MENGINGAT KEMBALI BUDAYA TIONGHOA DI KOTA TANGERANG MELALUI INTERAKTIF GALERI DENGAN KONSEP AXIS INTERGRATED CIRCULATION
Main Article Content
Abstract
The disappearance of Chinese culture in Tangerang can be traced back to the main beliefs of the Cina Benteng community, namely Confucianism, and its relationship with other religious and cultural groups. The term "Cina Benteng" refers to the Chinese population in the Tangerang area, especially in Pasar Lama and its surroundings. The ancestors of the Cina Benteng community were Hokkien Chinese who came to Tangerang and settled in the area for several generations. However, over time, the Cina Benteng culture began to fade due to various factors, such as assimilation with local culture and modernization. The aim of this study is to propose a solution that can revive the lost Chinese culture in Tangerang. This can be achieved by creating spaces that depict the characteristics of Chinese culture. The method to be used is qualitative, by conducting surveys and observations regarding the current condition of Tangerang and then collecting data to determine if Chinese culture in Tangerang can be revived. The result of this study is an interactive gallery with an integrated axis circulation concept, allowing visitors to understand and experience the richness of Cina Benteng culture once again. This gallery will showcase artifacts, art, and traditions that are an important part of the Cina Benteng cultural heritage and provide a space for the community to interact and learn more deeply about the history and contributions of this community in Tangerang. It is hoped that with the existence of this gallery, the public can better appreciate and preserve the unique and valuable culture of Cina Benteng.
Keywords: architecture; chinese; gallery; interactive; Tangerang
Abstrak
Hilangnya budaya Cina di Tangerang merupakan fenomena yang dapat ditelusuri kembali ke keberadaan keyakinan utama masyarakat Cina Benteng, yaitu Konfusianisme, dan hubungannya dengan kelompok agama dan budaya lainnya. Masyarakat Tionghoa Benteng adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada populasi Cina di daerah Tangerang, terutama di area Pasar Lama dan sekitarnya. Para leluhur masyarakat Cina Benteng adalah orang Cina Hokkien yang datang ke Tangerang dan tinggal di daerah ini selama beberapa generasi. Namun, seiring berjalannya waktu, budaya Tionghoa Benteng mulai memudar akibat berbagai faktor, seperti asimilasi dengan budaya lokal dan modernisasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengusulkan salah satu solusi yang bisa membangkitkan budaya Tionghoa yang telah hilang di Tangerang. Hal ini dapat dicapai dengan menciptakan ruang-ruang yang menggambarkan khas dari budaya Tionghoa. Metode yang akan digunakan yaitu kualitatif dengan cara melakukan survei dan pengamatan mengenai kondisi Tangerang sekarang kemudian mengumpulkan data untuk mengetahui jika budaya Cina di Tangerang diangkat kembali. Hasil penelitian ini berupa galeri interaktif dengan konsep sirkulasi terintegrasi axis, yang memungkinkan pengunjung untuk memahami dan merasakan kembali kekayaan budaya Tionghoa Benteng. Galeri ini akan menampilkan artefak, seni, dan tradisi yang merupakan bagian penting dari warisan budaya Tionghoa Benteng, serta menyediakan ruang bagi masyarakat untuk berinteraksi dan belajar lebih dalam tentang sejarah dan kontribusi komunitas ini di Tangerang. Diharapkan, dengan adanya galeri ini, masyarakat dapat lebih menghargai dan melestarikan budaya Tionghoa Benteng yang unik dan berharga.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Adhiwignyo, D., & Handoko, B. (2019). Kajian Arsitektural dan Filosofis Budaya Tionghoa pada Kelenteng Jin De Yuan, Jakarta. Kajian Arsitektural dan Filosofis Budaya Tionghoa pada Kelenteng Jin De Yuan, Jakarta, 15.
Arifin, E. N., Pramono, A., & Hasbullah, M. S. (2017). Asian Ethnicity. Chinese Indonesians: how many, who and where?, 18(3), 310-329. doi:https://doi.org/10.1080/14631369.2016.1227236
BBC. (2013, Juni 18). Mengintip sejarah Cina Benteng di Tangerang. Diambil kembali dari BBC: https://www.bbc.com/indonesia/multimedia/2013/06/130618_foto_pehcun
Elmer, M. (2018, April 30). Perencanaan Desain Interior dan Furniture pada Galeri Seni Komunitas Salihara. Perencanaan Desain Interior dan Furniture pada Galeri Seni Komunitas Salihara. Diambil kembali dari Oxford Learner's Dictionaries: https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/gallery
Fatkhullah, R. N. (2014). Kajian Penerapan Pola Sirkulasi pada Bangunan Galeri Seni. Kajian Penerapan Pola Sirkulasi pada Bangunan Galeri Seni.
Khaliesh, H. (2023). Arsitektur Tradisional Tionghoa: Tinjauan Terhadap Identitas, Karakter Budaya dan Eksistensinya. Arsitektur Tradisional Tionghoa: Tinjauan Terhadap Identitas, Karakter Budaya dan Eksistensinya, 14.
Putri, D. O. (2013). Kajian Pola Ruang Dalam pada Gedung A dan Gedung B di Kawasan Galeri Nasional Indonesia Jakarta. Kajian Pola Ruang Dalam pada Gedung A dan Gedung B di Kawasan Galeri Nasional Indonesia Jakarta.
Rachmaputra, D., Supriyadi, B., & Wijayanti, W. (2014, Oktober 1). Pengembangan Galeri Nasional Indonesia di Jakarta dengan Penekanan Desain Arsitektur Kontemporer. Pengembangan Galeri Nasional Indonesia di Jakarta dengan Penekanan Desain Arsitektur Kontemporer.
Satriadi, M. R. (2017). Penerapan Konsep Sanggar Seni Ke Dalam Perancangan Interior Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Penerapan Konsep Sanggar Seni Ke Dalam Perancangan Interior Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.
Sulistiyo, B., & Anisa, M. F. (2012). Pengembangan Sejarah dan Budaya Kawasan Cina Benteng Kota Lama, Tangerang. Pengembangan Sejarah dan Budaya Kawasan Cina Benteng Kota Lama, Tangerang, 3(2), 95-101.
Thresnawaty, S. E. (2015). Sejarah Sosial-Budaya Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang. Sejarah Sosial-Budaya Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang.