MERAJUT BUDAYA DAN PERDAGANGAN PECINAN GLODOK MELALUI PENDEKATAN PLACEMAKING
Main Article Content
Abstract
Pecinan Glodok is the largest area in Jakarta with a rich Chinese cultural heritage, predominantly inhabited by ethnic Chinese descendants. Currently, the identity of Pecinan Glodok has faded over time. In the past, Glodok was known as a center of commerce and socio-cultural activities. However, today, Glodok's trade survives in a shabby and disorganized state, overshadowing the cultural activities that could thrive. This study aims to restore Pecinan Glodok's identity through a placemaking approach and traditional Chinese architectural concepts, particularly the principles of symmetry and balance. The study identifies factors contributing to the "Placeless Place" in Pecinan Glodok and concludes that integrating placemaking with traditional architectural principles can effectively revive Pecinan Glodok's identity, create an environment that supports social and cultural activities, and strengthen the sense of connection and place identity that has faded. Qualitative data collection methods include literature studies, supporting theoretical reviews, surveys, and documentation. The analysis found that with programs such as a Pecinan food market, cultural attractions, and improved public facilities using the concepts of symmetry and balance, the area's cultural identity can be restored, enhancing Pecinan Glodok's attractiveness to revive the local economy and help culture become visible and thrive. To optimize the improvement of Pecinan Glodok, further research is needed on the socio-economic impact of relocating street vendors, evaluation of area management, development of public spaces that support local culture, and surveys of visitor and business satisfaction.
Keywords: Glodok; placeless; place; placemaking
Abstrak
Pecinan Glodok merupakan kawasan dengan warisan budaya Tionghoa yang kaya dan terbesar di Jakarta dengan mayoritas penghuninya adalah warga dengan keturunan etnis Tionghoa. Melihat Pecinan Glodok saat ini, Identitasnya telah memudar seiring dengan berjalannya waktu. Dahulu, Glodok dikenal dengan pusat perdagangan serta aktivitas sosial budayanya. Namun, Saat ini perdagangan Glodok hanya bertahan seadanya dengan kondisi kumuh dan semrawut sehingga menutupi aktivitas budaya yang seharusnya dapat berkembang. Studi ini memiliki tujuan untuk mengembalikan identitas Pecinan Glodok melalui pendekatan Placemaking dan konsep arsitektur tradisional Cina, khususnya prinsip simetri dan keseimbangan. Studi ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap "Placeless Place" yang terjadi pada pecinan Glodok dan menyimpulkan bahwa perpaduan Placemaking dengan prinsip-prinsip arsitektur tradisional dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk menghidupkan kembali identitas Pecinan Glodok, menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas sosial dan budaya, serta memperkuat rasa keterhubungan dan identitas tempat yang kini telah memudar. Metode pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui studi literatur, kajian teori yang mendukung, survei dan dokumentasi. Melalui analisis, Ditemukan bahwa dengan program berupa pecinan food market, atraktor budaya, dan peningkatan fasilitas publik menggunakan konsep simetri dan keseimbangan dapat mengembalikan identitas budaya dan meningkatkan daya tarik kawasan agar dapat membangkitkan ekonomi lokal pecinan Glodok dan membantu budaya untuk dapat terlihat dan berkembang. Untuk mengoptimalkan pembenahan Pecinan Glodok, diperlukan penelitian lanjutan tentang dampak sosial-ekonomi relokasi pedagang kaki lima, evaluasi pengelolaan kawasan, pengembangan ruang publik yang mendukung budaya lokal, serta survei kepuasan pengunjung dan pelaku usaha.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Christian, Y., & Kasimun, P. R. (2023). MENGANGKAT ATRAKTOR BUDAYA DAN KOMUNITAS DI KAWASAN GLODOK UNTUK WADAH EKSPLORATIF KESENIAN DAN EDUKASI GENERASI MUDA. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 5(2), 1107-1118.
Habibullah, S., & Ekomadyo, A. S. (2021). Place-making pada ruang publik: Menelusuri genius loci pada alun-alun Kapuas Pontianak. Jurnal Pengembangan Kota, 9(1), 36-49.
Kenny, K., & Choandi, M. (2021). RUANG BUDAYA GLODOK, ANTARA BERHUNI, BUDAYA DAN ADAPTASI. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(1), 497-508.
Leonardo, L., & Ratnaningrum, D. (2020). RUANG KOMUNITAS TIONGHOA DI GLODOK. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 2(2), 1847-1858.
Miller, D. F. (2020). Creating Great Place. (K. Gonano, Penyunt.) Newyork, United States: Routledge.
Nugroho, M. I., Safitri, R. A., & Ischak, M. (2022). PLACEMAKING PADA KAWASAN CAGAR BUDAYA PERUM PERURI DENGAN MERESPON TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT. Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti, 20(1).
Relph, E. (1976). 1976: Place and placelessness. London: Pion.
Rianto, R. (2021). POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN PECINAN GLODOK PETAK SEMBILAN SEBAGAI PARIWISATA BUDAYA TIONGHOA DI JAKARTA. Jurnal Hospitality dan Pariwisata, 7(5), 1-14.
Stoltman, J. P. (Ed.). (2012). 21st Century Geography (Vol. 1). SAGE.
Sudarwani, M. M. (2012). Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Studi Kasus Kawasan Pecinan Semarang. Jurnal Ilmiah Momentum, 8(2)
Wungo, G. L., Nurini, N., Susanti, R., Mussadun, M., Soetomo, S., & Bagaskara, M. H. (2022). EDUKASI KAWASAN BUDAYA HERITAGE KAMPUNG PECINAN KOTA SEMARANG. Jurnal Pasopati, 4(1).