Konsep Perancangan Third Place Sebagai Wadah Edutainment Kreatif dan Fasilitas Tanggap Darurat Banjir di Kelapa Gading

Main Article Content

Jovan Jovan
Diah Anggraini

Abstract

Jakarta as the nation's capital has complex movements and activities in its daily life. Social, economic and cultural conditions require the people to have high mobility and diverse activities as well, in these conditions, people tend to be vulnerable to have problems such as fatigue, burnout or feeling alone. For the people of Kelapa Gading, urban problems become more severe because almost every year their settlement area is hit by floods. Based on the thoughts and problems that exist in the study location, the design of the third place in this study in addition to accommodating the needs of the community will be a place to rest, interact and refresh the mind and body, besides that it also aims to contribute to the community and residential environment in the Kelapa Gading area in dealing with disasters flood. This study also refers to programmatic methods in analyzing various existing data to produce synthesis or decisions, namely design concepts and ecological architectural methods, which are applied in part or in whole to buildings, whose concepts are rooted in natural forms or principles. Transprogramming method is also applied, where in the different spatial configurations based on different needs into the same building. Apart from spatial, cultural mismatches and inconsistencies between the two programs, they are combined in the same physical object. The resulting program is in the form of community space, educational facilities, rainwater harvesting installations, evacuation rooms and so on. The programs that are formed in the building serve the needs of the community for third place and a place to address environmental conditions in the site.

 

Keywords:  community; flood; social; third place

 

Abstrak

Jakarta sebagai ibukota negara memiliki pergerakan dan aktivitas yang kompleks dalam kesehariannya. Kondisi sosial, ekonomi maupun budaya menuntut masyarakat memiliki mobilitas tinggi dan kegiatan yang beragam. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat cenderung rentan untuk memiliki permasalahan seperti kelelahan, kejenuhan ataupun merasa kesendirian. Bagi masyarakat Kelapa Gading, permasalahan perkotaan menjadi semakin berat karena hampir setiap tahun permukiman mereka dilanda bencana banjir. Berdasarkan pemikiran dan permasalahan yang ada di lokasi studi, perancangan third place dalam kajian ini selain dapat mewadahi kebutuhan masyarakat akan tempat beristirahat, berinteraksi dan menyegarkan pikiran serta tubuhnya, juga berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan permukiman di kawasan Kelapa Gading terhadap bencana banjir. Studi ini juga mengacu pada metode programatik  dalam menganalisis berbagai data yang ada untuk menghasilkan sintesis berupa konsep perancangan dan metode arsitektur ekologis, yang diaplikasikan sebagian atau keseluruhan pada bangunan, yang konsepnya berakar pada bentuk-bentuk atau prinsip-prinsip alam. Metode transprogramming juga diterapkan, yang mengolah perbedaan konfigurasi spasial yang ada berdasarkan kebutuhan yang berbeda ke dalam satu bangunan yang sama. Terlepas dari ketidakcocokan spasial, budaya dan inkonsistensi antara kedua program ini, mereka digabungkan dalam objek fisik yang sama. Program yang dihasilkan berupa ruang komunitas, fasilitas edukasi, instalasi rainwater harvesting, ruang evakuasi dan sebagainya. Program-program yang terbentuk dalam bangunan melayani kebutuhan masyarakat akan third place dan sebuah wadah untuk menjawab permasalahan kondisi lingkungan dalam tapak.

Article Details

Section
Articles

References

Bappenas. Diakses tanggal 15 Februari 2020, dari https://www.bappenas.go.id/files/5913/4986/1931/2kebijakan-penanggulangan-banjir-di-indonesia__20081123002641__1.pdf

Bima, G. (2014).Yogyakarta Youth Center Berkarakter Ekologis Dengan Pendekatan Teori Visual Apropriateness. Tugas Akhir. Universitas Atmajaya Yogyakarta: Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik.

BPS Jakarta Utara. Diakses tanggal 15 Februari 2020, dari https://jakutkota.bps.go.id/publication/2019/09/26/23867ec35f37bc95cc18b9e0/kecamatan-kelapa-gading-dalam-angka-2019.html

Heinz, F. dan Mulyani, T. H. (2006). Arsitektur Ekologis seri 2. Semarang: Kansius yogyakarta.

Heinz, F. dan Suskiyatno, B. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologi seri 1. Semarang: Kansius yogyakarta

Ligal, S. (2008). Pendekatan Pencegahan dan Penanggulangan Banjir. Jurnal Dinamika Teknik Sipil, vol 8, No. 2.

Oldenburg, R. (1989). The Great Good Place: Cafés, Coffee Shops, Bookstores, Bars, Hair Salons, and Other Hangouts at the Heart of a Community. United States: Marlowe.

Rahayu. Dkk. (2009). Banjir dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: Pusat Mitigasi Bencana (PMB-ITB)

SDG 2030, diakses tanggal 15 Februari 2020, dari https://www.sdg2030indonesia.org/page/8-apa-itu

Yayasan IDEP. (2007). Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. Jakarta: Yayasan IDEP - Ubud, UNESCO.