Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan T-score pada pasien perempuan osteoporosis di Rumah Sakit Gading Pluit periode tahun 2018-2019

Main Article Content

Niken Rivie Kenyia
Lydia Tantoso

Abstract

Kepadatan massa tulang merupakan faktor penting dalam kesehatan tulang yang juga digunakan untuk diagnosa osteoporosis. Nilai kepadatan tulang dapat diukur dengan berabagai macam cara, salah satunya menggunakan alat bone densitometry. Usia, aktivitas fisik, jenis kelamin, diet dan Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi nilai kepadatan tulang. Penurunan kepadatan tulang berhubungan dengan kejadian osteoporosis terutama pada perempuan usia ?50 tahun. Osteoporosis sering terjadi pada tulang belakang (spine), lengan bawah (forearm) terutama bagian distal dan paha (femur). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan IMT dengan T-score sebagai indikator risiko osteoporosis pada pasien perempuan usia ?50 tahun di RS Gading Pluit, Jakarta Utara, tahun 2018-2019. Diantara 83 responden didapatkan penelitian potong lintang ini diambil dari rekam medis. Dari penelitian ini, didapatkan 7.2% respondents dengan klasifikasi IMT kurang, 41% responden normal and 51.8% responden IMT berlebih. Hasil uji One-way ANOVA menyatakan adanya hubungan statistik bermakna antara IMT dengan T-score tulang belakang (P=0.07) dan T-score tulang paha (P=0.043). Tidak didapatkan hubungan bermakna antara IMT dan T-score lengan bawah (P=0.083). Semakin rendah IMT, maka semakin rendah T-score yang berarti semakin rentan terhadap risiko osteoporosis.

Article Details

Section
Artikel Asli
Author Biography

Lydia Tantoso, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

References

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

Longo DL, Harrison TR. Harrisons principles of internal medicine. New York: McGraw-Hill Medical; 2012.

Kanis JA. Assessment of osteoporosis at the primary health care level. Sheffield, UK: WHO Collaborating Centre for Metabolic Bone Diseases, University of Sheffield Medical School; 2008

Sozen T, Ozisik L, Basaran NC. An overview and management of osteoporosis. Eur J Rheumatol. 2017;4(1).

Departemen Kesehatan. Data dan kondisis penyakit osteopororis di Indonesia. 2015. [cited 2019Jun12]. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-osteoporosis.pdf

Montazerifar F, Karajibani M, Alamian S, Sandoughi M, Zakeri Z, Dashipour AR. Age, weight and body mass index effect on bone mineral density in postmenopausal women. Health Scope. 2014;3(1).

Gürlek YS, Kalayc?o?lu A, Gurlek B. The effect of body mass index on bone mineral density in postmenopausal women [Internet]. International Journal of Research in Medical Sciences. 2018;11(6).

Nashirin AK. Hubungan nilai indeks massa tubuh dengan nilai risiko fraktur osteoporosis berdasarkan perhitungan frax tool pada wanita usia > 50 tahun. 2015. [cited 2019 May 12]. Available from: http://repository.uinjkt. ac.id/dspace/bitstream/123456789/37786/1/Ahmad%20Khoiron%20Nashirin-FKIK.pdf

Kim Y-S, Han J-J, Lee J, Choi HS, Kim JH, Lee T. The correlation between bone mineral density/trabecular bone score and body mass index, height, and weight. Osteoporosis and Sarcopenia. 2017;3(2):98–103.

Shaikh SA, Iqbal J, Faisal L, Islam ZU, Ajmal R. Difference in bone mineral density score on dual xray absorptiometry scan among ethnic groups of Karachi Pakistan. Rawal Medical Journal. 2017;42(4):484-489.

Akhlaque U, Ayaz SB, Akhtar N, Ahmad N. Association of bone mineral density and body mass index in a cohort of Pakistanis: Relation to gender, menopause and ethnicity. The Egyptian Rheumatologist. 2017;39(1):39–43