RUANG KETIGA SEBAGAI MEDIA INTERAKSI DI WIJAYA KUSUMA

Main Article Content

Ruliana Ruliana
Maria Veronica Gandha

Abstract

Based on site analysis in Wijaya Kusuma, there is social gap between two social groups which are living side by side but rarely interacting to each other because there isn’t any place to accommodate their interactions, this region’s population mostly are school-aged children and there’s a large number of schools in this region, so Wijaya Kusuma Playscape as a third place hopefully could be the answer of the problem, by using playing as a medium where can be a place for the two social groups to interact, as well as a non-formal education forum for local residents. Using observation and interview methods to collect the data and using analogy method as the design method. Using tree house as the design concept to build playful ambience and the theory of the third place by Ray Oldenburg also applied in this project. Hopefully Wijaya Kusuma Playscape could be a place where people can meet, interact, play, and learn in Wijaya Kusuma.

 

Keywords:  interact; play; third place

 

Abstrak

Berangkat dari investigasi tapak di Kelurahan Wijaya Kusuma, berdasarkan analisis kawasan, dilihatnya ada kesenjangan sosial dimana terdapat dua golongan sosial yang hidup berdampingan namun kurang berinteraksi karena tak ada wadah yang mempertemukan, dominasi penduduk yang berusia anak sekolah dengan jumlah sekolah yang banyak pada kawasan ini, maka dibuatlah Wijaya Kusuma Playscape sebagai ruang ketiga yang diharapkan dapat menjadi jawaban dari analisis masalah yang ditemukan, dengan menggunakan media bermain dapat menjadi wadah kedua golongan sosial tersebut untuk berinteraksi, serta menjadi wadah pendidikan non-formal bagi warga sekitar. Menggunakan metode observasi dan wawancara sebagai metode pengumpulan data dan menggunakan metode analogi sebagai metode perancangan. Konsep perancangan menggunakan konsep rumah pohon untuk menciptakan suasana bermain yang asik dan menerapkan teori ruang ketiga dari Ray Oldenburg ke dalam perancangan. Diharapkan Wijaya Kusuma Playscape dapat menjadi tempat berkumpul, berinteraksi, bermain, dan belajar di Kelurahan Wijaya Kusuma.

Article Details

Section
Articles

References

Angkringan, Kuliner Ekonomis dan Sarana Interaksi Sosial, diakses Februari 2020, <https://www.kompasiana.com/adin40238/5bc51ccfc112fe64335b46b2/angkringan-kuliner-ekonomis-dan-sarana-interaksi-sosial?page=all>.

Joesoef, S. (1992). Konsep Dasar Pendidikan non formal (hal 50-51). Jakarta: Bumi Aksara.

Makalah Ujian Akhir Semester Pendiidikan Nonformal,Formal, dan Informal, diakses Februari 2020, <https://www.academia.edu/19894523/pendidikan_informal_formal_nonformal>

Misnawati, D. (2019). Kajian Simbolisme Kuliner Mpek Mpek dalam Interaksi Sosial Masyarakat Palembang. P-ISSN 2355-5807, E- ISSN 2477-3433.

Mutiah. (2010). Teori Bermain Klasik dan Modern (hal:93&99).

Oldenburg, R. (1999). The Great Good Place. Cambridge: Da Capo Press.

Pendidikan Formal, Informal dan Nonformal, diakses Februari 2020, <http://blog.unnes.ac.id/idaprobosari/2016/11/01/pendidikan-formal-informal-dan-nonformal/>

Pengertian Bermain dan Permainan, diakses Februari 2020, <https://www.kompasiana.com/amany09483/5c94b56d3ba7f7282c020f74/pengertian-bermain-dan-permainan>

Piet A. S. dan Mataheru, F. (1981). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (hal. 108). Surabaya: Usaha Nasional

Suwardana. (2020). Open Architecture-Architecture for the Third Place-Soal Studio Perancangan Arsitektur 8.29.