ERA BARU GALERI NASIONAL INDONESIA: MENGHIDUPKAN KEMBALI GALERI DI DALAM KAWASAN CAGAR BUDAYA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL JUKSTAPOSISI

Main Article Content

Raden Auditya Hidayah
Petrus Rudi Kasimun

Abstract

The advancement of modern times has led to an increased interest in visiting galleries, making it a current trend. However, the public's interest in visiting galleries located in historic buildings has declined because they are perceived as unfamiliar and not adaptive. GNI (National Gallery of Indonesia) is one such gallery that has seen a decrease in visitors. This is due to the lack of exhibition space, which causes the current generation to avoid visiting GNI, ultimately leading to the building becoming placeless. This study uses descriptive qualitative and phenomenological methods with a juxtaposition design approach to meet the needs of the current generation while maintaining historical and cultural values. Additionally, this method serve as a strategy to prevent it from becoming placeless. The results show that from 1987 until now, there have been no changes in the program. The study findings suggest adding programs that respond to modern needs through disprogramming and contextual juxtaposition approaches. These programs can meet the needs of the current generation while maintaining local, historical, and cultural values.


Keywords: Cultural Heritage; Gallery; Historic; Juxtaposition; Modernization


Abstrak


Modernisasi akan mengakibatkan meningkatnya minat masyarakat untuk mengunjungi galeri yang merupakan sebuah tren pada saat ini. Namun, minat masyarakat mengunjungi galeri yang berada pada bangunan bersejarah menurun karena dianggap asing dan tidak adaptif. GNI (Galeri Nasional Indonesia) adalah salah satu galeri yang saat ini semakin sepi dikunjungi. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya jumlah ruang pameran yang menjadikan generasi saat ini tidak mengunjungi GNI dan pada akhirnya menyebabkan placeless pada bangunan ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan fenomenologi dengan pendekatan desain jukstaposisi yang dapat menunjang kebutuhan akan generasi saat ini, namun tidak terlepas dengan nilai sejarah dan budaya. Selain itu, metode dan pendekatan ini juga berperan sebagai strategi untuk mewujudkan kembali visi dari GNI dan menghindari akan terjadinya placeless agar tetap menjadi place yang memiliki nilai historis. Hasil menunjukkan bahwa dari tahun 1987 hingga sekarang belum ada perubahan program dan fungsi sehingga tidak dapat merespon kebutuhan modern. Temuan penelitian ini memberikan solusi dengan menambahkan program yang merespon kebutuhan modern melalui disprogramming dan penataan lingkungan sekitar dengan pendekatan kontekstual jukstaposisi. Program tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini dengan tetap mempertahankan lokalitas, sejarah, dan budaya. Selain itu, dalam program tersebut juga dirancang sebagai penghubung tren lampau dan tren saat ini, sehingga dapat menunjang generasi sebelumnya.

Article Details

Section
Articles

References

Cross, J. E. (2001). What is Sense of Place? Colorado: Department of Sociology Colorado State University.

Galupamudia, N., & Budiarti, R. (2018). Kajian Gaya Arsitektur Art Deco pada Desain Galeri Batik Jawa Barat. Jurnal Arsitektur Archicentre, Vol. 1 No. 2, 37-57.

Janice, & Gunawan, T. (2020). Sense of Place in The Atmosphere Resort Café as Oase in City Center of Bandung Jl. Lengkong Besar. Jurnal RISA (Riset Arsitektur), Vol. 04, No. 01, 66-80.

Jenks, C. (1977). The Language of Post-Modern Architecture. London: Academy Edition.

Mahendra, J. (2017). Sudut Pandang Baru Terhadap Revitalisasi dan Adaptasi Kompleks Gedung Galeri Nasional Indonesia . Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, 247-254.

Pramudito, S., Analisa, F. C., Mahendarto, T., Atmadji, & Utaminingtyas, B. M. (2022). Perancangan yang Kontekstual: Belajar Dari Thomas Karsten. National Academic Journal of Nature, Vol. 9 No. 2, 220-233.

Purwestri, N. (2015). Laporan Penelitan Arsitektur & Sejarah, Penelitian Gedung Cagar Budaya Gedung Pameran Galeri Nasional Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Galeri Nasional Indonesia, Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia.

Riza, M., & Doratli, N. (2015). The Critical Lacuna Between New Contextually Juxtaposed and Freestyle Buildings in Historic Settings. Journal of Architectural and Planning Research, Vol. 32, No. 3, 234-257.

Samsu. (2021). Metode Penelitian : Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods, Serta Research & Development. Jambi: Pusaka Jambi.

Satya, Y., Maziyah, V. N., & Martana, S. P. (2022). Architectural Review of Indonesian National Gallery Building. Jurnal Arsitektur Archicentre, Vol. 5 No. 1, 14-21.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Jakarta: Universitas Tarumanagara.

Tiesdell, S., Oc, T., & Heath, T. (1996). Revitalising Historic Urban Quarters. London: Routledge.

Tschumi, B. (1994). Architecture and Disjunction. Massachusetts: The MIT Press.

Widati, T. (2015). Pendekatan Kontekstual Dalam Arsitektur Frank Lloyd Wright. Jurnal Perspektif Arsitektur, Vol. 10 No. 1, 38-44.

Winarwan, A., & Amrullah, E. (2018). Penerapan Arsitektur Kontekstual pada Museum Sejarah Islam Indonesia. Jurnal Arsitektur Archicentre, Vol.1 No. 2, 70-76.

Wisetrotomo, S. (1998). Penampang Karya Seni Rupa Koleksi Galeri Nasional Indonesia. Jakarta: Galeri Nasional Indonesia, Direkotorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.