IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME PADA MONUMEN PEMBEBASAN IRIAN BARAT

Main Article Content

Dominika Eufran Paseli
B. Irwan Wipranata
Suryadi Santoso
Regina Suryadjaja

Abstract

Banteng Field Park is one of the city parks in Jakarta that has historical value, this park has existed since the Dutch colonial era. Until when the Republic of Indonesia was released from Japanese colonization, the name was changed to Banteng Field by President Soekarno to become Banteng Field. In this park there is a monument, namely the West Irian Liberation Monument. This monument was built in 1962 and inaugurated on August 17, 1963, where the idea of this monument was a proposal from President Soekarno. This monument is a symbolization as a sign to commemorate the return of West Irian in the territory of the Republic of Indonesia and the beginning that the territory of the Republic of Indonesia became intact for the first time. Banteng Field Park has been revitalized in 2018, with three zones in it, namely the Urban Forest zone, Monument zone and Sports Zone, with the main zone being the Monument Zone. This research has the aim of assessing whether the revitalization that has been carried out can strengthen the historical value of the Banteng Field Park or actually eliminate the historical value. In collecting data, researchers conducted primary and secondary data collection, namely conducting interviews, field surveys and literature reviews. To achieve the research objectives, this research uses descriptive qualitative research methods. The result of the research is to know that the revitalization that has been carried out has strengthened the historical value, as well as its implementation on the West Irian Liberation Monument.


Keywords:  Nationalism; Revitalization; West Irian Liberation Monument


Abstrak


Taman Lapangan Banteng merupakan salah satu taman kota di Jakarta yang memiliki nilai sejarah, taman ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Hingga pada saat NKRI terlepas dari penjajahan Jepang, digantilah nama menjadi Lapangan Banteng oleh Presidden Soekarno menjadi lapangan Banteng. Di taman ini terdapat sebuah monumen, yakni Monumen Pembebasan Irian Barat. Monumen ini dibangun pada tahun 1962 dan diresmikan pada 17 Agustus 1963, yang mana gagasan monument ini merupakan usulan dari Presiden Soekarno. Monumen ini merupakan simbolisasi sebagai tanda untuk memeperingati kembalinya Irian Barat dalam wilayah NKRI dan menjadi awal bahwa wilayah NKRI menjadi utuh untuk pertama kalinya. Taman Lapangan Banteng telah selesai direvitalisasi pada tahun 2018, dengan tiga zona di dalamnya yaitu zona Hutan Kota,  zona Monumen dan Zona Oalahraga, dengan zona utama yakni Zona Monumen. Penelitian ini memiliki tujuan yakni menilai revitalisasi yang telah dilakukan dapat menguatkan nilai sejarah dari Taman Lapangan Banteng atau justru menghilangkan nilai sejarah tersebut. Dalam mengumpulkan data peneliti  melakukan pengumpulan data primer dan sekunder yakni melakukan wawancara, survei lapangan dan kajian pustaka. Untuk mencapai tujuan penilitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dalam penelitian adalah mengetahui  ini bahwa dengan revitalisasi yang telah dilakukan sudah menguatkan nilai sejarah, serta implementasinya pada Monumen Pembebasan Irian Barat.

Article Details

Section
Articles

References

Carr, S. (1992). Public Space,Environment And Behavior, Cambridgeuniversity Press.

Dugis, V. M. (1999). DEFINING NATIONALISM IN THE ERA OF GLOBALIZATION.

Helene Martinsson, Wallin Department of Archaeology and Ancient History, Uppsala University, Campus Gotland, Sweden. (n.d.). MONUMENTS AND PEOPLE – AN INTRODUCTION.

Jesika Apriliani, D. S. (2017). Konsep Rancangan Ruang Terbuka Publik dengan Pendekatan Naratif Kasus.

Petterson, A. (2019). The monumental landscape from below: public statues, popular interaction and nationalism in late nineteenth-century.

Torowska, J. (2011). HISTORIC PARKS: A SETTING FOR ARTS AND CULTURAL EDUCATION.