KEBERLANJUTAN IDENTITAS LOKAL: REVITALISASI PASAR BERINGIN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Main Article Content
Abstract
A space becomes a place when the area has its own identity and as time goes by, there will be a place that experiences degradation which is ultimately called a placeless place. Traditional markets are one place that often experiences this phenomenon. One of the traditional markets that experiences the placeless place phenomenon is the Beringin Market, located in Singkawang, West Kalimantan. This market was founded in 1973 and is a silent witness to the social, economic, and cultural development of Singkawang, which is rich in Chinese culture. However, as time progressed, the Beringin Market failed to adapt to modern life and experienced various problems which then slowly began to be abandoned by new generations. Now the Beringin Market has experienced a drastic decline which has made it lose its uniqueness and place of attraction to this market. Therefore, an architectural strategy is needed that can restore the meaning and identity of the Beringin Market and maintain it in the long term. This design aims to strengthen the identity, culture, economy, and historical significance of the Beringin Market by using a contextual approach method that refers to the analysis of the area from a social, cultural, natural, and physical building perspective. Through the contextual approach method, it is hoped that it can re-weave the identity and meaning eroded by the times and make the Beringin Market a cultural tourism market.
Keywords: beringin market; contextual; placeless place; Singkawang
Abstrak
Sebuah tempat menjadi sebuah place saat kawasan tersebut memiliki identitasnya tersendiri dan seiiring dengan berkembangnya zaman, akan ada suatu tempat yang mengalami degradasi yang akhirnya disebut sebagai placeless place. Pasar tradisional merupakan salah satu tempat yang sering mengalami fenomena ini. Salah satu pasar tradisional yang mengalami fenomena placeless place yaitu Pasar Beringin yang terletak di kota Singkawang, Kalimantan Barat. Pasar ini didirikan pada tahun 1973 dan menjadi salah satu saksi bisu dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya kota Singkawang yang kaya akan budaya Tionghua. Namun seiring berkembangnya zaman, Pasar Beringin gagal dalam beradaptasi dengan kehidupan modern dan mengalami berbagai masalah yang kemudian secara perlahan pasar ini mulai ditinggalkan oleh generasi-generasi baru. Kini Pasar Beringin telah mengalami penurunan drastis yang membuatnya kehilangan keunikan dan place attactment terhadap pasar ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi arsitektural yang dapat mengembalikan makna dan identitas dari Pasar Beringin dan mempertahankannya dalam jangka panjang. Tujuan dari desain ini yaitu untuk memperkuat kembali identitas, budaya, ekonomi dan makna sejarah dari Pasar Beringin dengan menggunakan metode pendekatan kontekstual yang mengacu pada analisis kawasan dari segi sosial, budaya, alam, dan fisik bangunan. Melalui metode pendekatan kontekstual, diharapkan dapat merajut kembali identitas dan makna yang terkikis oleh perkembangan zaman serta menjadikan Pasar Beringin sebagai pasar wisata-budaya.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Andriansyah, E. H., Nurlaili, E. I., M. S., & Noviana, N. E. (2021). The Existence of Traditional Markets to Modern Markets in Coastal. AGGREGATE: Journal of Economics and Business. doi:10.22236/aggregat_vol1/is1pp221-230
Brolin, B. C. (1980). Architecture in Context: Fitting New Buildings with Old. New York: Van Nostrand Reinhold.
Kortelainen, J., Albrecht, M. (2021). Placelessness of Urban Design and Industrial. Journal of Urban Design. doi:10.1080/13574809.2021.1877536
Milasari, D. (2021). Pengembangan Pasar Tradisional Dalam Meningkatkan Minat Pengunjung di Pasar Tradisional Boyolangu kec. Boyolangu Tulungagung. Publiciana, 14(1), 169-187. Diambil kembali dari https://journal.unita.ac.id/index.php/publiciana/article/view/296
Permatasari, O. I. (2022). EFISIENSI SIRKULASI DAN ZONASI PASAR CENGKARENG. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 4(1), 321-334. doi:10.24912/stupa.v4i1.16948
Relph, E. (1976). Place and Placelessness. London.
Sugiono, Tukasno, & Taufiq. (2022). The Impact of Modern Markets Toward Income of Traditional. International Journal of Economics, Business and Accounting Research (IJEBAR). Diambil kembali dari https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/IJEBAR
Susanto, R. Y. (2018). Potensi Pasar Tradisional Blimbing Bagi Masyarakat Di Sekitar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi. Diambil kembali dari https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/refrensi/article/view/1203
Tuan, Y. F. (2001). Space and Place ; The Perspective of Experience. London: University of Minnesota Press. Diambil kembali dari https://www.academia.edu/19846369/Yi_Fu_Tuan_Space_and_Place