PERAN ARSITEKTUR EDUKASI DAN MEDITASI SEBAGAI PENGHILANG STIGMA MASYARAKAT TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS MENTAL

Main Article Content

Samuel Christian
Nina Carina

Abstract

The community's bad stigma towards Persons with Mental Disabilities (PDM) adds to the occurrence of discrimination and exclusion that occurs from year to year. The lack of knowledge and the lack of opportunity and willingness of the community, especially the lower middle class to understand PDM, makes discriminatory behavior and fear continue to occur in society which then hinders the process of recovery and development of the potential that a PDM actually possesses. Difficulties in obtaining facilities and knowledge on how to educate PDM, especially during childhood, further hampered the recovery process for PDM themselves. This has an impact on the life of the PDM family itself, the independence of PDM so that the stigma of PDM in society continues. Thus a facility is needed that not only handles and trains PDM but also has educational methods, socialization for families and the community. With increased family and community understanding and knowledge of PDM, it is hoped that their empathy will increase so that they can accept the existence of PDM as members of society who also have their own potential.


Keywords: people with mental disabilities; stigma; educational and meditation program


Abstrak


Stigma Buruk masyarakat terhadap Penyandang Disabilitas Mental (PDM) menambah terjadinya diskriminasi dan pengucilan yang terjadi dari tahun ke tahun. Kurangnya pengetahuan dan minimnya kesempatan serta kemauan masyarakat terutama kalangan menengah kebawah untuk memahami PDM membuat perilaku diskriminatif dan ketakutan terus terjadi dalam masyarakat yang kemudian menghalangi proses pemulihan serta pengembangan potensi yang sesungguhnya juga dimiliki seorang PDM. Kesulitan mendapat fasilitas dan pengetahuan tentang cara mendidik PDM terutama pada masa kanak-kanak semakin menghambat proses pemulihan bagi PDM itu sendiri. Hal ini berdampak bagi kehidupan Keluarga PDM sendiri, kemandirian PDM hingga membuat stigma PDM di masyarakat tetap berlanjut. Dengan demikian diperlukan sebuah fasilitas yang tidak  hanya menangani dan melatih PDM namun juga memiliki metoda pendidikan, sosialisasi bagi keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya pemahaman dan pengetahuan keluarga dan masyarakat terhadap PDM diharapkan rasa empatik mereka akan meningkat sehingga dapat menerima keberadaan PDM sebagai anggota masyarakat yang juga memiliki potensinya masing-masing.

Article Details

Section
Articles

References

Ahdiat, A. (2022). 15 Kondisi Kesehatan yang Paling Banyak Dialami Penyandang Disabilitas Globa https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/12/13/ada-13-miliar-penyandang-disabilitas-ini-ragam-kondisi-kesehatannya

American Psychiatric Association. (2020). Stigma and discrimination. Retrieved from https://www.psychiatry.org/patients-families/stigma-and-discrimination

Bond, G. R., Drake, R. E., Becker, D. R., & Noel, V. A. (2015). The IPS supported employment learning collaborative. Psychiatric Rehabilitation Journal, 38(3), 223-225.

Centers for Disease Control and Prevention. Mental Health Surveillance Among Adults in the United States. Diakses dari https://www.cdc.gov/mentalhealthsurveillance/index.html pada tanggal 30 Maret 2023.

Corrigan, P. W., & Watson, A. C. (2002). The paradox of self-stigma and mental illness. Clinical Psychology: Science and Practice, 9(1), 35-53. American Psychiatric Association. (2013).

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2018). Yuk Mengenal Penyandang Disabilitas Lebih Dekat (bagian 1). Diakses dari https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/disabilitas-ragam-jenis-yuk-mengenal-penyandang-disabilitas-lebih-dekat-bagian-1

EMC Healthcare. (2019). Disabilitas Tidak Hanya Soal Fisik, Kenali Ragam Disabilitas Lain dan Penanganannya diakses dari https://www.emc.id/id/care-plus/disabilitas-tidak-hanya-soal-fisik-kenali-ragam-disabilitas-lain-dan-penanganannya

Irwanto. (2010). ANALISIS SITUASI PENYANDANG DISABILITAS DI INDONESIA: SEBUAH DESK-REVIEW

Nareza, M. (2023). Retardasi Mental. diakses dari https://www.alodokter.com/retardasi-mental

Nasihudin, A. (2021). Penyandang Disabilitas Mental di Indonesia Terus Bertambah, Apa yang Terjadi?. Diakses dari https://www.liputan6.com/disabilitas/read/4489084/penyandang-disabilitas-mental-di-indonesia-terus-bertambah-apa-yang-terjadi

Mental Health America. Life Skills. Diakses dari https://www.mhanational.org/life-skills pada tanggal 31 Maret 2023. World Health Organization. Mental health of children and adolescents. Diakses dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-of-children-and-adolescents pada tanggal 30 Maret 2023.

Pallasmaa, J. (2005). The eyes of the skin :Architecture and sense. Diakses pada tanggal 3 A

Tarmizi, S. N. (2022). Kemenkes Perkuat Jaringan Layanan Kesehatan Jiwa di Seluruh Fasyankes. diakses dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20221010/4041246/kemenkes-kembangkan-jejaring-pelayanan-kesehatan-jiwa-di-seluruh-fasyankes/

Universitas Gadjah Mada. (2015). Minim Psikolog, Ribuan Penderita Gangguan Jiwa Belum Tertangani diakses dari https://ugm.ac.id/id/berita/9715-minim-psikolog-ribuan-penderita-gangguan-jiwa-belum-tertangani/

Widyawati, (2021). Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Diakses dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/

World Health Organization. Mental Health Gap Action Programme Intervention Guide (mhGAP-IG) for Mental, Neurological and Substance Use Disorders in Non-Specialized Health Settings (version 2.0). Diakses dari https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/250239/9789241549790-eng.pdf pada tanggal 31 Maret 2023.