PENERAPAN URBAN ACUPUNCTURE DAN EVERYDAY URBANISM DALAM TRANSFORMASI RUANG JALAN JAKSA SEBAGAI DESTINASI WISATA URBAN

Main Article Content

Chaterine Edria Awalokiteswara
Priscilla Epifania Ariaji

Abstract

Jalan Jaksa was an entertainment and recreation icon for both foreign and local tourists in Jakarta from the '60s to the '90s, leveraging its strategic location in the city center. However, after a series of riots and bombings in Indonesia, Jalan Jaksa experienced a decline in visitors, leading to a shift in its function and loss of identity. Urban acupuncture was employed to revitalize Jalan Jaksa as a cohesive strip by injecting programs at various points along the street. Using the everyday urbanism method, researchers identified the daily activities of residents and visitors, serving as a foundation for determining programmatic and sensitive acupuncture points. The goal of this study was to revive and develop the potential of Jalan Jaksa, located in the heart of Jakarta, by creating tourist attractions and a new network of programs in the area. This approach aimed to enhance interactions, activities, accessibility, and highlight Jalan Jaksa’s identity as an urban tourist destination. The resulting network of urban acupuncture points includes key attractions such as café bars and an active play area to attract visitors. Additionally, commercial amenities, capsule hotels, and improved accessibility were aligned with the street’s character, meeting the criteria for placemaking theory, including openness, social interaction, usage, comfort, image, and connectivity.


Keywords:  everyday urbanism; jalan jaksa; placemaking; transforming space; urban acupuncture


Abstrak


Jalan Jaksa merupakan ikon hiburan dan rekreasi bagi wisatawan asing maupun wisatawan lokal di Jakarta pada tahun ’60 hingga ‘90an dengan memanfaatkan lokasi strategis di pusat kota. Setelah rentetan peristiwa kerusuhan dan pengeboman yang terjadi di Indonesia, Jalan Jaksa mengalami penurunan pengunjung yang mengakibatkan perpindahan fungsi dan kehilangan identitas kawasannya. Urban acupuncture dilakukan untuk menghidupkan kembali Jalan Jaksa sebagai satu strip dengan cara melakukan injeksi program yang menyebar pada beberapa titik di Jalan Jaksa. Menggunakan metode everyday urbanism untuk mengidentifikasi keseharian masyarakat, baik pengunjung dan lokal terhadap aktivitas spasial dan temporal sebagai acuan dasar dari karakter masyarakat dalam menentukan program dan titik sensitif akupuntur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghidupkan kembali dan mengembangkan potensi Jalan Jaksa yang terletak di pusat kota Jakarta dengan menciptakan atraksi wisata serta jaringan program baru di kawasan Jalan Jaksa sebagai penunjang sekaligus pemicu interaksi, aktivitas, aksesibilitas serta menonjolkan identitas Jalan Jaksa sebagai destinasi wisata perkotaan, serta memenuhi kriteria place dalam teori placemaking untuk berupa keterbukaan dan interaksi sosial, penggunaan dan aktivitas, kenyamanan dan citra, serta akses dan keterhubungan. Hasilnya adalah jaringan titik akupuntur kota dengan program yang mendukung elemen pariwisata meliputi atraksi utama berupa bar cafe dan active play area sebagai faktor penarik bagi pengunjung, amenitas berupa area komersil pertokoan, akomodasi berupa hotel kapsul, dan aksesibilitas kawasan dengan karakter yang sesuai dengan kriteria karakter jalan jaksa, yaitu karakter teras.

Article Details

Section
Articles

References

A. R. (2018, Mei 20). Dari Jalan Jaksa ke Weltevreden. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180513174741-269-297836/dari-jalan-jaksa-ke-weltevreden/1

Adrian, K., & Gandha, M. V. (2023). SKENARIO REGENERASI SEBAGAI INTERVENSI AKUPUNKTUR PERKOTAAN DI KAWASAN JALAN JAKSA, JAKARTA. Jurnal STUPA, 107-122.

Azaria, G., & Komala, O. N. (2022). INTERVENSI SPASIAL ARSITEKTUR KESEHARIAN DALAM MENGHIDUPKAN KEMBALI KAWASAN JALAN JAKSA. Jurnal STUPA, 885 - 898.

Baskoro, B. (2010). Wisata kota jalan jaksa : sebuah kajian sosiologi pariwisata. Depok: Koekoesan.

Bosshart, L., & Macconi, I. (1998). Defining entertainment. Communication Research Trends, 3-6.

Burton, R. (1995). Travel Geography. London: Pitman Publishing.

Daugėlaitė, A., Gražulevičiūtė-Vileniškė, I., & Landauskas, M. (2018). Possibilities to Apply the Urban Acupuncture Concept in Kaunas: Social Aspect. Scientific Journal of Latvia University of Life Sciences and Technologies Landscape Architecture and Art, 18-27.

Hughes, H. (2000). Arts, Entertainment, and Tourism. Oxford: Butterworth Heinemann.

Kusni, A., Kadir, N., & Nayan, S. (2013). Determinants of Tourism Demand in Malaysia by Tourists from ASEAN Countries: A Panel Data Econometric Analysis. International Academic Conference (IAC), 95-107. doi:DOI: 10.13140/2.1.3837.1203

Lerner, J. (2003). Urban Acupuncture. DC: Island Press Washington.

Merschdorf, H., & Blaschke, T. (2018). Revisiting the Role of Place in Geographic Information Science. International Journal of Geo-information, 1-25.

Raynard, D., & Sutanto, A. (2022). MENGHIDUPKAN KEMBALI JALAN JAKSA DENGAN JARINGAN PENGINAPAN, KULINER, SENI, DAN RUANG KERJA BERSAMA. jurnal STUPA, 1007-1020.

Relph, E. (2008). Place and Placelessness. Toronto, Canada: SAGE Publications Ltd.

Tuan, Y. F. (1997). Space and place : the perspective of experience. Minneapolis : University of Minnesota Press.