PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NARATIF PADA EKSTENSI MUSEUM BAHARI
Main Article Content
Abstract
The Maritime Museum plays a crucial role in preserving and disseminating knowledge about maritime culture and history. In an effort to expand the functions and appeal of this museum, the application of the right architectural concept is paramount. This research explores how the application of the narrative architecture concept can be used to design an extension of the Maritime Museum. Narrative architecture, which incorporates storytelling elements into its design, allows visitors to experience and understand maritime history more deeply and interactively. Through case study analysis and field observations, this research identifies key elements that must be considered in the design of the extension. The research findings show that integrating elements of maritime culture and history into architectural design can enhance visitor experience, strengthen the museum's identity, and support cultural conservation efforts. The narrative architecture approach not only enriches the aesthetic value of the building but also significantly contributes to the education and preservation of maritime heritage. Recommendations include involving the local community and maritime experts in the design process, as well as adopting new technologies to create more interactive and engaging spaces for various visitor groups. Additionally, education programs and community-based activities focused on maritime culture are suggested to increase public engagement and support the preservation of maritime heritage. Thus, the Maritime Museum can become a dynamic, relevant, and inspiring center for education and cultural preservation for all generations. This inclusive and collaborative approach will not only enhance the museum's appeal but also ensure that the values of maritime culture and history remain alive and understood by the wider society.
Keywords: extension; maritime culture; maritime history; narrative architecture
Abstrak
Museum Bahari memegang peran penting dalam pelestarian dan penyebaran pengetahuan mengenai budaya dan sejarah bahari. Dalam upaya untuk memperluas fungsi dan daya tarik museum ini, penerapan konsep arsitektur yang tepat menjadi sangat krusial. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana penerapan konsep arsitektur naratif dapat digunakan untuk merancang ekstensi Museum Bahari. Arsitektur naratif, yang menggabungkan elemen-elemen cerita dalam desainnya, memungkinkan pengunjung untuk merasakan dan memahami sejarah bahari secara lebih mendalam dan interaktif. Melalui analisis kasus studi, observasi lapangan, penelitian ini mengidentifikasi elemen-elemen kunci yang harus dipertimbangkan dalam perancangan ekstensi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi elemen-elemen budaya bahari dan sejarah bahari dalam desain arsitektur dapat meningkatkan pengalaman pengunjung, memperkuat identitas museum, dan mendukung upaya konservasi budaya. Pendekatan arsitektur naratif tidak hanya memperkaya nilai estetika bangunan, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap edukasi dan pelestarian warisan bahari. Saran yang diberikan mencakup melibatkan komunitas lokal dan pakar maritim dalam proses desain, serta mengadopsi teknologi baru untuk menciptakan ruang yang lebih interaktif dan menarik bagi berbagai kalangan pengunjung. Selain itu, program pendidikan dan aktivitas berbasis komunitas yang berfokus pada budaya bahari juga disarankan untuk meningkatkan keterlibatan publik dan mendukung pelestarian warisan maritim. Dengan demikian, Museum Bahari dapat menjadi pusat edukasi dan pelestarian budaya yang dinamis, relevan, dan menginspirasi bagi semua generasi. Pendekatan yang inklusif dan kolaboratif ini tidak hanya akan memperkuat daya tarik museum tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai budaya dan sejarah bahari tetap hidup dan dipahami oleh masyarakat luas.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Ardiwidjaja, R. (2013). Perspektif Masyarakat Terhadap Museum di Indonesia. Jakarta: Amara Books.
Chapman, M. (2019, June 3). What is the difference between a home Renovation, Extension, Addition & New Build. Retrieved July 10, 2024, from BiC CONSTRUCTiON: https://www.bicconstruction.com.au/what-is-the-difference-between-a-home-renovationextensionaddition-new-build/
Coates, N. (2012). Narrative architecture. John Wiley & Sons.
Irwanto, D. (2014). Metodologi dan Historiografi Sejarah. Yogyakarta. Yogyakarta: Eja Publisher Yogyakarta.
Mukthi, M. (2015, March 3). Gudang Rempah Jadi Gudang Sejarah. Retrieved July 10, 2024, from Historia: https://historia.id/urban/articles/gudang-rempah-jadi-gudang-sejarah-vxj56/page/1
Nugraha, R. N., & Rosa, P. D. (2022). Pengelolaan Museum Bahari Sebagai Daya Tarik Wisata Edukasi Di Jakarta. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(6), 6477-6486.
Prasetianti, A. (2017, May 25). Kota Tua & Glodok Map for iDiscover. Retrieved from Behance: https://www.behance.net/gallery/53075243/Kota-Tua-Glodok-Map-for-iDiscover
Psarra, S. (2009). Architecture and Narrative: The Formation of Space and Cultural Meaning. Routledge.