REHUMANISASI LINGKUNGAN ANAK TERLANTAR: PENGINGKATAN KUALITAS HIDUP ANAK MELALUI ARSITEKTUR EMPATI

Main Article Content

Moses Sahat Alexsandro
Djidjin Wipranata

Abstract

Homeless children are a highly vulnerable group in society and often face difficulties in accessing quality education. The harsh living conditions of these children have sacrificed their childhood and forced them to live on the streets to meet their basic needs. Additionally, the lack of attention from parents who exploit their children for family economic purposes is a significant problem. In this context, this research aims to design solutions through an empathetic architecture approach to address the challenges faced by homeless children, both in the education system and personal development, including their interests and talents. Through the empathetic architecture approach, a comprehensive learning environment will be implemented to help homeless children break free from the harsh environment. This learning environment will provide support in the education system and children's personal development, including identifying and nurturing their interests and talents. The topic of rehumanizing homeless children is translated into the design of an innovative and inspiring learning environment that accommodates the needs of homeless children in Cilincing. Considering factors such as comfort, safety, and creative stimulation for the children. Additionally, the empathetic architecture approach will prioritize inclusivity, child participation, and environmental sustainability.


Keywords:  education; environment; neglected; rehumanization


Abstrak


 


Anak-anak terlantar adalah kelompok masyarakat yang sangat rentan dan seringkali mengalami kesulitan dalam memperoleh akses ke edukasi yang berkualitas. Lingkungan buruk dalam tempat tinggal anak terlantar telah mengorbankan masa kecil serta memaksa anak untuk hidup di jalanan demi memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, kurangnya perhatian dari orang tua yang memanfaatkan anak dalam perekonomian keluarga menjadi permasalahan yang signifikan. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk merancang solusi melalui pendekatan arsitektur empati untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh anak terlantar, baik dalam sistem edukasi maupun pengembangan diri, termasuk minat dan bakat yang dimiliki oleh anak-anak tersebut. Melalui pendekatan arsitektur empati, perancangan lingkungan belajar yang menyeluruh akan diimplementasikan untuk membantu anak-anak terlantar keluar dari lingkungan buruk. Lingkungan belajar ini akan memberikan dukungan dalam sistem edukasi dan pengembangan diri anak-anak, termasuk mengidentifikasi dan mendorong minat dan bakat. Topik tentang merehumanisasi anak yang terlantar diterjemahkan menjadi perancangan lingkungan belajar yang inovatif dan inspiratif yang mengakomodasi kebutuhan anak-anak terlantar di Cilincing. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kenyamanan, keamanan, dan stimulasi kreatif bagi anak-anak. Selain itu, pendekatan arsitektur empati akan memberikan perhatian khusus pada aspek inklusivitas, partisipasi anak, dan keberlanjutan lingkungan.


 

Article Details

Section
Articles

References

Arifin, Z. (2019). Desain ruang kelas sebagai lingkungan belajar anak yang aman, 3(2), 51-58.

Handayani, I. &. (2018). Jurnal Studi Pemuda. Pendidikan dan Perlindungan Anak Terlantar di Indonesia, 7(2), 154-164.

Lestari, R. P. (2019). Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,. Implementasi Konsep Ruang Belajar Ramah Anak dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini, 4(2), 154-162.

Mardawati, E. &. (2016). Jurnal Pendidikan Progresif. Merancang ruang pembelajaran yang ramah anak di sekolah dasar, 6(2), 130-139.

Maulana, R. &. (2017). Jurnal Arsitektur Artec. Pengaruh Warna Ruangan terhadap Perilaku Belajar Siswa pada Ruang Kelas, 2(2), 113-120.

Munir, M. (2016). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Budaya dan Kearifan Lokal. 6(2), 161-172.

Nations, U. (2011). The state of the world's children 2011: Adolescence, an age of opportunity. Diambil kembali dari https://www.unicef.org/sowc2011/pdfs/SOWC-2011-Main-Report_EN_02092011.pdf

Puspita, Y. (2019). Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Bagi Anak Terlantar: Tinjauan dari Aspek Kearifan Lokal, 5(1), 23-32.

RI, K. (2014). Pedoman Pembangunan Sekolah Ramah Anak. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Saufi, A. (2020). Pengaruh Fasilitas Ruang Kelas terhadap Prestasi Belajar Siswa. 21(2), 187-199.

Suhartini, D. (2016). Pengaruh Warna Terhadap Konsentrasi Belajar Anak Sekolah Dasar. 1(2), 66-71.