UPAYA PENINGKATAN KEGIATAN SOSIAL DAN INTERAKSI SESAMA MAKHLUK HIDUP PADA MASYARAKAT DAN HEWAN DI KELURAHAN SETIABUDI

Main Article Content

Angel Carveling
Agustinus Sutanto

Abstract

In the era of globalization, capitalism, especially in urban areas is developing rapidly. The population is dominated by millennial. In the progression of the technology, people especially in urban areas become individualism, selfish and easily depressed. Relationships between humans and the environment are getting worst. One of the things that can rehabilitate human depression is interaction with animals. Interactions that occur between humans and animals can produce endorphins which make them happy when interacting. However, human and animal relations are increasingly damaged. Animals often be the victim from human selfishness and ignorance. The level of human concern for animals is diminishing. Humans and animals must coexist and help one another to protect the world's ecosystem. With narrative architectural methods, the sharing space "When Humans Meet Pets" in the Setiabudi Subdistrict is trying to set various programs that are mutually beneficial relations for both humans and animals. The program and design in the third space reinforces the narrative of the animal's house that can be felt visually by humans and human buildings that can be inhabited and provides benefits to animals and the two can co-exist together in it. So the design of this building is trying to provide a third space in the Setiabudi Subdistrict so that humans can interact with animals to reduce depression and animals can live peacefully in the building.

 

Keywords:  Animals; Co-Exist; People; Third Place

 

Abstrak

Pada era globalisasi, kapitalisme  terutama pada daerah perkotaan berkembang pesat. Populasi masyarakat didominasi oleh kaum milenial. Teknologi semakin berkembang membuat masyarakat terutama di perkotaan menjadi individualisme, egois dan mudah depresi. Hubungan antar manusia maupun dengan lingkungan semakin rusak. Salah satu hal yang dapat memperbaiki depresi manusia adalah dengan interaksinya bersama binatang. Interaksi yang terjadi antara manusia dan hewan dapat menghasilkan hormon endorfin yang membuat keduanya saling bahagia saat berinteraksi. Namun, hubungan manusia dan hewan semakin rusak. Hewan sering menjadi korban dari tingkah egois dan kebodohan manusia. Tingkat kepedulian manusia terhadap hewan semakin berkurang. Manusia dan hewan harus hidup berdampingan serta saling membantu untuk menjaga ekosistem dunia. Dengan metode arsitektur naratif, ruang berbagi “Ketika manusia bertemu dengann binatang peliharaan” di Kelurahan Setiabudi berusaha menuangkan berbagai program yang saling menguntungkan hubungan baik untuk manusia maupun binatang. Program dan desain pada ruang ketiga ini memperkuat narasi rumah hewan yang dapat dirasakan secara ruang dan visual oleh manusia dan bangunan manusia yang dapat dihuni dan memberikan keuntungan kepada hewan serta keduanya dapat saling hidup berdampingan di dalamnya. Sehingga desain bangunan ini berusaha untuk memberikan ruang ketiga pada Kelurahan Setiabudi agar manusia dapat berinteraksi dengan hewan untuk menghilangkan depresi dan hewan dapat hidup dengan damai di bangunan tersebut.

Article Details

Section
Articles
Author Biography

Angel Carveling, Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Architecture

References

Antoniades, A. (1990). Poetics of Architecture: Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold.

Fine, A. (2015). Handbook on Animal-Assited Therapy. California: Elsevier.

Hertzberger, H. (1991). Lesson for Student in Architecture. Rotterdam: 010 Publisher.

Lefebvre, H. (1991). The Production of Space. Oxford: Blackwell.

Oldenburg, R. (1991). The Great Good Place. New York: Marlowe & Company.

Picon, A. (2015). Smart Cities: A Spatialized Intelligence. New Jersey: Wiley.

Richard, J. (2007). The Magazine of the American Society of Landscape Architecture. Washington,D.C.: ASLA.

Tshcumi, B. (1994). The Manhattan Transcripts. New York: The Academy Editions.