RUANG KOMUNITAS ANAK JALANAN DI GROGOL, JAKARTA BARAT

Isi Artikel Utama

Janice Adriana Wijaya
Nina Carina

Abstrak

Children are the nation's next generation who are expected to realize positive hopes in the future. Until now, the phenomenon of street children is still a social problem that is often found in big cities in Indonesia, one of which is Jakarta. Street children is a term for children aged 6 to 18 years who spend most of their time on the street to survive by earning income, either in the form of money or goods. Grogol Petamburan, as an administrative area in West Jakarta, is one of the locations with the most social welfare problems. Environment is a crucial factors that influences children's health physically, psychologically and socially. The streets in Grogol, with high vehicle intensity and unhealthy air quality have the potential to hinder the growth and development process of children. The majority of street children in Grogol have the same enthusiasm for learning as other children. However, they have little opportunity to pursue non-formal education outside of school. Based on research, they have special behavior in learning, which also influences their activity space. Therefore, a community space is needed that can improve the quality of life of street children. Through empathetic architecture, community space is realized through productive activities in the form of training, teaching and socialization. The space-forming elements that are created must be based on the behavioral patterns of street children in order to create a comfortable place for street children as the main users.


Keywords:  activity; behavior; children; environmen; street


Abstrak


Anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu mewujudkan harapan positif di masa yang akan datang. Hingga saat ini, fenomena anak jalanan masih menjadi masalah sosial yang banyak ditemui di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya Jakarta. Anak jalanan merupakan sebuah istilah untuk anak-anak berusia 6 hingga 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan untuk bertahan hidup dengan memperoleh pemasukan, baik dalam bentuk uang ataupun barang. Grogol Petamburan sebagai wilayah administratif di Jakarta Barat, menjadi salah satu lokasi dengan penyandang masalah kesejahteraan sosial terbanyak. Lingkungan merupakan salah satu faktor krusial yang mempengaruhi kesehatan anak secara fisik, psikologi, maupun sosial. Jalanan di Grogol, dengan intensitas kendaraan yang tinggi dan kualitas udara dalam kategori tidak sehat berpotensi menghambat proses tumbuh kembang pada anak. Mayoritas anak jalanan di Grogol memiliki semangat belajar yang sama dengan anak-anak lainnya. Hanya saja, kecil kesempatan mereka untuk menempuh pendidikan non-formal di luar sekolah. Setelah diteliti, anak jalanan memiliki perilaku khusus dalam belajar, yang turut mempengaruhi ruang aktivitas mereka. Oleh karena itu, diperlukan ruang komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup anak jalanan. Melalui arsitektur yang berempati, ruang komunitas diwujudkan melalui aktivitas produktif berupa pelatihan, pengajaran, dan sosialisasi. Elemen pembentuk ruang yang diwujudkan harus didasari oleh pola perilaku anak-anak jalanan agar sesuai dan nyaman bagi anak jalanan selaku pengguna utama.

Rincian Artikel

Bagian
Articles

Referensi

Ardiansyah, N. (2018, Maret 27). Tiga Wilayah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Masuk ke Jakarta Barat. Retrieved from Jakarta Tribun News: https://jakarta.tribunnews.com/2018/03/27/tiga-wilayah-ini-lokasi-favorit-penyandang-masalah-kesejahteraan-sosial-masuk-ke-jakarta-barat

Astri, H. (2014). Kehidupan Anak Jalanan di Indonesia: Faktor Penyebab, Tatanan Hidup, dan Kerentanan Berperilaku Menyimpang. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, 151.

Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan 22 kriteria PMKS. (2018, Februari 1). Retrieved from Jakarta Open Data: https://data.jakarta.go.id/dataset/data-penyandang-masalah-kesejahteraan-sosial-pmks/resource

Gibbons, S. (2019, April 9). Sympathy vs. Empathy in UX. Retrieved from NN Group: https://www.nngroup.com/articles/sympathy-vs-empathy-ux/

Huraerah, A. (2006). Kekerasan pada Anak. Bandung: Penerbit Nuansa.

Husada, T. (2023, Februari 1). Angka Kemiskinan Ekstrem Jakarta Meningkat. Retrieved from BBC News Indonesia: https://www.bbc.com/indonesia/articles/c0v98g75

Indonesia, P. R. (1979). Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Anak.

IxDF, I. D. (2020, Juni 16). What is Emphatize? Retrieved from Interaction Design Foundation - IxDF: https://www.interaction-design.org/literature/topics/empathize

Nuprianto. (2017). Pola Asuh Orangtua Anak Jalanan di Kota Makassar. Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM, 107-111.

Saitya, I. A. (2019, November 25). Memahami Anak Jalanan. Retrieved from Kompas: https://www.kompas.id/baca/utama/2019/11/25/memahami-anak-jalanan

Sitompul, R. (2004). Upaya Pemerintah dalam Menanggulangi Anak Jalanan dan Anak Terlantar. Jurnal Hukum KAIDAH, 11-12.

Suhartini, T. & Panjaitan, N.K. (2009). Strategi Bertahan Hidup Anak Jalanan Bogor: Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, Vol. 03, No. 02 215-230.

Wahyudi, R. (2020). Penanganan Anak Jalanan di Kabupaten Tulungagung. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

Wijaya, d. A. (2011, Februari 11). Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang Yang Optimal. Retrieved from Kementrian Kesehatan RI: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/021113-kebutuhan-dasar-anak-untuk-tumbuh-kembang-yang-optimal

Yudi, K. K. (2006). Analisis Peranan Rumah Singgah dalam Upaya Perlindungan Anak Jalanan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.