BUDAYA KOMUNITAS YANG DIBAWA KEMBALI DALAM PERBELANJAAN PEDESTRIAN DI PASEBAN SENEN
Main Article Content
Abstract
Phenomena ranging from the demise of mall buildings to the decline in people's interest in visiting malls are starting to occur more frequently in Jakarta. The issue that occurs is that the majority of mall buildings have a generic design, so there is no uniqueness that can attract people to visit and gather, especially in the Paseban area, which is in Senen sub-district, Central Jakarta, which at one time had a culture of gathering because of the presence of communities from Sultan Agung's troops were facing war. This also causes the function of mall buildings in general to become stagnant, therefore, this research aims to produce design proposals that can attract people to visit and revive the community culture that exists in Paseban in the form of a comfortable and modern place for shopping and productivity. The method used is by conducting surveys and also observing the Paseban area and its surroundings. The research step is carried out by visiting the selected site and then observing the environment, including roads, pedestrian conditions, and any facilities or buildings in the site area. The result of this research is a pedestrian shopping concept to provide new experiences to people with a different shape. The findings obtained are that unique and different designs can make buildings interesting to visit. The novelty of the design combines landscape with building forms which are still not often found in Jakarta.
Keywords: community; gather; pedestrian; shopping; stagnant
Abstrak
Fenomena mulai matinya bangunan mall hingga menurunnya minat masyarakat mengunjungi mall mulai banyak terjadi di Jakarta. Isu yang terjadi adalah bahwa mayoritas bangunan mall memiliki desain yang generik, sehingga tidak adanya keunikan yang dapat menarik masyarakat untuk berkunjung dan berkumpul, terutama di daerah Paseban, yang berada di kecamatan Senen, Jakarta Pusat, yang pada masanya memiliki budaya berkumpul karena kehadirannya komunitas dari pasukan Sultan Agung saat sedang menghadapi masa perang. Hal ini juga menyebabkan bangunan fungsi mall pada umumnya menjadi stagnan, oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menghasilkan usulan desain yang dapat menarik masyarakat untuk berkunjung dan menghidupkan kembali budaya berkomunitas yang ada di Paseban berupa tempat berbelanja dan berproduktifitas yang nyaman dan modern. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan survei dan juga observasi terhadap daerah Paseban dan sekitarnya. Langkah penelitian dilakukan lewat mendatangi tapak terpilih dan kemudian melakukan observasi lingkungan baik jalanan, keadaan pedestrian, hingga fasilitas atau bangunan apa saja yang berada di daerah tapak. Hasil dari penelitian ini adalah konsep perbelanjaan berbentuk pedestrian untuk memberikan pengalaman baru kepada masyarakat dengan bentukan yang berbeda. Temuan yang didapatkan adalah desain yang unik dan berbeda dapat membuat bangunan menjadi menarik untuk dikunjungi. Kebaruan desain yang memadukan landscape dengan bentuk bangunan yang masih kurang banyak ditemui di Jakarta.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Budianto, T., Pandelaki, E. E., & Purwanto, E. (2014). Mall di Kabupaten tangerang dengan Konsep City Walk. Jurnal IMAJI, 3(4), 1065-1073. Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/imaji/article/view/7014/6738
Freestone, R., & Liu, E. (2016). Place and Placelessness Revisited. New York: Routledge.
Marcella , V., & Trisno, R. (2022). Senen Art Hub: Mengembalikan Citra Pusat Hiburan di Kawasan Senen. Jurnal STUPA, 4(2), 699 - 710. doi:https://doi.org/10.24912/stupa.v4i2.21707
Meliansari, S. R., & Ellisa, E. (2023). The Placelessness of Kampung Kapitan Palembang: Cagar Budaya di Ambang Kehancuran. MODUL, 23(1), 50-59. doi:10.14710/mdl.23.1.2023.50-59
Setiawan, E. P., & Lianto, F. (2019). Konsep Desain Mall Eksibisi untuk Startup: Integrasi Antar Ruang Digital dan Fisik. Jurnal STUPA, 1(2), 1393-1400. doi:http://dx.doi.org/10.24912/stupa.v1i2.4504
Sirait, J. K., Naibaho, P. D., & Aritonang, E. R. (2018). Kajian Tentang Jalur Pedestrian Berdasarkan Aspek Kenyamanan. Jurnal Arsitektur ALUR, 1(2), 11-21. doi:https://doi.org/10.54367/alur.v1i2.306
Tumbelaka, S. V., Makarau, V. H., & Rondonuwu, D. M. (2017). Pedestrian Mall di Stadion Maesa Tondano (Simbiosis Mutualisme). DASENG, 6(2), 37-46. doi:https://doi.org/10.35793/daseng.v6i2.17082
Zaenuddin, H. (2012). 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe. Jakarta: Ufuk Press.