MENGEMBANGKAN KARAKTER MENGHARGAI PERBEDAAN MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Main Article Content

Murniati Agustian
Pricilla Anindyta
Maria Grace

Abstract

Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menyadarkan warga sekolah (guru dan siswa) SD Fransiskus Lampung bahwa pendidikan multikutural penting untuk diimplementasikan dan dapat mengembangkan karakter yang menghargai perbedaan. Lampung menjadi tempat pengabdian karena konflik antar suku sudah beberapa kali terjadi. Metode pelaksanaannya adalah melakukan survey awal ke SD Fransiskus Lampung untuk melakukan analisis kebutuhan. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, dirancang  kegiatan yaitu seminar dengan guru-guru SD dan kegiatan mengajar di kelas oleh mahasiswa secara berkelompok. Mahasiswa didampingi membuat rancangan pembelajaran dengan berbagai permainan dengan mengaplikasikan teori yang mereka pelajari dari mata kuliah pendidikan multikultural dan pendidikan karakter. Hasil akhir dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah, guru-guru mempunyai gambaran tentang pelaksanaan pendidikan multikultural di kelas. Pendidikan multikultural dimaknai sebagai pendekatan dalam kegiatan pembelajaran dimana siswa yang beragam disatukan dengan berbagai permainan. Artinya siswa mengalami bukan hanya diceramahi. Topik ini  merupakan pengetahuan baru bagi guru dan guru merasakan manfaat pentingnya materi yang diberikan khususnya dengan melihat situasi wilayah mereka yang beberapa tahun terakhir ini terjadi konflik antarbudaya. Siswa juga merasakan bahwa belajar dengan mahasiswa sangat menyenangkan bagi mereka. Melalui kegiatan ini, disarankan agar pendidikan multikultural yang dapat mengembangkan karakter menghargai perbedaan dapat terintegrasi dengan kegiatan belajar siswa SD.

Article Details

How to Cite
Agustian, M., Anindyta, P., & Grace, M. (2019). MENGEMBANGKAN KARAKTER MENGHARGAI PERBEDAAN MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 1(2). https://doi.org/10.24912/jbmi.v1i2.2903
Section
Articles

References

Affan, H. (21 Juli 2015). Polisi dituntut segera menuntaskan insiden Tolikara. Diambil pada tanggal 8 Oktober 2018, dari

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/07/150720_indonesia_update_tolikara.

Ariesta, B. (2012). Akar konflik kerusuhan antar etnik di Lampung Selatan. Journal of Social and Industrial Psychology . Nomor 01/II.

Badan Pusat Statistik. (Tanpa Tahun). Mengulik data suku di Indonesia. Diambil pada tanggal 25 September 2018, dari https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-indonesia.html

Badan Pusat Statistik. (Tanpa Tahun).Kewarganegaraan, suku bangsa, agama dan bahasa sehari-hari penduduk Indonesia. Diambil pada tanggal 8 September 2018, dari http//sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan.

Banks, J.A. (2010). Multicultural education: Characteristics and goals, dalam Banks, James A and Cherry A. Mcgee., Eds, Multicultural Education Issues And Perspectives. (Ed.7). New York: John Wiley & Sons.

Dahlan, M. (2013). Paradigma ushul fiqh multikultural gus dur. Bengkulu: Kaukaba.

Dewantara, K.H. (1933). Hal watak: Watak ditinjau secara sintetis dan analitis. Yogyakarta: Majelisluhur Persatuan Taman Siswa.

Dewantara, K.H. (1937). Dasar-dasar Pendidikan. Yogyakarta: Majelisluhur Persatuan Taman Siswa.

Dewantara, K.H. (1937). Dasar-dasar Pendidikan. Yogyakarta: Majelisluhur Persatuan Taman Siswa.

DomNwachukwu, C. S. (2010). An introduction to multicultural education from theory to practice. Lanham • New York • Toronto • Plymouth: Rowman & Littlefield Publishers.

Fisher, S, et al. (2000). Mengelola konflik [Responding to conflict] (S.N. Kartikasari, dkk, penerj.) Jakarta: The British Council.

Hendrian, D. (27 Juli 2018). KPAI: Perundungan urutan keempat kasus kekerasan anak. Diambil pada tanggal 10 Oktober 2018, dari http://www.kpai.go.id/berita/kpai-perundungan-urutan-keempat-kasus-kekerasan-anak.

Kristanti, E.Y. (23 Desember 2012). LSI: Ini 5 Kasus Kekerasan Paling Mengerikan di Indonesia. Diambil pada tanggal 10 Oktober 2018, dari https://www.liputan6.com/news/read/473537/lsi-ini-5-kasus-kekerasan-paling-mengerikan-di-indonesia

Lickona, T. (2013). Mendidik untuk membentuk karakter [Educating for character] (Juma Abdu Wamaungo, penerj.). Jakarta: Bumi Aksara

Liu, M & Lin, T. (2011). The Development of Multicultural Education in Taiwan Overview and Reflection, dalam Grant and Portera, eds, Intercultural and Multicultural Education Enhancing Global Interconnectedness. New York: Routledge.

Samani, M & Hariyanto. (2013). Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Stephan, W. G & Vogt, W. P. (2004). “Introduction: Education’s Influence on Beliefs, Attitudes, Values, amd Behaviors” dalam Education Programs for Improving Intergroup Relations Theory, Research, and Practice. New York and London: Teachers College Press.

Suparman, A. (2014). Desain instruksional modern: Panduan para pengajar dan inovator pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tempo.co. (21 Mei 2015). Konflik yang dipicu keberagaman budaya Indonesia. Diambil pada tanggal 10 Oktober 2018 dari https://nasional.tempo.co/read/668047/konflik-yang-dipicu-keberagaman-budaya-indonesia/full&view=ok.

Tilaar, H.A.R. (2004). Multikulturalisme tantangan-tantangan global masa depan dalam transformasi pendidikan nasional. Jakarta: Grasindo.

Tim PPK Kemdikbud. (2016). Konsep dan pedoman penguatan pendidikan karakter tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Jakarta: Kemdikbud.

Wiwoho, B. (2018). Kelompok intoleran ancam kerukunan umat beragama. Diambil pada tanggal 30 September 2018 dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180212070430-20-275505/kelompok-intoleran-ancam-kerukunan-umat-beragama.