PLATARAN REMPUG RAWA BELONG

Main Article Content

Christabella Nadia Angela
Franky Liauw

Abstract

Rawa Belong is one of the village in Jakarta’s density. Then this village was filled by social interactions that give a life to the city. A public space that everyone can relax and leisure also express themselves freely. With a cultural background and plants, Rawa Belong began to be seen as something special. Various communities and people with a different background are in it. Freedom that should be in a public space is not happen here, because of the density both in the interaction between people and their environment. This project is based on “Everyday Urbanism” method to observe and analysis the urban life in Rawa Belong. Then this project was created to resolve what people in Rawa Belong needs such as a place to recreation and leisure where will be seen as a connection between lost spaces also to create a space that combine all the people and community that should be in a public space.

 

 Keywords:  community; cultural; plants; public space; social interactio


Abstrak

Rawa Belong merupakan salah satu kelurahan ditengah kepadatan kota Jakarta. Suatu kelurahan yang diisi oleh interaksi social yang memberi kehidupan bagi kota. Sebuah wadah dan ruang public dimana setiap orang dapat melakukan aktivitas rekreasi dan mengekspresikan dirinya secara bebas. Dengan latar belakang sejarah budaya betawi dan juga tanaman hias, daerah Rawa Belong dipandang sebagai sesuatu yang khas dan istimewa. Berbagai macam komunitas dengan berbagai latar belakang ada di dalamnya, kebebasan yang seharusnya ada dalam sebuah ruang public tidak terlihat di daerah ini karena begitu padatnya satu dengan yang lainnya baik dalam interaksi antar manusia maupun interaksi dengan lingkungannya. Proyek ini didasari  menggunakan metode “Everyday Urbanism” untuk melakukan pengamatan dan analisa terhadap kehidupan di Rawa Belong. Kemudian proyek ini diciptakan untuk menjawab kebutuhan wadah rekreasi yang ada, dimana wadah ini akan dilihat sebagai sebuah koneksi antar ruang-ruang yang hilang dan menggabungkan semua komunitas dan masyarakat yang seharusnya ada dalam sebuah ruang terbuka.


Article Details

Section
Articles

References

Damayani, D.R.R. (2008). Gejala Ruang Ketiga (thirdspace) Di Kota Bandung: Paradoks Dalam Ruang Publik Urban Kontemporer. Disertasi Program Doktor. Institut Teknologi Bandung

Holahan, C. J. (1982). Environmental Psychology. New York: Random House.

Jormakka, K. (2008). Basics Design Methods. Berlin: Birkhauser Verlag AG

Juniman, P. T. (2018). Studi: Milenial Lebih Stres di Kantor Dibanding Usia Lain. Diakses 17 Maret 2020, dari CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/studi-milenial-lebih-stres-di-kantor-dibanding-usia-lain

Oldenburg, R. (1999). The Great Good Place. New York: Marlowe & Company.

Putri, D., W. (2019). Ada Perubahan Cara Kerja Karyawan di Era Transformasi Digital. Diakses 19 Maret 2020, dari Republika, https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/trend/17/04/11/oo8p99359-ada-perubahan-cara-kerja-karyawan-di-era-transformasi-digital

Rudi, A. (2016). Inilah Kawasan yang Telah Berubah dari RTH Jadi Perumahan dan Area Perdagangan. Dikutip 7 Maret 2020, dari Kompas.com

Trancik, R.(1986). Finding Lost Space: Theories Of Urban Spatial Design. New York: John Wiley & Sons, Inc.

https://en.wikipedia.org/wiki/Third_place diakses pada tanggal 15 Febuari 2020

https://katadata.co.id/dinihariyanti/berita/5e9a55bb91512/apa-kata-startup-ekonomi-kreatif-tentang-bekraf . diakses pada tanggal 8 Maret 2020

https://www.goodreads.com/book/show/4119.The_Great_Good_Place. pada tanggal 5 Febuari 2020.