EKSPLORASI RUANG DALAM PERSEPSI ANAK TUNAGRAHITA
Main Article Content
Abstract
The spatial experience of children with intellectual disabilities is influenced by their intellectual capacity and their ability to adapt to the surrounding environment. Their understanding when seeing, using, and enjoying a space is naturally different from that of typically developing children. Often, a space fails to meet their perceptual and emotional needs due to a lack of consideration for their cognitive abilities. Therefore, in-depth research is needed to understand how children with intellectual disabilities perceive and experience their environment in order to design spaces that truly meet their needs. This study aims to explore architectural elements that can be easily understood by children with intellectual disabilities, investigate how they comprehend spatial environments, and ultimately formulate design principles that address their specific requirements. It also seeks to foster social diversity by creating regenerative spaces that support growth and development alongside children with intellectual disabilities. The method used in this research is descriptive qualitative, involving the collection and analysis of data through literature review and field observations to understand the spatial perception and behavioral characteristics of children with intellectual disabilities. The findings reveal architectural elements that contribute to increased comfort and safety for these children, such as filtered natural lighting, clear and direct circulation paths, and visual elements that are simple and easy to interpret. This research is expected to serve as a reference for designing inclusive spaces that are more responsive and specifically tailored to the unique needs of children with intellectual disabilities
Keywords: Mentally Disabled; Perception; Space
Abstrak
Pengalaman ruang dari persepsi seorang anak tunagrahita dipengaruhi oleh kemampuan intelektual mereka dan fungsi adaptasi terhadap lingkungan di sekitarnya. Pemahaman mereka saat melihat, menggunakan, dan menikmati suatu ruangan tentunya berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Seringkali suatu ruangan tidak dapat memenuhi kebutuhan perseptual maupun emosional mereka karena kurang pertimbangannya terhadap kemampuan kognitif. Dikarenakan itu diperlukan penelitian mendalam tentang bagaimana karakteristik seorang anak tunagrahita memandang dan merasakan lingkungan sekitarnya agar dapat diketahui dan diteliti rancangan ruang yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk Mencari tahu karakteristik elemen arsitektural yang dapat dengan mudah dipahami dan bagaimana cara mereka memahami suatu ruang dan akhirnya merumuskan prinsip desain yang mampu memenuhi kebutuhan anak-anak tunagrahita. Menciptakan aspek regeneratif terhadap keragaman sosial dengan membangun ruang yang mampu merespons dan membantu perkembangan bersama para anak-anak tunagrahita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu mengumpulkan beberapa data untuk dianalisis, menggunakan parameter dari studi literatur, dan juga observasi lapangan untuk memahami bagaimana karakteristik seorang anak tunagrahita. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bagaimana unsur-unsur arsitektural yang dapat membantu meningkatkan tingkat kenyamanan dan keamanan mereka, seperti memfilter cahaya yang masuk ke dalam, sirkulasi yang jelas dan tidak berlika-liku, elemen visual yang dengan mudah dapat dipahami dan dicerna. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk merancang ruang bagi anak-anak tunagrahita yang lebih inklusif dan menyanggupi kebutuhan mereka secara lebih dalam dan lebih spesifik.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Ashman, A., & Elkins, J. (1994). Educating Children with Special Needs (2nd ed). Prentice Hall.
Ching, F. D. K. (2014). Architecture: Form, space, and order (4th ed). John Wiley & Sons.
Department for Children, S. and F. (2008). Designing for disabled children and children with
special educational needs: Guidance for mainstream and special schools. TSO. {https://books.google.co.id/books?id=1DxvPgAACAAJ}, year={2008}
Farinelli, F. (2017). Geografia. Un’introduzione ai modelli del mondo (1st ed.). EINAUDI.
Grossman, H. J. (1973). Manual on Terminology and Classification in Mental Retardation. American Association on Mental Deficiency.
Hafid, A., Zahro, I. F., & Kasih, D. A. (2023). Penerapan Pendekatan Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Kemandirian Anak Tunagrahita SDLB Negeri Sumbang, Bojonegoro. Jurnal Keislaman Dan Pendidikan, 14(1), 103–117.
Hakim, F. B., Yunita, P. E., Supriyadi, D., Isbaya, & Ramly, A. T. (2021). Persepsi, Pengambilan Keputusan, Konsep diri dan Values. Ilmiah Pascasarjana, 1, 155–165.
Kusnadi, S. K., Irmayanti, N., Anggoro, H., & Agustina, K. S. B. (2021). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Psychological Well-Being Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Tunagrahita Sedang. Jurnal Psikologi Insight, 5, 79–86.
Mooy, A. P., & Hendrian, W. (2024). Peran Orangtua Terhadap Peningkatakan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita): Studi Literatur. Jurnal Social Library, 4(2), 135-147.
National Scientific Council on Developing Children. (2004). Children’s Emotional Development Is Built into the Architecture of their Brains (2).
Ombati, E. N. (2022). Persons with Psychosocial Disabilities in Public Spaces: Welcomed or Shunned?. The Journal of Public Space, 7(2), 259–268.
Pohilihu, M., Sari, A. D., Kustiningsih, M. K., & An, S. (2020). Pohilihu, M., Sari, A. D.,
Kustiningsih, M. K., & An, S. K. (2020). Literature Review Hubungan Kemandirian Anak Tunanetra Dengan Personal Hygiene Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut.
Preiser, W. F. E., & Ostroff, E. (2001). Universal Design Handbook (2nd ed.). Mc Graw Hill.
Raschke, K. , & Chee, M. J. (2005). Design for Accessibility: A Cultural Administrator’s Handbook.
Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything. Or Is It? Explorations on The Meaning of Psychological Wellbeing. Journal of Personality and Social Psychology, 57(6), 1069–1081.
Smith, J. D. (2006). Inklusi : Sekolah Ramah Untuk Semua. Nuansa.
Sriasih, N. K., D, A. A. I. W. K., Rahyanti, N. M. S., & Dewi, N. W. E. P. (2023). Self Care Agency Pada Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa. Riset Kesehatan Nasional, 7, 156- 162.
Zeisel, J. (2006). Inquiry by Design: Environment/Behavior/Neuroscience in Architecture, Interiors, Landscape and Planning. W.W. Norton & Co.

