REDEVELOPMENT PASAR KEMBANG CIKINI DENGAN KONSEP OPEN ARCHITECTURE SEBAGAI RUANG KETIGA DAERAH CIKINI, MENTENG

Main Article Content

Erdin Yosep
Timmy Setiawan

Abstract

Menteng, Central Jakarta as the first Garden City in Indoneisa, served as the most significant green  district in Jakarta. Located at the most green area in Jakarta, Cikini Flower Market (the oldest flower and ornamental plant center around) is less visible as the part of various urban axes. Cikini Flower Market Redevelopment is an uprising and refurbisment of local traditional marketplace against modern wholesale market. The design methods deliver from urban axis mapping, selected program analyze, and forming a building mass from study of market morphology. As a ‘the third place’, the concept is sharing activity with dedicated communal space and activity. All of building program, formed this project as rendezvous space for locals and outsider for shopping, recreation, collaborate, work/study, or just hangout. Through combination of open architecture and sharing economy, this project will redevelop a marketplace to contextual third place. Therefore, Cikini Flower Market will defined as the part of Menteng Green Development, and as well Ciliwung Cultural Line by maintaining it’s essence as the market. Finally, this project is designed to be open, spacious, and communal place for short break or daily needs.

 

Abstrak

Salah satu daerah dengan pengembangan ruang terbuka hijau paling signifikan di Jakarta adalah Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat yang merupakan kota taman pertama di Indonesia. Identitas Menteng sebagai wilayah paling hijau di Jakarta justru kurang terlihat pada Pasar Kembang Cikini sebagai penyedia tanaman hias bunga tertua di Jakarta yang berada pertemuan berbagai axis perkotaan. Proyek redevelopment Pasar Kembang Cikini menjadi sebuah upaya untuk memperkuat kembali identitas pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern.  Metode perancangan yang digunakan, yaitu berangkat dari memetakan axis kawasan perkotaan tapak terpilih, menganalisa program yang dihasilkan, dan membentuk massa bangunan berdasarkan studi morfologi bangunan pasar. Sebagai sebuah ruang ketiga, konsep pasar baru yang ditawarkan menekankan kegiatan sharing dengan adanya ruang dan aktivitas yang bersifat komunal. Gabungan dari seluruh program tersebut membuat proyek ini menjadi sebuah third place yang mempertemukan masyarkat Cikini, maupun masyarakat luar untuk datang berbelanja, berekreasi, bekolaborasi, bekerja/ belajar, maupun sekedar nongkrong. Melalui perpaduan konsep arsitektur terbuka dan ekonomi kolaboratif, proyek ini bertujuan mengembangkan sebuah pasar menjadi sebuah ruang ketiga yang kontekstual dengan pengembangan hijau Menteng dan jalur budaya Ciliwung dengan mempertahankan esensinya sebagai sebuah pasar. Proyek ini didesain untuk terasa terbuka, lapang dan komunal untuk dikunjungi sebagai tempat istirahat sejenak maupun untuk kegiatan sehari – hari.

 

Article Details

Section
Articles

References

Alexander, C., S, I., M, S. (1977). A Pattern Language: Towns, Buildings, Construction. Oxford University Press.

Fligstein, N. R, C. (2015) Architecture of Markets Emerging Trends in the Social and Behavioral Sciences. Univercity of California.

Florida, R. (2012). The Rise of the Creative Class. New York : Basic Books.

Georgievskaya, A. (2015). Market – New Public Center of Local Communities. Samara State

Lynch, K. 1960. Image of The City. Cambridge: Mass. MIT Press.

Mclaren,D. J,A. (2015) Sharing Cities- A Case for Truly Smart and Sustainable Cities. London : MIT Press.

Oldenburg, R. (1998). The Great Good Place: Cafes, Coffee Shops, Bookstores, Bars, Hair Salons, and Other Hangouts at the Heart of a Community. US: Da Capo Press.

Shouri,A. S,D. (2009). Urban Sustainability and Market Tipologies : lessons from Tabriz Bazaar. Deakin University.