INOVASI RUANG PUBLIK DAN TEKNOLOGI INTERAKTIF SEBAGAI PENGENALAN BUDAYA INDONESIA UNTUK GENERASI PENERUS BANGSA

Main Article Content

Gilbert Sukanta
Martin Halim

Abstract

Globalization is an inevitable phenomenon. Through social media, people from different parts of the world can get to know other aspects of the world. This is where a lot of exchange of ideas, concepts, politics, and culture takes place. However, many people in Indonesia fail to filter and discern the cultures they absorb. The excessive inclination towards foreign cultures leads people to become apathetic towards their own culture, resulting in a shift in culture and morality, as well as a change in the mindset of the younger generation who imitate aspects of foreign cultural life. Therefore, there is a need for an accessible space that can be accessed by everyone, especially the future generation, through the integration of interactive technology that can pique the interest of the community in reacquainting themselves with their own traditional culture so that it is not left behind or forgotten. This research aims to dissect the most effective methods, technologies, and architectural aspects to realize a love for the nation. Thanks to technological advancements, art and culture can be linked to sophisticated devices such as Augmented Reality and Virtual Reality. With the introduction of public spaces integrated with advanced technology, it can become an effective means to introduce and enhance the community's love for traditional culture. By combining traditional cultural heritage with the potential of modern technology, we can manifest love and pride in our own cultural identity, thereby having a positive impact on present and future generations.


Keywords:  art; culture; public spaces; globalization; technology


Abstrak


 


Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Lewat media sosial, orang dari belahan dunia lain bisa mengenal sisi dunia lainnya. Dari sinilah banyak terjadi pertukaran ide, gagasan, politik termasuk budaya. Namun banyak dari masyarakat Indonesia bersikap tidak memilah serta menyaring budaya yang diserap. Kecenderungan kecintaan terhadap budaya luar yang berlebih membuat orang bersikap apatis terhadap budaya sendiri, terjadi pergeseran budaya dan akhlak serta mengubah pola pikir generasi muda untuk meniru aspek kehidupan budaya asing. Maka dari itu, diperlukan suatu ruang bebas yang dapat diakses oleh semua orang  terutama generasi penerus bangsa lewat integrasi teknologi interaktif yang dapat menarik minat masyarakat untuk mengenal kembali budaya tradisional negara sendiri sehingga budaya sendiri tidak tertinggal dan tidak terlupakan. Penelitian ini bertujuan untuk membedah metode, teknologi serta aspek arsitektur seperti apa yang paling efektif untuk mewujudkan kecintaan terhadap bangsa. Berkat kemajuan teknologi, dapat dikaitkan antara seni dan kebudayaan dengan perangkat canggih seperti Augmented Reality dan Virtual Reality. Kemudian dengan hadirnya ruang publik yang diintegrasikan dengan teknologi canggih dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperkenalkan dan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya tradisional. Dengan menggabungkan warisan budaya tradisional dengan teknologi modern, kita dapat mewujudkan cinta dan kebanggaan terhadap identitas budaya kita sendiri, sehingga membawa dampak positif bagi generasi sekarang dan masa depan.


 

Article Details

Section
Articles

References

Azuma, R. (1997). A Survey of Augmented Reality. MIT Press Journals, 48.

Carmona, M. (2021). Public Places Urban Spaces (3rd ed.). New York: Routledge. doi:https://doi.org/10.4324/9781315158457

Daniswari, D. (2022, September 27). Apa Itu Musik Tradisional? Ciri-ciri dan Contoh. Diakses 22 April 2023, <https://regional.kompas.com/read/2022/09/27/232400278/apa-itu-musik-tradisional-ciri-ciri-dan-contoh?page=all

Harries, K. (1998). The Ethical Function of Architecture. MIT Press.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

McLuhan, M. (1964). Understanding Media: The Extensions of Man. New York: Gingko Press.

Pono, B. (2003). Kamus Musik / Pono Banoe. Yogyakarta: Kanisius.

Tubbs, S. L., dan Moss, S. (2005). Human communication / Stewart L. Tubbs, Sylvia Moss ; penerjemah, Deddy Mulyana, Gembirasari (4 ed.). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Utami, S. N. (2022, Oktober 23). Globalisasi Bidang Budaya dan Upaya Menghadapinya. Diakses 8 Mei 2023, <https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/23/103000669/globalisasi-bidang-budaya-dan-upaya-menghadapinya?page=all

Vallino, J. R. (1998). Interactive Augmented Reality. Interactive Augmented Reality, 108.

Wahyuningtyas, D. P. (2020). Pembelajaran Tari dalam Kurikulum PAUD. Jakarta: Guepedia .

Yusuf, D. K. (2022, Juli 4). Lunturnya Budaya Bangsa Indonesia di Kalangan Remaja. Diakses pada 15 Juni 2023, <https://www.kompasiana.com/dafikurniawan776471/62c2d7d3bb448608dc790a13/lunturnya-budaya-bangsa-indonesia-dikalangan-remaja

Zen, L. (2019, Juli 8). Seni Budaya. Diakses 10 Juni 2023, <https://gbsri.com/seni-budaya/