PENGALAMAN MULTISENSORI TEMAN TULI DALAM PERANCANGAN EDUKASI-HIBURAN DI KEMBANGAN

Isi Artikel Utama

Stella Felicia Collin
Denny Husin

Abstrak

There is still a spatial phenomenon that concerns Deaf Friends' accessibility and their availability of facilities, including jobs and education. This acts as a consequence of Jakarta's present space shortage for edutainment facilities that might encourage employment and education. Furthermore, a significant number of public spaces fail to accommodate the visual demand of Deaf Friends demand. By enhancing the Deaf Friends' sensory experience, this research attempts to establish a non-formal edutainment area with a forum for social interaction between Deaf Friends and hearing friends. For the purpose of investigating Deaf Friends as users, the author employed a qualitative method that involved reading literature reviews and analyzing prior research on deaf rooms and special schools in Jakarta, with conducted interviews and observations. Theoretically, Deaf Friends' senses affect the way they move and go about their everyday lives. To ensure that the experience of space is felt holistically, the steps involve considering all senses. This designated outcome includes an educational-entertainment for art talent interest, exhibition and amphitheater, community cafe, indoor and outdoor park for motor sensory, as well as hearing examination and therapy area. The inventions are in the form of an edutainment area that stimulates Deaf Friends' five sensory and an interaction space that allows hearing friends to feel what Deaf Friends feel in a room. The novelty of the three programs collaboration can bring good influence both to Deaf Friends and the Hearing Friends environment.


Keywords: deaf; interaction; edutainment; sensory


Abstrak


Fenomena ruang akses teman tuli dalam fasilitas tuli masih kurang, termasuk dalam pendidikan dan pekerjaan. Hal tersebut dapat terjadi karena isu ruang yang berkaitan dengan ruang kreativitas yang dapat menunjang pendidikan dan pekerjaan di Jakarta yang masih jarang. Tidak hanya itu, banyak fasilitas umum belum memenuhi visualisasi yang dibutuhkan oleh teman tuli. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan mengangkat ruang edukasi-hiburan yang bersifat non-formal dengan wadah interaksi sosial antara teman tuli dan teman dengar, dengan memaksimalkan sensori teman tuli. Metode kualitatif digunakan dengan membaca kajian literatur dan membedah preseden yang sudah ada terkait ruang tuli dan sekolah luar biasa di Jakarta, serta didukung dengan wawancara dan observasi untuk mendalami teman tuli sebagai pengguna. Secara hipotesis indra teman tuli berpengaruh terhadap kesehariannya dalam beraktvitas, bergerak, dan berpindah, karena sensori dan perilaku merupakan sebuah kesinambungan. Langkah yang digunakan yaitu mempertimbangkan semua indra dalam pengalaman ruang agar dapat dirasakan secara holistik. Desain yang dihasilkan berupa area edukasi-hiburan untuk minat bakat kesenian, pameran dan amphitheater, kafe komunitas, area dalam dan luar untuk sensorik motorik, serta area pemeriksaan pendengaran dan terapi. Temuannya berupa desain pelatihan dan area sensorik motorik yang menstimuli kelima indra sensori teman tuli dan ruang interaksi agar teman dengar dapat merasakan yang dirasakan oleh teman tuli pada suatu ruangan. Kebaruan dari penyatuan ketiga program dapat membawa pengaruh baik bagi teman tuli dan lingkungan teman dengar.

Rincian Artikel

Bagian
Articles

Referensi

Azalia, N., Arvanda, E., Isnaeni, H., & Kusuma, N. R. (2020, May). Proxemic as spatial strategy on social space for deaf community. In AIP Conference Proceedings, Vol. 2230, No. 1. AIP Publishing.

Bauman, H. (2005). DeafSpace Project. Gallaudet University. Diakses dari https://gallaudet.edu/campus-design-facilities/campus-design-and-planning/deafspace/

Budiman, A., Sabaria, R., & Purnomo, P. (2020). Model Pelatihan Tari: Penguatan Kompetensi Pedagogik & Profesionalisme Guru. Panggung, 30(4).

Bustamante, N. (2023). What Is Gestalt Psychology? Theory, Principles, & Examples. Diakses dari https://www.simplypsychology.org/what-is-gestalt-psychology.html

Dana, I. B. (2019). Perlindungan Hukum Penyandang Disabilitas Tuna Rungu yang Bekerja sebagai Driver Gojek dalam Perspektif Hukum Keternagakerjaan. Kertha Semaya , 8(1), 1-19. https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/55855/33016

Devansari, C. S., & Rachmawati, M. (2017). Pusat Komunitas Tunarungu: Mata yang Mendengar. Jurnal Sains dan Seni ITS, 6(2), G54-G59.

Diani, M. R. (2012). Mata yang Mendengar: Arsitektur bagi Tunarungu. Yogyakarta: Lamarela.

Fauziyah, S. (2021). Penyediaan Juru Bahasa Isyarat dalam memberikan akses keterbukaan informasi kepada disabilitas Tuli di Indonesia. Universitas Indonesia.

Ginintasasi, R. (2012). Interaksi sosial. Depok: Universitas Pendidikan Indonesia.

Irvan, M., & Jauhari, M. N. (2018). Implementasi Pendidikan Inklusif Sebagai Perubahan Paradigma Pendidikan Di Indonesia. Buana Pendidikan. Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unipa Surabaya, 14(26), 175-187.

Jayani, D. H. (2021). Penyandang disabilitas masih alami ketimpangan pendidikan. Katadata. Co. Id. https://databoks. katadata. co. id/datapublish/202, 1(05), 02.

Noë, A., & Thompson, E. (Eds.). (2002). Vision and mind: Selected readings in the philosophy of perception. MIT Press.

Onggano, F. K. (2014). Sekolah Tuna Rungu di Sidoarjo. eDimensi Arsitektur Petra, 2(1), 30-35.

Pallasmaa, J. (1994). An Architecture of the Seven Senses. In J. P.-G. Steven Holl, Phenomenology of architecture. Tokyo: a+u Publishing Co.

Pallasmaa, J. (1996). The Eyes of the Skin. Arts Research Center.

Purnamasari, D. M. (2021). Baru 20 Persen Disabilitas di Indonesia Dapat Pekerjaan, Mayoritas di Sektor Informal. Jakarta: Kompas.

Putri, V. K. (2022). Pengertian Kontak Sosial Primer dan Sekunder. Diakses dari https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/06/100000969/pengertian-kontak-sosial-primer-dan-sekunder

Rahmah, F. N. (2018). Problematika anak tunarungu dan cara mengatasinya. Quality, 6(1), 1-15.

Shodiqin, R. (2016). Pembelajaran Berbasis Edutainment. Jurnal Al-Maqoyis, 4(1), 36-52. https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/maqoyis/article/view/792/pdf

Sirvage. (2012). My point is design Not to design an environment around me, but to design an environment for all of us. Diakses dari http://deafspace.weebly.com/perspectives.html

Trisnawati, E., Dewi, J., & Prakoso, S. (2022). Investigasi strategi desain ruang ramah tunarungu berbasis simulasi multisensori. ARSNET, 2(1), 10-23.