang menyebabkan Seniman Senen tidak lagi memiliki ruang untuk berkarya. Pada Kawasan Senen terdapat ikon kawasan yaitu Grand Theater Senen yang merupakan sebuah bangunan bioskop bersejarah di Jakarta yang sekarang sudah tidak lagi memiliki fungsi bangunan seperti sedia kala. Bangunan ini mengalami kemunduran fungsi dikarenakan adanya kegiatan prostitusi sehingga pada akhirnya bangunan ini harus tutup dan terbengkalai. Akan adanya potensi tapak yang baik, Grand Theater Senen yang sudah menjadi placeless place direncanakan untuk dilakukan revitalisasi dengan mengubah program dan fungsi bangunan sesuai dengan kebutuhan kawasan dan pengguna. Jenis masyarakat yang memayoritasi kawasan adalah pedagang dan komuter. Melalui analisis yang menggunakan metode prinsip arsitektur kontekstual, pedagang memerlukan ruang untuk berdagang yang lebih mendukung dikarenakan dagangan yang mulai sepi. Komuter yang harus menunggu jadwal keberangkatan transportasi umum seringkali merasa jenuh dan lelah, sehingga memerlukan ruang untuk beristirahat dan refreshing. Prinsip arsitektur kontekstual tersebut kemudian diterapkan dengan merancang desain yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan kondisi kawasan. Maka dari itu, perancangan distrik seni berkonsep ruang ketiga diharapkan dapat menjadi solusi dari kebutuhan yang ada. Perancangan ini bertujuan untuk menjadi sarana untuk beristirahat, refreshing, bersosialisasi, berdagang, dan menjadi ruang bagi para Seniman Senen untuk berkarya sehingga dapat menghidupkan lagi seni dari kawasan.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Ahmad. (2022, Februari 11). Pengertian Seni. Diambil kembali dari Yuksinau.id: https://www.yuksinau.id/pengertian seni/#Pengertian_Seni_Menurut_Para_Ahli
Alma, B. (2015). Ensikopledi Jakarta Tempo Doeloe.
Dovey, K., & Pafka, E. (2020). Third Places as Drivers of Cultural Identity: The Role of Arts and Cultural Districts in Urban Regeneration. 561-578.
Harsono, D. (2023). Strategi Lokasi Grand Theater Senen dalam Konteks Perancangan. Jurnal Arsitektur dan Perencanaan Kota, 30-45.
Indrawati, S. (2023). Kebutuhan Komuter akan Ruang Refreshing di Kawasan Senen. Jurnal Transportasi, 110-125.
Jeffres, W. L. (2019). The Role of Third Places in Social Capital and Quality of Life in Urban Communities. 304-319.
Jonathan, A., & Sabtalistia, Y. A. (2022). MODERN SNEES: MENGEMBALIKAN CITRA KAWASAN SENEN YANG MENGALAMI DEGRADASI DENGAN STRATEGI URBAN ACUPUNCTURE. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 4(2), 1081-1090.
Jones, R., & Evans, P. (2021). Contextual Architecture and Urban Renewal: Addressing Placelessness. Journal of Urban Design.
Kotler, N. G., Kotler, P., & Kotler, W. I. (2008). Museum marketing and strategy: designing missions, building audiences, generating revenue and resources. John Wiley & Sons.
Kusuma, A. I., Setyaningsih, W., & Iswati, T. Y. (2018). Penerapan Arsitektur Kontekstual pada Revitalisasi Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta. Senthong, 1(1).
Mahta, R., & Bosson, K. (2021). Third Places as Catalysts for Urban Revitalization: A Study of Creative and Artistic Spaces in Urban Areas.
Mulia, A. (2022). Kawasan Senen sebagai Pusat Transit Oriented Development. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 80-95.
Permana, A. (2021). Sejarah Grand Theater Senen sebagai Bioskop di Jakarta. Jurnal Sejarah Budaya, 45-60.
Rachmawati, T. (2018). Seniman Senen: Jejak Budaya di Kawasan Jakarta Pusat. Jurnal Sejarah, 110-115.
Rahman, M. (2023). Konsep Art District untuk Mendukung Ruang Ketiga di Grand Theater Senen. Jurnal Seni dan Desain.
Rinaldi, F. (2022). Bangunan Bersejarah Grand Theater Senen yang Terbengkalai. Jurnal Arsitektur, 120-135.
Roberts, L. (2019). The Impact of Placelessness on Urban Communities. City & Society.
Simatupang, R. (2023). Grand Theater Senen: Dari Bioskop Menuju Tempat Prostitusi. Jurnal Studi Budaya, 200-215.
Smith, M., & Crotty, T. (2020). Urban Homogenization: The Rise of Placeless Places. Urban Studies Journal.
Supriyadi, B. (2019). Agitasi Politik dan Meredupnya Seniman Senen. Jurnal Politik, 50-65.
Wahyudi, R. (2023). Nilai Sejarah dan Budaya Grand Theater Senen untuk Revitalisasi. Jurnal Sejarah Lokal, 25-40.
Wibowo, B. (2023). Rancang Bangun Grand Theater Senen sebagai Ruang Ketiga. Jurnal Arsitektur dan Lingkungan Binaan.
Wijaya, A. (2023). Peran Pedagang Senen dalam Konsep Ruang Ketiga. Jurnal Manajemen Pemasaran.
Y,, B. M. (2008). Keajaiban di Pasar Senen. Jakarta: Gramedia.
Yulianto, S. (2020). Modernisasi dan Budaya Lokal: Kasus Kawasan Senen. Jurnal Antropologi, 78-93.
Zukin, S. (2009). Naked city: The death and life of authentic urban places. Oxford University Press.