PENGGUNAAN KONSEP REDESAIN TERHADAP GELANGGANG REMAJA SEBAGAI TEMPAT KETIGA DI KAWASAN BULUNGAN, JAKARTA SELATAN

Main Article Content

I Dewa Nyoman Artha Wijaya
Nina Carina

Abstract

Bulungan Area, South Jakarta is a very busy area that is always crowd with young people everyday. There are commercial buildings and schools which are a source of crowd in Bulungan area. At night, Beef Curry Rice at Junction (Gultik) become one of the strong characters who create crowds in Bulungan area. Bulungan Youth Arena (GRB) has the potential to become a Third Place, but the existing GRB’s design does not accommodate the requirement to become a third place for young people now. The layout of GRB’s public space makes an exclusive impression because GRB seems to accommodate only arts and sports youth activities. Redesign GRB needs to be done to become the Third Place that has the characteristics of the times and young people from different circle can interact comfortably. The use of the redesign concept is used with the aim of preserving the old memory of GRB, because GRB is a historic building as the first Youth Arena in Indonesia and has a strong relationship with the community that has existed since the 80s, the community is Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ). Performing arts activities, the existence of cafes, relocation of Beef Curry Rice at Junction (gultik) into the site will be inviting more people to come in . The existence of a grand ramp  make circulation be easier and interesting space experiences are expected to increase the interest of young people in exploring GRB.

 

Keywords:  Beef Curry Rice, Bulungan Youth Arena; Redesign

 

Abstrak

Kawasan Bulungan, Jakarta Selatan merupakan kawasan yang sangat ramai dan dipenuhi oleh anak muda setiap harinya. Keberadaan bangunan-bangunan komersial dan sekolah menjadi sumber keramaian di kawasan Bulungan. Pada malam hari, pedagang Gulai Tikungan menjadi salah satu karakter kuat yang menjadi pemikat keramaian di kawasan ini dan kawasan ini dapat menjadi sebuah Third Place bagi masyarakat. Gelanggang Remaja Bulungan (GRB) memiliki potensi dijadikan sebuah Third Place, tetapi desain eksisting GRB kurang mewadahi kebutuhan untuk menjadi third place bagi anak-anak muda saat ini. Tata letak bangunan dan ruang publiknya membuat kesan ekslusif karena seolah hanya mewadahi aktivitas kelompok remaja tertentu di bidang seni dan olahraga. Redesain GRB perlu dilakukan agar sesuai sebagai Third Place yang memiliki ciri anak muda dari semua kalangan saat ini. Penggunaan konsep redesain digunakan dengan tujuan mempertahankan memori akan bangunan lama, karena GRB merupakan bangunan yang bersejarah sebagai Gelanggang Remaja pertama di Indonesia dan memiliki hubungan kuat dengan komunitas yang sudah ada sejak tahun 80an yakni Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ). Kegiatan pentas seni, keberadaan kafe, relokasi gulai tikungan (gultik) ke dalam tapak akan menjadi pemikat. Sirkulasi yang mudah dengan keberadaaan grand ramp serta pengalaman ruang menarik diharapkan dapat meningkatkan minat anak muda dalam mengeksplor tempat ini.

Article Details

Section
Articles
Author Biography

I Dewa Nyoman Artha Wijaya, Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara,

Angkatan 2016. Mahasiswa Untar.

References

Antoniades, A. C. (1990). Poetics of architecture: Theory of Design. New York : Van Nostrand Reinhold.

Ardiani, M. (2009). Insertion: Menambah Tanpa Merobohkan. Surabaya: Wastu Lanas Grafika.

Bentley, I. (1985). Responsive Environment. London: The Architectural Press.

Brolin, C. (1980). Architecture In Context: Fitting New Buildings with Old. New York: Van Nostrand Reinhold.

Calthrope, P. (2001). The Regional City. Publisher: Island Press; 2nd None.

Ching, F. D.K. (1979). Arsitektur: Bentuk – Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga.

Crain, B. (2013). Get Out of the Way. Montclair: Shelterforce.

Ferina, F. (2012). Redesain Wisma Fajar Senayan. Diakses 3 Juli 2020, dari https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00690-AR%20BAB%22.pdf

Halim, C. (2020). Penataan Ulang Pasar Tradisional Muara Karang. Diakses 10 Juli 2020, dari https://journal.untar.ac.id/index.php/jstupa/article/viewFile/6837/5464

Hanks, P. (2009). The Collins English Dictionary. Harpercollins. Glasgow.

Hantoro, C. (2017). Pusat Layanan Pariwisata di Semarang. Diakses 3 Juli 2020, dari http://repository.unika.ac.id/15431/6/13.11.0005%20LTP%20Eric%20Christianto%20Hantor o%20BAB%20V.pdf

Heinz, F. & Suskiyatno, B. (Eds). (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologi seri 1. Semarang: Kansius yogyakarta.

John, M. Echols, & Shadily, H. (Eds). (1990). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Levebfre, H. (1974). The Production of Space. New York: Horizon Press.

Nurdin, R. (2012). Studi Literatur Mengenai Arsitektur Kontekstual. Diunduh pada 19 Mei 2012, di https://arsitekturbicara.wordpress.com/2012/05/19/studi-literatur-mengenai- arsitektur-kontekstual/. (disarikan dari berbagai sumber)

Oldenburg, R. (1989). The Great Good Place. New York: Paragon House.

Radoine, H. (2017). Architecture in Context: Designing in the Middle East, First Edition. Diakses 3 Juli 2020, dari https://onlinelibrary.wiley.com/doi/boo k/10.1002/9781119173120

Roshif, A. (2013). Redesain Lembaga Pemasyarakatan kelas I Malang. Diakses 8 Juli 2020, dari http://etheses.uin-malang.ac.id/1319/6/08660049_Bab_2.pdBrent