PENDEKATAN ARSITEKTUR REGENERATIF TERHADAP RUANG KULINER DAN SENI DI JALAN SABANG JAKARTA PUSAT
Main Article Content
Abstract
Jalan Sabang is a legendary area in Jakarta that has undergone various transformations since the colonial era. As part of the cultural corridor connecting Monas to Bundaran HI, this area plays an important role in the city's social and economic interactions. The emergence of the COVID-19 pandemic has caused a decline in activity, resulting in the fading of cultural identity and the weakening of the function of space as a place for community gatherings. The shift in focus on the area has caused the degradation of the area's character as a dynamic community space. The irregularity of spatial planning due to the large number of unorganized street vendors (PKL) has caused various problems, such as narrowing of roads, congestion, decreased visual quality of the area, and reduced comfort for pedestrians. The lack of space for cultural expression, minimal green space, and weak management of the area have also weakened the quality of life and overall attractiveness of the area. This research aims to design culinary facilities combined with street art through a regenerative and adaptive architectural approach. The aim is to revive Jalan Sabang's role as an inclusive, sustainable public space rooted in local identity. The design strategy includes the integration of community space, creative space, a comfortable pedestrian circulation system, and environmentally friendly elements to revive the socio-economic function of the area. The methods used include literature studies, field observations, user interviews, and site analysis. The results of the study show that regenerative architecture principles including the use of local communities, food waste processing, and adaptive design play a role in reviving the socio-economic power of the area, increasing pedestrian comfort, and creating public spaces that are relevant to today's needs.
Keywords: adaptive; community; culture; regenerative; sabang
Abstrak
Jalan Sabang merupakan kawasan legendaris di Jakarta yang telah mengalami berbagai transformasi sejak era kolonial. Sebagai bagian dari koridor budaya yang menghubungkan Monas hingga Bundaran HI, kawasan ini memiliki peran penting dalam interaksi sosial dan ekonomi kota. Timbulnya pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan aktivitas, dan mengakibatkan memudarnya identitas budaya dan melemahnya fungsi ruang sebagai tempat berkumpul komunitas. Pergeseran fokus pada kawasan menyebabkan degradasi karakter kawasan sebagai ruang komunitas yang dinamis. Ketidakteraturan tata ruang akibat banyaknya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak tertata menimbulkan berbagai masalah, seperti penyempitan jalan, kemacetan, penurunan kualitas visual kawasan, dan berkurangnya kenyamanan bagi pejalan kaki. Kurangnya ruang ekspresi budaya, minimnya ruang hijau, dan lemahnya pengelolaan kawasan turut memperlemah kualitas hidup dan daya tarik kawasan secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan merancang fasilitas kuliner yang dipadukan dengan seni jalanan melalui pendekatan arsitektur regeneratif dan adaptif. Tujuannya adalah untuk menghidupkan kembali peran Jalan Sabang sebagai ruang publik yang inklusif, berkelanjutan, dan berakar pada identitas lokal. Strategi perancangan mencakup integrasi ruang komunitas, ruang kreatif, sistem sirkulasi pedestrian yang nyaman, dan elemen ramah lingkungan untuk menghidupkan kembali fungsi sosial-ekonomi kawasan. Metode yang digunakan meliputi studi literatur, observasi lapangan, wawancara dengan pengguna, dan analisis tapak. Hasil dari studi menunjukkan prinsip arsitektur regeneratif meliputi pemanfaatan komunitas lokal, pengolahan limbah makanan, dan desain adaptif berperan dalam menghidupkan kembali daya sosial-ekonomi kawasan, meningkatkan kenyamanan pedestrian, serta menciptakan ruang publik yang relevan dengan kebutuhan masa kini.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. (2023, Maret 13). Volume Sampah yang Terangkut per Hari Menurut Jenis Sampah di Provinsi DKI Jakarta (Ton), 2021-2022. Retrieved Maret 16, 2025, https://jakarta.bps.go.id/id/statistics-table/2/OTE2IzI=/volume-sampah-yang-terangkut-per-hari-menurut-jenis-sampah-di-provinsi-dki-jakarta.html
Djoko. (2020, Agustus 17). Pandemi Covid-19, Omzet Pedagang Wisata Kuliner Malam Jalan Sabang Menurun - Poskotaonline. Poskotaonline. Retrieved Juli 1, 2025, https://poskota.co/megapolitan/pandemi-covid-19-omzet-pedagang-wisata-kuliner-malam-jalan-sabang-mengalami-menurun/
Felly, R., & Zulkia, D. R. (2023, 07). KAJIAN PENERAPAN REGENERATIVE DESIGN PADA KAMPOENG REKLAMASI AIR JANGKANG BANGKA BELITUNG. SINEKTIKA, 20(1), 1-11. Retrieved 09 25, 2024, from https://journals.ums.ac.id/index.php/sinektika
Harahap, A. A. (2024, Mei 14). Menggali Potensi Arsitektur Adaptif: Membangun Bangunan yang Fleksibel dan Tanggap. Writebox, 01(3), 2. Retrieved Februari 22, 2025, from https://writebox.cloud/index.php/wb/article/view/147
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
MCIC. (n.d.). What are the SDGs? Retrieved Febuari 23, 2025, from Manitoba Council of International Coorporation: https://www.mcic.ca/sustainability/what-are-the-sdgs
Mubarkah, A. (2024, September 14). Sejarah Jalan Sabang, Jakarta: Dari Jalan Kolonial hingga Pusat Kuliner. Retrieved Febuari 19, 2025, from Kabar DKI: https://dki.pikiran-rakyat.com/pariwisata/pr-3098563116/sejarah-jalan-sabang-jakarta-dari-jalan-kolonial-hingga-pusat-kuliner?page=all
Munawarah. (2024, Juli 12). PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA. Jurnal Administrasi Negara AL IIDARA BALAD, 4(2), 29. doi:https://doi.org/10.36658/aliidarabalad.4.2.46
Nurhadi, M. (2021, Oktober 12). 1 Orang Indonesia Buang Makanan Sisa Hingga 184 Kg Setahun. Retrieved Maret 7, 2025, from Suara.com: https://www.suara.com/bisnis/2021/10/12/193010/1-orang-indonesia-buang-makanan-sisa-hingga-184-kg-setahun
Octaviani, S. L., & Puspitasari, A. Y. (2021, Maret). Studi Literatur: Penataan dan Pemberdayaan Sektor Informal: Pedagang Kaki Lima. Jurnal Kajian Ruang, 1(1), 132. Retrieved Mei 16, 2025, from https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kr
Renita. (2024, March 2). Pengertian Seni Adalah : Menurut Para Ahli, Cabang-Cabangnya dan Fungsi Seni [ LENGKAP ]. Referensisiswa.my.id; Blogger. Retrieved Juli 1, 2025, from https://www.referensisiswa.my.id/2021/03/pengertian-seni-adalah-menurut-para.html
Rosari, N. A. (2023, November 02). Apa Itu SDGs? Ini Pengertian dan 17 Tujuan Globalnya. Retrieved 02 22, 2025, from Detik Edu: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7014430/apa-itu-sdgs-ini-pengertian-dan-17-tujuan-glsobalnya
Sari, N., & Movanita, A. N. (2020, Januari 15). Kawasan Sabang akan Dikembalikan Jadi Tempat Nongkrong Era 70-an. Retrieved from Kompas.com: https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/15/12514911/kawasan-sabang-akan-dikembalikan-jadi-tempat-nongkrong-era-70-an
Utami, S. (2018). Kuliner sebagai identitas budaya: Perspektif komunikasi lintas budaya. CoverAge: Journal of Strategic Communication, 8(2), 36-44.
Zai, A. L., & Lubis, M. D. (2022, Agustus 08). Studi Pendekatan Arsitektur Adaptif pada Perencanaan Taman Budaya di Kota Gunungsitoli. Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE), 5(1), 177. doi:https://doi.org/10.32734/ee.v5i1.1459
Zulfikar, M. (2019, Mei 26). Komunitas musisi Jalan Sabang hibur aparat dengan lagu daerah. Retrieved from Antara News: https://www.antaranews.com/berita/888396/komunitas-musisi-jalan-sabang-hibur-aparat-dengan-lagu-daerah?

