EVALUASI TAMAN LANSIA DI KOTA BANDUNG DENGAN KONSEP PLACE-KEEPING
Main Article Content
Abstract
Thematic parks, including green open spaces (GOS), play a strategic role in enhancing urban residents' quality of life through their ecological, economic, social, and aesthetic functions. This study focuses on Taman Lansia (Elderly Park) in Bandung City, which, despite its high potential, currently experiences functional decline due to poor post-pandemic management. Using the place-keeping framework, this research aims to analyze the park's potential and challenges while providing sustainable management recommendations. Primary data were collected through field surveys, interviews, documentation, and questionnaires, while secondary data were obtained from literature sources. The analysis employed descriptive, crosstab, and comparative methods to evaluate the park's existing conditions based on the four main functions of GOS. The findings reveal significant challenges in Taman Lansia, such as deteriorated physical conditions, lack of community engagement, and insufficient elderly-friendly facilities. However, the park still holds substantial potential, especially with the integration of ecological and social functions. Recommendations include infrastructure improvements, provision of senior-friendly facilities, and strengthening collaborations with local communities to support the place-keeping concept. This study underscores the importance of sustainable management to enhance the functionality of urban GOS, particularly in Bandung City, as part of efforts to create a more comfortable, inclusive, and sustainable urban environment.
Keywords: elderly park; green open space; place-keeping ; sustainable management ; thematic parks
Abstrak
Taman tematik, termasuk ruang terbuka hijau (RTH), memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan melalui fungsi ekologis, ekonomi, sosial, dan estetika. Penelitian ini berfokus pada Taman Lansia di Kota Bandung, yang meskipun memiliki potensi tinggi, saat ini mengalami penurunan fungsi akibat kurangnya pengelolaan pasca-pandemi. Berdasarkan kerangka place-keeping, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan permasalahan yang dihadapi taman ini serta memberikan rekomendasi pengelolaan yang berkelanjutan. Data primer dikumpulkan melalui survei lapangan, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner, sementara data sekunder diperoleh dari berbagai sumber literatur. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif, crosstab, dan komparatif untuk mengevaluasi kondisi eksisting taman berdasarkan empat fungsi utama RTH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taman Lansia memiliki berbagai tantangan, seperti kondisi fisik yang tidak layak, kurangnya aktivitas komunitas, serta minimnya fasilitas yang mendukung kebutuhan lansia. Namun, potensi taman ini tetap besar, terutama jika mempertimbangkan integrasi fungsi ekologis dan sosial. Rekomendasi meliputi perbaikan infrastruktur, penyediaan fasilitas lansia yang ramah, dan penguatan kolaborasi dengan komunitas setempat untuk mendukung konsep place-keeping. Penelitian ini menegaskan pentingnya pengelolaan berkelanjutan untuk meningkatkan fungsi RTH di perkotaan, khususnya di Kota Bandung, sebagai bagian dari upaya menciptakan kota yang lebih nyaman, inklusif, dan berkelanjutan.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Azzahro, F. R. (2023, Desember 5). Asal-usul dan Fakta Menarik Taman Sejarah Bandung. Dipetik May 2024, dari detik.com: https://www.detik.com/jabar/jabar-gaskeun/d-7073158/asal-usul-dan-fakta-menarik-taman-sejarah-bandung
Clare Cooper Marcus, M. B. (1999). Healing Gardens: Therapeutic Benefits and Design Recommendations. New York: John Wiley & Sons.
Dempsey, N., & Smith, H. (2014). Understanding place-keeping of open space.
Diskominfo Kota Bandung. (2024, June 30). Meresapi Pesona Kota Bandung Lewat Tiga Taman Penuh Cerita Ini. Diambil kembali dari Jabarprov.go.id: https://jabarprov.go.id/berita/meresapi-pesona-kota-bandung-lewat-tiga-taman-penuh-cerita-ini-14195
Friedmann, J. (2010, June). Place and Place-Making in Cities: A Global Perspective. Planning Theory & Practice, 11, hal. 149-165.
Menteri Pekerjaan Umum. (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Pemerintah Indonesia.
Miftah. (2016, August 13). Ridwan Kamil Resmikan Taman Griya Caraka. Diambil kembali dari bandung.go.id: https://www.bandung.go.id/news/read/2786/ridwan-kamil-resmikan-taman-griya-caraka
Miracle Recreation. (2024). How to Design a Park for Older, Active Adults. Diambil kembali dari Miracle Recreation: https://www.miracle-recreation.com/blog/designing-parks-for-older-adults/?lang=can
Nabilludin, N. (2024, May 29). Taman Film Bandung yang Kini Sisakan Kenangan dan Harapan. Dipetik June 2024, dari detik Jabar: https://www.detik.com/jabar/berita/d-7360822/taman-film-bandung-yang-kini-sisakan-kenangan-dan-harapan
Rahmah, D. A. (2018, April 30). Prestasi Ridwan Kamil Menata Kota Bandung Menjadi 'Indah' dan 'Membahagiakan'. Dipetik May 2024, dari Kumparan: https://kumparan.com/ayu-rahmah/prestasi-ridwan-kamil-menata-kota-bandung-menjadi-indah-dan-membahagiakan
Urban Solutions. (2018, January). Inclusive Urban Regeneration. Urban Solutions(12), hal. 3, 74-81. Dipetik 2024