PENERAPAN KONSEP RUANG FLEKSIBEL DALAM BANGUNAN TINGGI PADA PUSAT KOMUNITAS DI GONDANGDIA

Main Article Content

Daniel Daniel
Mekar Sari Suteja

Abstract

Boplo Market, also known as Gondangdia Market, was built in the 1920s by N.V. de Bouwploeg in the Nieuw-Gondangdia-Menteng area. The name "Boplo" is a local adaptation of "Bouwploeg," meaning "building group." Reconstructed in 2014 after a fire, the market held significant value for residents during the 1960s-1980s. However, rapid globalization and the shift from conventional to digital transactions have caused a decline in buyers and sellers, revealing the need for architecture to adapt to changing demands. This study seeks to redesign Boplo Market, focusing on creating a flexible structure that can accommodate evolving functions. Applying the regenerative approach introduced by Pamela Mang and Bill Reed, the redesign emphasizes revitalizing the natural environment and strengthening the surrounding community. The regenerative concept ensures the building's capacity for continuous renewal, making it future-proof and relevant over time. The design transforms what was once a placeless space—devoid of unique local identity—into an adaptive, contextually harmonious environment that responds to local needs and characteristics. Through a balance of tradition and innovation, the proposed redesign positions the market as a resilient space capable of withstanding the challenges of globalization while fostering a strong connection to its cultural and social context. This approach ensures that the market remains a vital, functional part of the community for years to come.


Keywords:  boplo; community; flexible; placeless; regenerative


Abstrak


Pasar Boplo atau yang dikenal sebagai pasar Gondangdia, merupakan pasar yang dibangun pada tahun 1920-an, oleh N.V de Bouwploeg dan berada di kawasan Nieuw-Gondangdia-Menteng. N.V. Bouwploeg merupakan sebuah biro arsitektur yang bertujuan menata kawasan tersebut menjadi kota taman, dan nama Boplo merupakan pelafalan yang lebih lokal dari kata Bouwploeg oleh warga lokal, yang memiliki arti sebagai ‘kelompok membangun’. Pasar yang pernah mengalami pembangunan ulang pada tahun 2014 akibat kebakaran ini mempunyai arti penting bagi warga lokal pada tahun 1960-1980. Akibat dari globalisasi yang begitu cepat, perubahan kebutuhan dan proses jual-beli barang dan jasa antar manusia dari pembayaran konvensional menjadi pembayaran digital, Pasar Boplo kini mengalami penurunan jumlah pembeli dan penjual. Perubahan-perubahan tersebut menunjukkan bahwa arsitektur perlu fleksibilitas dalam ruangnya, fleksibilitas yang dapat memfasilitasi perubahan fungsi yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang kembali bangunan Pasar Boplo, sehingga dapat lebih fleksibel terhadap perubahan fungsi di masa depan. Pendekatan regeneratif, seperti yang dikemukakan oleh Pamela Mang dan Bill Reed, diterapkan dengan tujuan untuk merevitalisasi lingkungan alam dan komunitas di sekitarnya. Konsep ini memungkinkan bangunan untuk terus-menerus memperbarui dirinya seiring waktu. Dalam pengembangan narasi arsitektur, konsep regeneratif diterapkan pada ruang yang awalnya tidak memiliki identitas lokal (placeless), sehingga mampu menciptakan ruang yang adaptif dan selaras dengan kebutuhan serta karakteristik lokal. Bangunan ini dirancang agar tetap relevan dan bertahan menghadapi tantangan globalisasi.

Article Details

Section
Articles

References

Baper, S. Y., Khayat, M., & Hasan, L. (2020). Towards Regenerative Architecture: Material Effectiveness. International Journal of Technology, 11(4), 722-731. doi:10.14716/ijtech.v11i4.2631

Frampton, K. (1993). Toward a Critical Regionalism: Six points for an architecture of resistance. Dalam T. Docherty, Postmodernism (Vol. 1, hal. 16-32). London, England, United Kingdom: Routledge. Diambil kembali dari https://www.taylorfrancis.com/chapters/edit/10.4324/9781315504612-26/toward-critical-regionalism-six-points-architecture-resistance-kenneth-frampton

Kortelainen, J., & Albrecht, M. (2021, January 27). Placelessness of urban design and industrial branding in small town planning. Journal of Urban Design, 26(4), 405-421. doi:https://doi.org/10.1080/13574809.2021.1877536

Kronenburg, R. (2005, June 1). Flexible Architecture: The Cultural Impact of Responsive Building. Open House International, 30(1), 59-65. doi:10.1108/OHI-02-2005-B0008

Mang, P., & Reed, B. (2012). Regenerative Development and Design. Dalam R. A. Meyers, Encyclopedia of Sustainability Science and Technology (hal. 8855-8879). New York: Springer. doi:https://doi.org/10.1007/978-1-4614-5828-9_303

Nasir, O. (2021, July). Flexibility in Architecture: A Design Strategy. Diambil kembali dari The Design Gesture: https://thedesigngesture.com/flexibility-in-architecture-a-design-strategy/

Olivia, X., & Carina, J. (2023, July 30). Curhat Pedagang Ayam soal Sepinya Pasar Gondangdia, Pembeli Tak Sampai 15 Orang. Diambil kembali dari Kompas.com: https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/31/17290111/curhat-pedagang-ayam-soal-sepinya-pasar-gondangdia-pembeli-tak-sampai-15

Pawlyn, M. (2019, September 13). What is regenerative architecture? Diambil kembali dari The RIBA Journal: https://www.ribaj.com/intelligence/climate-change-emergency-regenerative-design-michael-pawlyn

Peterson, K., & Krueger, J. (2022, November 8). COMMUNITY CENTERS: Creating a Wellness Culture. Los Angeles: HMC Architects. Dipetik September 28, 2023, dari https://hmcarch.wpenginepowered.com/wp-content/uploads/HMC-Creating-a-Culture-of-Wellness-With-Community-Centers-1.pdf

Prasoon. (2023, April 12). Designing for Adaptability: How to Create Flexible Buildings for an Uncertain Future. Diambil kembali dari Prasoon.Design: https://www.prasoon.design/designing-for-adaptability-how-to-create-flexible-buildings-for-an-uncertain-future

Simangunsong, W. S., & Widyanti, N. N. (2023, January 9). Itinerary Wisata Sehari di Dekat Stasiun Gondangdia Jakarta. Diambil kembali dari Kompas.com: https://travel.kompas.com/read/2023/01/09/120421927/itinerary-wisata-sehari-di-dekat-stasiun-gondangdia-jakarta?page=all

Singgih, R. D. (2018). COMMUNITY CENTER LEDHOK TIMOHO YOGYAKARTA. LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR, 1-15. Dipetik September 26, 2023, dari http://e-journal.uajy.ac.id/16093/1/TA151770.pdf

Stetsky, S., & Kamagina, V. (2021, January 19). A new look on Community Centers undermodern trends in urban design and development. E3S Web of Conferences, 244, 6. doi:doi.org/10.1051/e3sconf/202124406005

Yun, J., Yao, W., Meng, T., & Mu, Z. (2023, June 5). Effects of horticultural therapy on health in the elderly: A review and meta-analysis. Journal of Public Health, 31, 27. doi:doi.org/10.1007/s10389-023-01938-w