FASILITAS EDUTAINMENT: PERPUSTAKAAN FIKSI HIJAU DAN RUANG SENI PERTUNJUKAN DI BUMI SERPONG DAMAI

Main Article Content

Michelle Ashikin
Tatang Pangestu

Abstract

Edutainment Facility is a project that combines education and entertainment, as a response in the issue of virtual third place that causes a shifted user preferences, led to decreasing use of conventional books and libraries. The project brings forward the contextuality of the site itself which functioned as an integrated - educational area in Bumi Serpong Damai, to redefine the library using a new and distinctive typology design and especially provide fiction books to highlighted its entertaining quality. By ‘reading for pleasure’ theme and adding art as supporting program, the project is intended to broaden its purpose as communal place or third place. The concept of ‘garden library’ delivered by preserving the greeneries and explore its potency to create its building element, aiming to provide user of a garden-reading experience which orientated to outdoor space. Main program can be separated to 2 function, first is literation which include library and course, and art as supporting function. In the terms of design, typology method is applied to learn changes in libraries, therefore making the design output to be different from the stereotype that usually being used today. Architectural form is a result of stacking the tipology type – archetype, prototype and stereotype – which aim to re-interpreting the users viewpoint of libraries in modern era.

 

Abstrak

Proyek Fasilitas Edutainment merupakan fasilitas yang menggabungkan fungsi edukasi dan entertainment, sebagai tanggapan pada isu Virtual Third Place yang kemudian menyebabkan buku konvensional dan perpustakaan sendiri telah mulai ditinggalkan. Padahal, minat baca dan ekspektasi masyarakat terhadap perbaikan perpustakaan masih tinggi. Pada proyek ini, dengan memanfaatkan konteks pada kawasan pendidikan Edutown di Bumi Serpong Damai, perpustakaan di-redefinisikan kembali dengan tipologi design yang berbeda dan dibuat khusus untuk buku fiksi untuk meng-highlight fungsi hiburannya. Dengan mengangkat konteks reading for pleasure dan menambah program kesenian, diharapkan proyek dapat memperbesar kapasitasnya sebagai ruang komunal yang memiliki sense of place sebagai third place. Konsep ruang yang diambil berupa garden library, dimana ruang hijau tapak dimanfaatkan sebagai elemen pembentuk ruang pada proyek sehingga pengguna dapat merasakan pengalaman membaca dengan suasana taman, dengan orientasi pada ruang outdoor. Program utama yang disediakan digolongkan pada fungsi literasi (perpustakaan dan pelatihan penulisan) serta fungsi kesenian (seni pertunjukan dan pelatihan kesenian). Dalam perancangan, metode tipologi digunakan untuk mempelajari perubahan pada perpustakaan, sehingga bentuk arsitekturalnya dapat menjadi berbeda dan keluar dari stereotype-nya. Wujud yang ditampilkan dalam bentuk ruang arsitektural merupakan stacking/ super-imposed dari tipe archetype, prototype dan stereotype- nya, yang dimaksudkan untuk dapat menginterpretasikan kembali pandangan pengguna terhadap desain perpustakaan di era yang lebih modern.

Article Details

Section
Articles

References

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang : Tangerang dalam Angka 2018. Diakses pada tanggal 30 Desember 2019, dari : https://tangerangkab.bps.go.id/

Bryson, J., Usherwood, B., dan Proctor, R. (2003). Libraries must also be Buildings: New Library Impact Study. London: Resource.

Clark, R.H. dan Pause,M. (1996). Precedent in Architecture. Canada: New Jersey

De Rosa, C. dan Joanne, C. (2005). Perceptions of Libraries and Information Resources. Dublin: Ohio

Jaya, M. A. (2018). Transformasi Tempat Ketiga (third place) dari Ruang Dalam (indoor) Menuju Ruang Luar (outdoor): Studi Kasus Kota Palembang. Arsir, 2(1), 57-64.

Erianto, D. (16/09/2015). Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Popularitas Perpustakaan Semakin Pudar Dilibas Digital. Diakses tanggal 26 Oktober 2019 , dari

https://edukasi.kompas.com/read/2015/09/16/09111961/Popularitas.Perpustakaan.Semak in.Pudar.Dilibas.Digital?page=all

Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2 (Edisi Kedua). Jakarta : Erlangga

Oldenburg, R. (1989). The Great Good Place: Cafes, Coffee Shops, Community Centers, Beauty Parlors, General Stores, Bars, Hangouts, and How They Get You Through the Day. New York: Paragon House.

Online Computer Library Center, Inc. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2019, dari :

http://www.oclc.org/reports/pdfs/Percept_all.pdf

Pew Research Center. (2013-2018). Dalam artikel yang berjudul : Younger Americans’ Library Habits and Expectations, Libraries 2016. Diakses pada 30 Agustus 2019, dari

https://www.pewresearch.org/internet/2016/09/09/-libraries-2016.

Picodi. (15/04/2019). Dalam artikel yang berjudul Pembelian Buku di Indonesia (dan di Seluruh Dunia). Diakses pada tanggal 25 Desember 2019, dari

https://www.picodi.com/id/mencari-penawaran/pembelian-buku-di-indonesia-dan-di-seluruh-dunia

Rossi, A. (1991). Architecture of the City. M.I.T Press: Massachusetts.

Tjahjono, G. (2002). Metode Perancangan Suatu Pengantar untuk Arsitek dan Perancang. Depok: Universitas Indonesia.