KONSEP ARSITEKTUR TERAPEUTIK UNTUK DESAIN RUANG KONSELING BAGI PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI JAKARTA

Main Article Content

Verin Novella Christanto
Denny Husin

Abstract

High rates of sexual violence in Jakarta cause severe psychological trauma, including post-traumatic stress disorder, anxiety, depression, behavior changes, and insecurity. The issue lies in the insufficient number of hospitals with Integrated Service Centers (PPT) for sexual violence victims, leading to a shortage of counseling and therapy rooms. This research, utilizing qualitative methods such as interviews and literature studies, seeks to address the problem by exploring a spatial concept to overcome trauma. Results indicate that the physical environment, particularly room conditions, significantly impacts victims' physical and psychological health. Introducing therapeutic architecture to counseling and therapy rooms is proposed to support the healing process by reducing stress and creating a comfortable treatment atmosphere. The research findings highlight that implementing appropriate design strategies in these rooms can effectively address the trauma of sexual violence victims, contributing significantly to understanding the link between the physical environment and mental health. Additionally, it introduces a new therapeutic direction for helping victims overcome the profound psychological impact of such traumatic experiences.


Keywords: architecture; counseling; sexual;  therapeutic; violence


Abstrak


Fenomena tingginya angka kekerasan seksual di Jakarta memberikan dampak serius terhadap trauma psikologis, termasuk gangguan stres pasca-trauma, kecemasan, depresi, perubahan perilaku, dan perasaan tidak aman. Isu yang muncul adalah ketidakselarasan jumlah rumah sakit yang menyediakan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT), khususnya untuk korban kekerasan seksual di Jakarta. Adapun masalah yang ditemukan adalah bahwa ruang konseling maupun terapi untuk korban kekerasan seksual yang sudah ada belum cukup mewadahi korban. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep dalam mengatasi trauma akibat kekerasan seksual melalui ruangan menggunakan metode kualitatif melalui studi kasus wawancara dan studi literatur untuk mengeksplorasi permasalahan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sekitar, terutama kondisi ruangan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan psikis korban. Untuk mengatasi permasalahan ini, penerapan konsep arsitektur terapeutik pada ruang konseling dan terapi untuk korban kekerasan seksual dapat mendukung proses penyembuhan. Konsep ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stres dan menciptakan suasana yang nyaman selama perawatan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi desain yang tepat pada ruang konseling dan terapi dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi trauma korban kekerasan seksual. Temuan ini tidak hanya memberikan kontribusi signifikan pada pemahaman tentang korelasi antara lingkungan fisik dan kesehatan mental, namun juga arah baru dalam pendekatan terapeutik untuk membantu korban mengatasi dampak psikologis yang mendalam dari pengalaman traumatis tersebut.

Article Details

Section
Articles

References

Azra, A. N. (2022). Penerapan Healing Architecture Pada Rumah Sakit Tipe D (Studi Kasus:

Rumah Sakit Islam Sunan Kudus).

Huisman, E., Morales, E., van Hoof, J., & Kort, H. (2012). Healing Environment: A Review of the Impact of Physical Environmental Factors on Users. Journal of Building and Environment, 70-80.

Kinanthi, R., Djimantoro, M., & Suryawinata, B. (2021). The Principles of Healing Environment in Sexual Harrasment Rehabilitation Centre. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 5.

Kurniati, F. (2007). “Peran Healing Environment terhadap Proses Kesembuhan. Skripsi Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur.

Laurentia, D. (2022). Penerapan Prinsip Healing Therpeutic Architecture Dalam Perancangan Wadah Pembelajaran Dan Rehabilitasi Karya Wanita Di Rawa Bebek Dengan Metode Perilaku. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (STUPA), 3.

MI, L. (2021). Perincian Kasus Kekerasan Seksual Berdasarkan Wilayah DKI Jakarta. DKI Jakarta: Pemprov DKI Jakarta Simfoni-PPA.

Nihayah, U., Latifah, M. M., Nafisa, A., & Qori’ah, I. (2022). Konseling Traumatik : Sebuah Pendekatan Dalam Mereduksi Trauma Psikologis. Sultan Idris Journal of Psychology and Education.

Nurdiansyah, R. (2018). KPAI Pastikan Rehabilitasi Korban Kekerasan Seksual. Republika.

Pable, J., & Ellis, A. (2012). Trauma-Informed Design Definitions and Strategies for Architectural Implementation. Design Resources for Homelessness.

Pile, J. F. (1997). Color in Interior Design. McGraw-Hill Education.

PPA, P. D. (2021). Angka Kekerasan Seksual di Beberapa Provinsi Indonesia. Jakarta: Pemprov DKI Jakarta Simfoni PPA.

Rochana, N., Wijayanti, K., & Johan, A. (2016). Musik Suara Alam terhadap Jurnal Lingkungan Binaan. Jurnal Unisula Fakultas Kedokteran.

SAMHSA. (2014). Concept of Trauma and Guidance for a Trauma-Informed Approach. Substance Abuse and Mental Health.

Schaller, B. (2012). Architectural Healing Environments. Architecture Senior Theses.

Technology, P. O. (2016). Green Space and Health. POSTnote 538.

Yulianto, L. (2011). Pengaruh Sistem Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Visual Pasien pada Ruang Perawatan di Rumah Skit. Skripsi Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur.