PROGRAM ARSITEKTUR SEBAGAI PEMBENTUK TEMPAT KETIGA DI PASAR BARU

Main Article Content

Denzel Suptan
Denny Husin

Abstract

The phenomenon of the need to complement the daily activities of urban communities in an area need to be responded to in a design strategy that can resolve various kinds of conflicts. This is happening in Jakarta where there were still problems with the lack of public space facilities that not reach the residential area. The issue that the region has its characteristics that also raises a variety of activities in addition to daily routine activities in the form of a variety of entertainment activities, commerce, and even some activities accommodate various events. The purpose of this study is to raise public space as a unifying space or transition from routine home (first place) and work (second place). Cross, trans, and dis programming methods are used by not eliminating or changing things that are already characteristic of the region, by studying activities that might be reactivated and then simulated, hypothetically Pasar Baru can play a role in realizing physical identity as the old city to continue to live and be sustainable. The step used is to insert certain events in an empty slot in a year with the program insertion method. The findings are that program events can continue to be connected at all times through embedded programs. The results of this third place project show that architecture can contribute to the development of the program.

 

Keywords:  Program; Third Place; Transition

 

Abstrak

Fenomena kebutuhan akan pelengkap aktivitas keseharian masyarakat kota di suatu daerah perlu untuk direspon ke dalam strategi desain yang dapat menyelesaikan berbagai macam konflik. Hal tersebut tentunya terjadi di kota Jakarta yang masih terdapat masalah minimnya fasilitas ruang publik dan kurang menjangkau area permukiman. Isu bahwa wilayah memiliki karakteristiknya sendiri yang juga memunculkan berbagai aktivitas selain kegiatan rutinitas sehari-hari berupa ragam kegiatan hiburan, niaga, bahkan ada kegiatan yang menampung berbagai event/acara-acara menjadi latar belakang studi. Tujuan penelitian ini adalah mengangkat ruang publik sebagai ruang pemersatu atau transisi dari rutinitas rumah (first place) dan pekerjaan (second place). Metode programming cross, trans, dan dis digunakan dengan tidak menghilangkan atau mengubah secara total berbagai hal yang sudah menjadi karakteristik dari kawasan, dengan cara mempelajari aktivitas-aktivitas yang mungkin bisa diaktifkan kembali lalu disimulasikan. Secara hipotesis Pasar Baru dapat berperan kembali mewujudkan identitas fisik sebagai kota lama agar dapat terus hidup dan berkesinambungan. Langkah yang digunakan yaitu menyisipkan event tertentu pada celah yang kosong dengan metode penyisipan program. Temuannya berupa event program dapat terus terhubung di setiap waktu melalui program-program yang disisipkan. Hasil proyek tempat ketiga ini menunjukkan bahwa arsitektur dapat turut serta berkontribusi dalam mengupayakan pengembangan program.

Article Details

Section
Articles

References

Bonnemaison, S., & Masy, C. (2008). Festival Architecture. Abingdon: Routledge.

Certeau, M. d. (1984). The Practice of Everyday Life. Berkeley: University of California Press.

Daniel, L. C., Mary, C. L., Grove, J. M., Marshall, V., McGrath, B., & Pickett, S. T. (2015). An Ecology for Cities: A Transformational Nexus of Design and Ecology to Advance Climate Change Resilience and Urban Sustainability.

Fikri, M. N. (2016). Perancangan Pusat Terapi Kesehatan dengan Musik. S.T. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Hantono, D., & Ariantantrie, N. (2018). Kajian Ruang Publik dan Isu yang Berkembang di dalamnya. Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan, 8, 43-48.

Hawking, S. (1988). The Brief History of Time.

Herlambang, S. (2020, Januari 16). Open Society-Open City-Open Architecture. Dipresentasikan pada kuliah umum, Universitas Tarumanagara.

Indra, M. I. (2009). Pengembangan Pasar Baru Jakarta. Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Mardiyantoro, N. (2019). Metodologi Penelitian. E-learning Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Sains Al-Qur’an, 1-22.

Noor, A. (2009). Manajemen Event. Bandung: Alfabeta.

Nurun, M. (2013). Revitalisasi Kawasan Pasar Baru Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing Pusat Belanja Tertua di Jakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 4, 69-78.

Oldenburg, R. (1989). The Great Good Place: Cafes, Coffee Shops, Community Centers, Beauty Parlors, General Stores, Bars, Hangouts, and How They Get You Through the Day. New York: Paragon House.

Pasya, G. K. (2012). Pemukiman Penduduk Perkotaan. Jurnal Pendidikan Geografi, 12, 61-70.

Pidarta, M. (2015). Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.

Rieswari, A. (2002). Penataan Koridor Jalan Pasar Baru Jakarta. S.T. Universitas Diponegoro Semarang.

Septian, L. H., Kurniati, F., & Maharika, I. F. (2017). Konfigurasi Ruang Bertinggal di Perahu Suku Bajo. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 6, (pp. 57-62).

Setiawan, L. A., Astuti, W., & Rini, E. F. (2017). Tingkat Kualitas Permukiman (Stusi Kasus: Permukiman Sekitar Tambang Galian C Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 12, 1-11.

Statistik, B. P. (2016). Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) di Indonesia. 07330.1701. Retrieved Januari 15, 2020, from https://filantropi.or.id/pubs/uploads/files/BPSPotretAwalTPBdiIndonesia.pdf

Sutanto, A. (2020, Januari 16). Architecture of the Third Place. Dipresentasikan pada kuliah umum, Universitas Tarumanagara.

Tschumi, B. (1994). Architecture and Disjuction. England: MIT Press.

Tschumi, B. (2005). Event-Cities 3: Concept vs Context vs Content. Massachussetts: MIT Press, Cambridge.

Wicaksono, B. (2014). Penataan Pasar Baru.

Winata, S. (2019). Open Architecture As. Dipublikasikan pada pameran arsitektur virtual STUPA 8.29, Universitas Tarumanagara: 4 Juli 2020

Yusa, M. M. (2016). Upside down Building: Suatu Karya Dekonstruksi Desain Arsitektur. Jurnal Studi Kultural, 1, 65-69.