WADAH AKTIVITAS DAN TAMAN BACAAN SEBAGAI THIRD PLACE DI KAWASAN KWITANG

Main Article Content

Stanly Manuel
Rudy Trisno

Abstract

Abstract

Basically, a human is a social being that needs to have interaction one and another. Kwitang as one of the busiest and most densely populated areas in Jakarta As a result, basic human needs that are not met causes the people in the Kwitang area to have a business in front of their homes. However, nowadays people getting to be more individualistic because of their business and routine. They easily forget the importance of their social life and taking care of themselves. It makes the needs of existence the Third Place higher in society. The existence of the third becomes a solution for people to escape from their routine and have a better social life. Considering the problems and potency in the area, Literature Park and Activity Hub is designed to accommodate and solve people’s problems by trying to meet the basic needs of the community such as socialization and mutual relations between people and become a character in the form of selling books. The program will be processed in the form of a method approached with observation and survey then starting from location analysis until product of architechture. Using Form runs Together, and cross programming method, and also design method in the form of continuity and welcoming space on the project. So the conclution is the design of this building could provide a third space in Kelurahan Kwitang so humans can interact to help the process of socialization between humans and their environment. Therefore, this project and concept could be implemented and create the Third Place in Kwitang.


Abstrak

Pada dasarnya masyarakat adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi antar sesama. Kawasan Kwitang merupakan salah satu kawasan permukiman yang padat dan sibuk di Jakarta. Akibatnya kebutuhan dasar manusia yang tidak terpenuhi menyebabkan masyarakat pada kawasan Kwitang memiliki usaha di depan rumah masing-masing. Muncullah sikap individualis karena kesibukan dan rutinitasnya yang kadang membuat mereka lupa akan pentingnya bersosialisasi dan beristirahat dari kesibukannya, karena ruang pada kawasan sedikit bagi mereka untuk melakukan kegiatan selain rutinitas seperti untuk bersosialisasi atau melakukan hubungan timbal balik. sebagaimana tentu membutuhkan kehadiran ruang ketiga yang dapat menjadi solusi untuk masyarakat melepas penat dari rutinitasnya dan saling bersosialisasi antar sesama. Dari beragam potensi dan masalah yang ada, Wadah aktivitas dan taman bacaan masyarakat bertujuan mampu mengakomodasi atau mewadahi aktivitas masyarakat dengan berusaha memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti sosialisasi dan hubungan timbal balik antar orang dan menjadi karakter kawasan yang berupa penjualan buku-bukunya. Kwitang dengan pendekatan metode tahap observasi dan survei kemudian pada tahap perancangan dimulai dari analisis lokasi serta potensi konsep desain bangunan sampai hasil akhir berupa bangunan. Program diolah dengan metode form and function runs together, dan cross programming serta metode desain berupa kontinuitas dan welcoming space pada proyek. Kesimpulan pada proyek bangunan ini dengan berusaha memberikan ruang ketiga pada Kelurahan Kwitang agar manusia dapat berinteraksi, dan timbal balik antar manusia maupun dengan lingkungannya. Wadah aktivitas dan taman bacaan di Kwitang ini dapat diterapkan dalam menghasilkan sebuah 3rd Place pada sebuah kawasan.

 


Article Details

Section
Articles

References

Bintarto, R. (1984). Interaksi desa-kota dan permasalahannya . Jakarta: Ghalia Indonesia.

Dwiyantoro. (2019). Peran Taman Bacaan Masyarakat Mata Aksara dalam menumbuhkan minat

baca pada masyarakat. Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan .

Gehl, J. (2011). Life Between Buildings: Using Public Space. Washington: Island Press.

Kominfotik, 2019, diunduh 2020, (https://pusat.jakarta.go.id/?berita=Remaja.Kwitang.Manfaatkan.Forum.Musrenbang&web&mod=ful

lmain&section=info&action=news&id=0000003772

Oldenburg, R. (1999). The Great Good Place: Cafes, Coffee Shops, Bookstores, Bars, Hair Salons, and

Other Hangouts at the Heart of a Community. USA: Marlowe & Company.

Prasetya, A. I., 2019, diipetik 2020, dari Detik.com: https://news.detik.com/berita/d-

/pedagang-buku-di-kwitang-dan-senen-bertahan-di-era-online

Project for Public Spaces. (t.thn.). Diambil kembali dari PPS.com:

https://www.pps.org/article/grplacefeat?

Trisno, R., & Lianto, F. (2019). Relationship Between Function-Form in the Expression of

Architectural Creation, 1-6.

Tschumi, B. (t.thn.). Theory of Contenporary Architecture. Diambil kembali dari

https://tocapu2017.wordpress.com/2017/10/11/bernard-tschumi/

Wikipedia. (t.thn.). Diambil kembali dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_tradisional

Zhang, & Lawson. (2009). Meeting and Greeting : Activities in public outdoor spaces outside high

density urban resindential communities.