RUANG KOMUNAL KUE TRADISIONAL DI SENEN

Main Article Content

Astrid Agustina
Sutarki Sutisna

Abstract

The Indonesian people should be proud, because Indonesian food has been named the most delicious food in the world for several years. Other nations even recognize our ancestral heritage. Indonesian traditional foods such as rendang, satay and fried rice are already well-known and recognized by other countries, but traditional snacks and cakes are still less popular in Indonesia's young generation. Throughout culinary development, we often encounter cakes like tarts, brownies, or pies compared to traditional cakes such as bugis, apem cake, bikang cake. It is not wrong if  Indonesian wants to know about cakes from the west country, but we must also preserve culture as the identity of the Indonesian people in the eyes of the world. Do not let the traditional cakes that can still be found in the market have decreased. Therefore, Third Place as a forum that can be used to provide knowledge and preparation is needed in the midst of the younger generation. Third place as a space to support is needed by humans. Humans need social assistance between other humans. Lack of social connections can damage human health more than obesity, smoking, and high blood pressure. In addition to socializing, Third Place can also be made for education purposes, with the aim that all people particularly young people have knowledge of their own culture and traditional foods, especially traditional cakes.

Keywords:  Indonesian foods, social, third place, traditional

cakes


Abstrak

Bangsa Indonesia patut berbangga, pasalnya makanan Indonesia dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia selama beberapa tahun. Bangsa lain saja bahkan mengakui kelezatan warisan nenek moyang kita. Makanan tradisional Indonesia seperti rendang, sate, dan nasi goreng memang sudah dikenal dan diakui oleh negara lain, namun camilan dan kue tradisional masih kurang populer bahkan di generasi muda Indonesia sendiri. Seiring perkembangan kuliner, lebih sering kita temui kue-kue seperti tart, brownies, atau pie dibandingkan kue tradisional seperti kue bugis, kue apem, kue bikang. Tidak salah bila masyarakat Indonesia ingin terbuka dan mempelajari kue-kue asal barat, namun kita pun harus tetap melestarikan budaya sebagai identitas bangsa Indonesia di mata dunia. Jangan sampai kue-kue tradisional yang masih bisa ditemukan di pasar semakin menurun eksistensinya. Oleh karena itu, sebuah Third Place sebagai wadah yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan dan pengenalan diperlukan di tengah-tengah generasi muda. Third Place sebagai ruang untuk berkumpul sangat diperlukan bagi manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan koneksi antara manusia lain. Kurangnya koneksi sosial bahkan dapat merusak kesehatan seorang manusia lebih besar dibandingkan obesitas, rokok, dan tekanan darah tinggi. Selain untuk bersosialisasi, Third Place juga dapat dijadikan sarana untuk edukasi, dengan tujuan agar semua masyarakat terutama generasi muda memiliki pengetahuan dan mengenal budaya memasak dan makanan tradisional mereka sendiri, khususnya kue tradisional.


Article Details

Section
Articles

References

Arrumaisa, N et. al. (2014). Pendekatan Rancang Metafora dalam Perancangan Kafe dan Karaoke. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, G-57-58.

Arsana, L. dan Holzen, H. V. (2006). Authentic Recipes from Indonesia: 79 Easy and Delicious Recipes from the Spice Islands. Hongkong: Periplus Editions.

Box, H et. al. (2013). Ancient Origins Of The Mexican Plaza: From Primordial Sea To Public Space. Texas: University of Texas Press.

Carr, S. dkk. (1992). Public Space. Cambridge: Cambridge University Press.

Coughlin, J. (2019). 3 Food Trends Inspired by Millennials That Older Consumers Are Eating Up, Forbes. Retrieved July 4, 2020, from https://www.forbes.com/sites/josephcoughlin/2019/06/09/3-food-trends-inspired-by-millennials-that-older-consumers-are-eating-up/#9318af37b963

Dina. (2017). Teknik Pembuatan Kue Tradisional Ini Mempercantik Tampilan dan Menaikkan Cita Rasa Camilan, Sajian Sedap. Diakses 15 Februari 2020, dari https://sajiansedap.grid.id/read/10756642/teknik-pembuatan-kue-tradisional-ini-mempercantik-tampilan-dan-menaikkan-cita-rasa-camilan?page=all

Gardjito, M. dkk. (2017). Makanan Tradisional Indonesia Seri 1: Kelompok Makanan Fermentasi dan Makanan yang Populer di Masyarakat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Holzen, H. V. (2014). A New Approach to Indonesian Cooking. Singapura: Marshall Cavendish Cuisine.

Hutama, D. (2010, 7 Februari). Ekonomi, Makanan, dan Arsitektur. Kompas, p. 14.

Kidosm. (2018). 7 Makanan Kekinian VS Jajanan Tradisional: Kamu Masuk Geng yang Mana Nih?. Diakses 4 Juli 2020, dari https://www.qraved.com/journal/food-lol/7-makanan-kekinian-vs-jajanan-tradisional-kamu-masuk-geng-yang-mana- nih?from=line&utm_source=Line&utm_medium=CP&utm_campaign=LineRSSFeed

Kohll, A. (2018). Why Millennials Are Good For Employee Well-Being, Forbes. Retrieved July 4, 2020, from https://www.forbes.com/sites/alankohll/2018/10/03/why-millennials-are-good-for-employee-well-being/#7792d7d41da5

Lang, J. (1987). Creating Architectural Theory. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Maharani, E. (2020). Jajanan Tempo Dulu Hadir di Festival Jajanan Tradisional. Diakses, 3 Juli 2020, Republika, https://republika.co.id/berita/q5fw6z335/jajanan-tempo-dulu-hadir-di-festival-jajanan-tradisional

Oldenburg, R. (1989). The Great Good Place: Cafés, Coffee Shops, Community Centers, Beauty Parlors, General Stores, Bars, Hangouts, and How They Get You Through The Day. Minnesota: Paragon House.

Raharjanti, R. (2011). Travelicious Jakarta: Jalan Hemat, Jajan Nikmat. Yogyakarta: B-First.

Riani, A. (2019). Cerita Akhir Pekan: Jajanan Pasar dan Eksistensinya di Kalangan Anak Muda. Diakses 3 Juli 2020, dari Liputan 6, https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4062303/cerita-akhir-pekan-jajanan-pasar-dan-eksistensinya-di-kalangan-anak-muda.

Yasa, B. (2015). Kue-Kue Indonesia: 165 Resep Penganan Populer Nusantara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.