APLIKASI STRATEGI URBAN ACUPUNCTURE PADA PERANCANGAN WISATA ANPIMA: WISATA AKTIVITAS NELAYAN DAN PASAR IKAN MUARA ANGKE

Main Article Content

Cynthia Phungky
Martin Halim

Abstract

The Muara Angke area starts from the swamps. Slowly the area is lived by community participation. In addition to areas that are rich in fishery potential, natural and social conditions are also advantages for the region. The Muara Angke area is synonymous with natural attractions, fishing villages, and Traditional Fishery Products Processing Sites (PHPT). This identity is slowly disappearing, replaced by an image of a smelly, dirty, and slum area. The migration of population causes the area to become dense and experience physical and identity degradation. As a result, movement to the area decreases due to attractors and is physically degraded into slums, smells, and dirty, so the identity of the Muara Angke area needs to be improved. The ANPIMA Tourism Project is a tourism facility for fishermen and fish market activities in Muara Angke that implements an urban acupuncture strategy to revive the physically degraded Muara Angke. The research uses data collection methods related to Muara Angke, CMA theory, and urban acupuncture strategies, as well as the method of discussing design by research. While the design uses the symbiotic method. The results of the research are ANPIMA Tourism with tourism programs for fishing activities and fish markets, as well as commercial efforts to revive Muara Angke by connecting the site to the sea, residents, tourism, and fishermen. The urban acupuncture strategy is applied from the potential that makes Muara Angke widely known by the public such as activities in the area and its nature. Thus, ANPIMA Tourism: Fisherman Activity Tourism and Muara Angke Fish Market are presented to highlight the character of the traditional fishing industry as its new identity.


Keywords: fishing activity tourism; fish market; muara angke; urban acupuncture


Abstrak


Kawasan Muara Angke bermula dari rawa-rawa. Perlahan kawasan dihidupi oleh partisipasi masyarakat. Selain kawasan yang kaya akan potensi perikanannya, kondisi alam dan sosial juga menjadi keunggulan bagi kawasan. Kawasan Muara Angke identik dengan tempat wisata alam, kampung nelayan, dan Tempat Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT). Identitas ini perlahan kian menghilang tergantikan dengan citra kawasan yang bau, kotor dan kumuh. Perpindahan penduduk menyebabkan kawasan menjadi padat dan mengalami degradasi fisik dan identitas. Dampaknya, movement ke kawasan menurun akibat attractor juga terdegradasi secara fisik menjadi kumuh, bau, dan kotor, sehingga identitas Kawasan Muara Angke perlu diperbaiki. Proyek Wisata ANPIMA yakni adalah fasilitas Wisata Aktivitas Nelayan dan Pasar Ikan Muara Angke yang menerapkan strategi urban acupuncture dengan tujuan untuk menghidupkan kembali Muara Angke yang terdegradasi secara fisik. Penelitian menggunakan metode pengumpulan data terkait Muara Angke, teori CMA, dan strategi urban acupuncture, serta metode pembahasan design by research. Sedangkan perancangan menggunakan metode simbiosis. Hasil penelitian adalah Wisata ANPIMA dengan program wisata aktivitas nelayan dan pasar ikan, serta komersial berupayan menghidupkan kembali Muara Angke dengan mengkoneksikan tapak terhadap laut, warga lokal, wisata, dan nelayan. Strategi urban acupuncture diaplikasikan dari potensi yang membuat Muara Angke dikenal luas oleh masyarakat sepeti aktivitas dalam kawasan dan alamnya. Dengan demikian, dihadirkan Wisata ANPIMA: Wisata Aktivitas Nelayan dan Pasar Ikan Muara Angke untuk menonjolkan karakter industri perikanan tradisional sebagai identitas barunya.

Article Details

Section
Articles

References

B, H., Burdett, P., Peponis, J., & Penn, A. (1987). Creating life; or, does architecture determine anything? Dalam Architecture and Behaviour special issue o the work of the Unit for Architectural Studies (hal. 233-250). Univercity College London, London: Bartlett School of Architecture and Planning. Diambil kembali dari Bartlett School of Architecture and Planning.

BPS. (1983). Biro Pusat Statistik. Produksi Perikanan Laut di Jawa 1979-1981. Diambil kembali dari Produksi Perikanan Laut di Jawa 1979-1981: https://jakutkota.bps.go.id/indicator/56/136/6/produksi-ikan-menurut-bulan.html

BPS DKI Jakarta. (2017). Rekapitulasi Produksi Ikan Menurut Bulan dan TPI/PPI (Kg) 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara.

Detiknews. (2018, Maret 26). Detiknews. Diambil kembali dari Foto: Sulitnya Air Bersih di Muara Angke Jakut: https://news.detik.com/foto-news/d-3936534/foto-sulitnya-air-bersih-di-muara-angke-jakut

flickr. (2011, September 28). Gapura Muara Angke. Diambil kembali dari https://www.flickr.com/photos/68997657@N06/6271989452

Lerner, J. (2003). Urban Acupuncture celebrating pinpricks of change that enrich city lifes. Washington: Island Press.

Messeter, J. (2015). Social media use as urban acupuncture for empowering socially challenged communities. Diambil kembali dari Journal of Urban Technology: https://doi.org/10.1080/10630732.2015.1040291

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, 2005, 325-326. (2005). Ensiklopedi Jakarta – Culture & Heritage. Jakarta: Yayasan.

Republika. (2017, Agustus 20). Replubika.id. Diambil kembali dari Pedagang Dukung Pembangunan Restoran Apung Muara Angke: https://www.republika.co.id/berita/ouzi2c280/pedagang-dukung-pembangunan-restoran-apung-muara-angke

RoomMe. (2021, Maret 27). Diambil kembali dari Refreshing Menikmati Seafood Segar di Pasar Ikan Muara Angke: https://roomme.id/artikel/travel-&-food/seafood-muara-angke

Soewito, & et.al. (2000). Sejarah Perikanan Indonesia. Jakarta.

Suara.com. (2017, Januari 28). Nelayan Muara Angke Perbaiki Kapal. Diambil kembali dari Suara.com: https://www.suara.com/foto/2017/01/28/195100/nelayan-muara-angke-perbaiki-kapal

Sutanto, A. (2020). Dalam Peta Metode Desain (hal. 195). Jakarta.

Yudhistira, A. (2013). PENGARUH TERJADINYA TRAGEDI ANGKE TAHUN 1740 TERHADAP BIDANG SOSIAL-EKONOMI DI BATAVIA . Journal of PESAGi, 10.