ARSITEKTUR HANDCRAFT RUMAH KAJANG DAN RUMAH SAPAU STUDI KASUS: KAMPUNG AIR BINGKAI, KABUPATEN LINGGA

Main Article Content

Marco Willian
Naniek Widayati Priyomarsono

Abstract

The Sea nomade Tribe is a primitive nomadic tribe that lives in the sea. The Sea nomade Tribe spends their time living on boats (Kajang), but in several seasons, they also spend a lot of time in the land. One element of their cultural identity is their traditional houses called Kajang and Sapau which are have strong sacred values to this day. The Kajang House is a house on a boat covered with a roof of pandan leaves (mengkuang). Meanwhile, the Sapau house is a stopover house for the Sea nomade tribe people when the weather is bad. Sapau houses use woven pandan leaves (mengkuang) as the walls and roofs of their houses. The Sapau house structural system uses wooden piles. The use of building materials for sea nomadet tribe houses uses materials provided by nature. The Sea Nomade tribe house studied came from Air Bingkai Village, Tajur Biru sub-district, Lingga Regency. This village was chosen as a research object because of its easy access and the culture of nomadic and Madenese fishing arts is still maintained. The problem is that weaving is an ancestral work of art from the Sea tribe which is now starting to be degraded because they have become aware of the instantaneous culture of the land. The impact of this degradation is that their weaving abilities are no more advanced than their parents. The aim of this research is to get to know the art of weaving techniques and architecture of the Laut tribe in its implementation in their traditional house buildings. This research uses a historical qualitative method, namely a study based on the daily lives of the Laut people. Data collection techniques use interview and field observation methods. The data that can be compared with theories contained in the literature. The results are references to weaving techniques and manufacturing techniques from Kajang houses and Sapau houses


Keywords : degradation; kajang house; sapau house; webbing


Abstrak


Suku Laut merupakan salah satu suku nomaden yang hidupnya berada di lautan. Suku Laut menghabiskan waktu hidup di perahu (Kajang), namun di musim tertentu, mereka juga banyak menghabiskan waktu di darat. Salah satu unsur indentitas budaya mereka yaitu rumah adatnya bernama Kajang dan Sapau yang memiliki nilai kesakralan yang kuat hingga kini. Rumah Kajang merupakan rumah berupa perahu ditutupi oleh atap daun pandan yang dianyam (mengkuang). Rumah Sapau merupakan persinggahan orang suku Laut apabila cuaca buruk. Sistem struktur rumah Sapau mengunakan pancang kayu. Penggunaan material anyaman rumah suku Laut menggunakan material disediakan oleh alam. Rumah suku Laut diteliti berasal dari Kampung Air Bingkai, kecamatan Tajur biru, Kabupaten Lingga. Kampung ini terpilih menjadi objek penelitian karena aksesnya yang mudah dijangkau serta kebudayaan seni melaut nomaden dan maden masih terjaga dan mempunyai bentuk rumah yang sangat spesifik. Permasalahannya adalah; anyaman merupakan karya seni leluhur suku Laut yang kini mulai terdegradasi budayanya akibat asimilasi orang laut yang di rumahan oleh pemerintah. Mereka harus beradaptasi kembali dan berbaur terhadap warga daratan (Melayu). Dampaknya mereka sudah melek terhadap kebudayaan daratan yang serba instan, hal tersebut membuat kemampuan menganyam mereka menurun seiring waktu. Tujuan penelitian ini adalah mengenal anyaman yang di implementasikan dalam bentukan arsitektur. Penelitian ini untuk mendapatkan data akurat mengunakan metode kualitatif historis yaitu kajian berdasarkan keseharian menganyam orang Laut. Teknik pengumpulan data mengunakan metode wawancara dan observasi lapangan. Data yang di dapat di sandingkan dengan teori yang terdapat di literatur. Hasil yang di dapat berupa penerapan anyaman di dalam rumah Kajang dan rumah Sapau.

Article Details

Section
Articles

References

Adhani, M. (2020). Arsitektur Anyam: "Scarcity Of Contextual Living" yang di Sebabkan oleh Aktivias Dimestik Hasil Asimilasi. Depok

Anggara, S. (2018). Pelestarian budaya suku sawang di kabupaten belitung timur. Panggung, 28(3), 298236.

Ariando, W. (2018). Traditional ecological knowledge of indigenous peoples on climate change adaptation: a case study of sea nomads Orang Suku Laut, Lingga regency, Riau islands province, Indonesia.

Bellina, B., Blench, R., & Galipaud, J. C. (2021). Sea nomads of Southeast Asia: From the past to the present (pp. XV-383). National University of Singapore Press.

Derawan, A., Ismail, R., Dasaluti, T., & Darwis, A. (2019). Suku Laut Mengarungi Kehidupan Selingkar Sampan. Jakarta: Ditjen Pengelolahan Ruang Laut.

F.H, R. (2021). Dari Sampan K3 Rumah: Implikasi Sedentrasi Terhadap Spasialitas Dan Pergerakan Orang Suku Laut. Pekanbaru.

Mardiansyah. (2021). Hikayat Sampan dan Kajang Sebagai Sangkar Pelindung.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Pelestarian, Pemanfaatan, Revitalisasi dan Konservasi