PERAN ELEMEN WAYFINDING SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN LANSIA DEMENSIA

Main Article Content

Fergie Christabelle Tandanu
Sutarki Sutisna

Abstract

Dementia generally affects elderly people aged 65 years and over, where care facilities for dementia are rarely provided. Difficulty in orienting and navigating in the environment, especially in familiar places, is a major challenge for people with dementia. The increasing number of elderly sufferers from year to year shows that this disease is very susceptible to attacking the elderly and emphasizes the urgency to find a solution. Wayfinding as a concept and method focusing on the human ability to orient and navigate in the environment has become a research target to improve spatial memory in dementia patients. This approach not only involves technical elements, but also emphasizes the importance of empathy and understanding of the lived experiences of dementia patients. By considering the wayfinding element, this research shows that facilities adapted to their emotional and cognitive needs can act as a place to organize health programs that are more secure, provide care for the relationship between memory, memory, time and a better experience of space, provide comfort, and makes navigation easier, thereby helping them to live their daily lives with a greater level of independence and meaning.


Keywords:  dementia; elderly; element; wayfinding


Abstrak


Demensia umumnya diderita oleh lansia berusia 65 tahun ke atas, dimana fasilitas perawatan untuk demensia masih jarang disediakan. Kesulitan dalam berorientasi dan bernavigasi di lingkungan, terutama pada tempat yang akrab, menjadi tantangan utama bagi penyandang demensia. Meningkatnya jumlah penderita lansia dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa penyakit ini sangat rentan menyerang lansia dan menekankan urgensi untuk mencari solusi. Wayfinding sebagai konsep dan metode berfokus pada kemampuan manusia untuk berorientasi dan bernavigasi di lingkungan telah menjadi target penelitian untuk meningkatkan memori spasial pada pasien demensia. Pendekatan ini tidak hanya melibatkan elemen teknis, tetapi juga menekankan pentingnya empati dan pengertian terhadap pengalaman hidup pasien demensia. Dengan mempertimbangkan elemen wayfinding, penelitian ini menunjukkan bahwa fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan emosional dan kognitif mereka dapat berperan sebagai tempat menyelenggarakan program kesehatan yang lebih terjamin keamanannya, memberikan perawatan hubungan antara memori, ingatan, waktu serta pengalaman ruang yang lebih baik, memberikan kenyamanan, dan memudahkan navigasi, sehingga membantu mereka untuk hidup sehari-hari dengan tingkat kemandirian dan makna yang lebih baik.

Article Details

Section
Articles

References

Addington-Hall, P. (2001). Wayfinding for People with Disabilities: A Review of the Literature. Journal Disability and Rehabilitation, Vol. 23, 7.

Alzheimer's Association. (2015). 2015 Alzheimer's disease facts and figures. Alzheimer's & Dementia, 11(3), 332-384.

Chermayeff, G. H., dkk. (2019). Red 9 Solow Building. Retrieved October 19, 2023, from https://www.cghnyc.com/work/all/az/

CS Group. (2020). 5 Considerations When Designing for Dementia Care. Retrieved October 19, 2023, from https://www.c-sgroup.co.id/blog/5-considerations-when-designing-for-dementia-care/

CSB Signs. (2023). V Sue Cleveland High School Map. Retrieved October 18, 2023, from https://www.csbsigns.com/project/wayfinding-maps/

Goleman, D. (1998). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Golledge, R. G. (2010). Wayfinding: The Cognitive Map and Other Spatial Representations. London: Routledge.

Hidayetoglu, M. L., Yildirim, K., & Akalin, A. (2012). The effects of color and light on indoor wayfinding and the evaluation of the perceived environment. Journal of environmental psychology, 32(1), 50-58.Hurdley, R. (2013). Home, Materiality, Memory and Belonging. UK: Cardiff University.

Iyer, P. W. (2005). Dementia Caregiving: A Practical Guide.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta: EGC.

Pajongwong, P. (2023). Toilet Signs Male and Female. Retrieved October 18, 2023, from https://www.vecteezy.com/vector-art/2409946-toilet-signs-male-and-female

Panolih, A. P. (2021). Perkembangan Kasus dan Kejadian Demensia di Indonesia. Jurnal Kedokteran Indonesia.

Perkins&Will. (2023). Newell Brands Design Center. Retrieved October 18, 2023, from https://perkinswill.com/project/newell-brands-design-center/

Pynoos, J. A. (1991). Improving Residential Environments for Frail Elderly: Bridging The Gap Between Theory and Application. Journal of Architectural and Planning Research.

Retrianti, S. Y., dkk. (2016). Pola Perilaku Lansia Pada Ruang Dalam Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Malang: Jurnal Mahasiswa Departemen Arsitektur. Retrieved October 18, 2023, from http://repository.ub.ac.id/id/eprint/144180/

Rivaldy, M. I., & Anggoro, R. (2022). Fasilitas Terapi Penderita Demensia di Batu. Jurnal eDimensi Arsitektur, Surabaya.

Rogers, C. (1957). The Necessary and Sufficient Conditions of Therapeutic Personality Change. Journal of Consulting Psychology.

Rodgers, P. A. (Ed.). (2022). Design for People Living with Dementia. Routledge, Taylor & Francis Group.

RSM Design. (2023). Beacon Park Signage. Retrieved October 18, 2023, from https://rsmdesign.com/work/beacon-park-irvine-ca

Salsabila, N. H. (2017). Proses kognitif dalam pembelajaran bermakna.

Sparks, T. (2020). Wayfinding Signs. Retrieved October 19, 2023, from https://www.avalisway.com/resources/blog/wayfinding-signs

Susanto, A. D., & Widjaja, R. M. (2022). Demensia: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.

Suseno. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi Keaktifan Lansia dalam mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia di Desa Kauman kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wibawa, D. S., Parwata, I. W., & Linggasani, M. W. (2022). Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di kota Denpasar. Jurnal Arsitektur Universitas Warmadewa, Denpasar.