PEREMAJAAN KAMPUNG KOJA MELALUI PENDEKATAN DESAIN KAMPUNG VERTIKAL YANG “ADAPTIF BANJIR” SEBAGAI BENTUK EMPATI TERHADAP KAUM MARGINAL BANTARAN KALI

Main Article Content

Michael Gunawan Tjen
Naniek Widayati

Abstract

Jakarta is a city that still has a marginal society from an economic, social and cultural perspective. They usually live in a settlement on the outskirts of the city in the form of an unstructured village. Kampung Koja RT 06 is one of the marginal group settlements in North Jakarta with the character of living space in the riverbank area. On the other hand, the residents do not want to be relocated, so the chosen alternative is to create settlements and the environment must be friendly to water. The existing problem is that the quality of habitation is decreasing day by day due to the inability of adaptive housing to water. In such conditions, the designer's empathy appears to design a residential system that is capable of being adaptive to flood conditions and normal conditions by considering topography, water flow, and vegetation. The method used was qualitative, namely studying literature, field observations, interviewing residents and RT heads so that data on the specific needs of residents to live on the banks of the river were obtained. The aim of the research is to get livable and friendly settlements with water. The design solution applied is a vertical village design approach with a stilt house system, improvement of the Koja area through land consolidation to open water absorption spaces as well as local social facilities, and naturalization of river banks. Through the concept of adaptive housing, this project can create a village that is friendly to water when it comes.


Keywords:  empathy; flood; koja village RT 06; marginalized riverbanks


Abstrak


Jakarta merupakan kota yang masih memiliki masyarakat marginal dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Mereka biasanya tinggal pada suatu permukiman di pinggiran kota berupa kampung yang tidak terstruktur. Kampung Koja RT 06 merupakan salah satu permukiman kelompok marginal di Jakarta Utara dengan karakter ruang bermukim di area bantaran kali. Pada sisi lain warga tidak ingin direlokasi sehingga alternatif terpilih adalah menciptakan permukiman dan lingkungan harus bersahabat dengan air. Permasalahan yang ada adalah semakin hari terjadi kemerosotan kualitas berhuni disebabkan karena ketidakmampuan hunian adaptif terhadap air. Pada kondisi demikian, empati perancang muncul untuk merancang sistem hunian yang mampu adaptif terhadap kondisi banjir maupun kondisi normal dengan mempertimbangkan topografi, aliran air, dan vegetasi. Metode yang dilakukan dengan cara kualitatif, yaitu mempelajari literatur, observasi lapangan, wawancara terhadap warga maupun ketua RT sehingga didapatkan data kebutuhan warga yang spesifik dalam bermukim di bantaran kali tersebut. Tujuan penelitian adalah mendapatkan permukiman layak huni dan bersahabat dengan air. Solusi perancangan yang diterapkan adalah pendekatan desain kampung vertikal dengan sistem rumah panggung, perbaikan kawasan Koja melalui konsolidasi lahan untuk membuka ruang peresapan air sekaligus fasilitas sosial lokal, serta naturalisasi bantaran kali. Melalui konsep hunian adaptif, proyek ini dapat menciptakan kampung yang bersahabat dengan air jika sewaktu-waktu datang.

Article Details

Section
Articles

References

Huber, J. E., Van de Riet, K., Sandell, J., & Scarpa, L. (2017). Salty Urbanism: Towards an Adaptive Coastal Design Framework to Address Sea Level Rise.

Hoffman, M. L. (2000) Empathy and Moral Development. Cambridge: Cambridge University Press.

Mediastika, C. E. (2016). Understanding Empathic Architecture. Journal Of Architecture And Urbanism Volume, 40(1), 1.

Ngaenan. (2018). Arsitek Yu Sing: Banjir Karena Jakarta Melawan Air. Diakses pada 19 Maret 2023, dari Arsitek Yu Sing: Banjir karena Jakarta Melawan Air - INDOPRESS

Noverina, M. (2017). Fenomena urbanisasi dan kebijakan penyediaan perumahan dan permukiman di perkotaan Indonesia. Masyarakat Indonesia, 36(2), 103-124.

Pallasmaa, J., Mallgrave, H. F., Rabinson, S., Gallese, V. (2015). Architecture and Empathy. Finland.

Perumahan dan Kawasan Permukiman. (2020). Strategi Penataan Kawasan Permukiman Kumuh dengan Konsep Collective Housing. Diakses pada 19 Maret 2023, dari https://perkim.id/kumuh/strategi-penataan-kawasan-permukiman-kumuh-dengan-konsep-collective-housing/

Sutanto, A. (2023). User Scenario. Universitas Tarumanagara

Tjen, M. G. (2022). Redesain Kampung Koja: Hunian Fleksibel dan Adaptif Banjir. Jakarta: Tugas Stupa 7

Wildan, M. (2019). Total Luas Perkampungan Kumuh Hampir Separuh Luas DKI. Diakses pada 14 April 2023, dari https://jakarta.bisnis.com/read/20190527/77/927975/total-luas-perkampungan-kumuh-hampir-separuh-luas-dki

Yamanto, H. (2003). TEKTONIKA DALAM SEMIOTIK ARSITEKTUR Studi Karya YB Mangunwijaya (Doctoral dissertation, Program Pendidikan Pasca sarjana Universitas Diponegoro).

Yu Sing. (2010). Keberagaman Kampung Vertikal. Diakses pada 10 Mei 2023, dari yu sing: KEBERAGAMAN KAMPUNG VERTIKAL. (rumah-yusing.blogspot.com)